1 November 2020
Penulis —  udin bengong

Pantat besar mamaku yang menyejukan jiwa

Sekitar pukul 3 pagi aku terbangun. Hmm.. aku masih berkasurkan tubuh montok seorang wanita setengah baya dengan pakaian lingrie tipis berwarna ungu. Wanita yang kini masih tertidur lelap. Ekspresi wajahnya saat tidur tampak damai, tampak seperti tengah tersenyum. Mungkinkah dia tengah bermimpi indah, atau memang pada dasarnya hatinya tengah bahagia sehingga saat tidurpun dia tersenyum.

Hmm.. bisa jadi memang hati mama kini tengah berbahagia atau tengah berbunga-bunga.

Fuh, aku kebelet kencing pula. Tapi bagaimana, semalam mama pesan untuk jangan mencabut batang penisku yang tertanam didalam vaginanya ini. Hmm.. ada-ada saja mamaku ini. Sebenarnya aku merasa takjub juga, ternyata sampai jam segini batang penisku masih tertanam didalam vagina mama, walaupun tidak tandas, karena memang penisku mulai menciut disaat tidur, namun setidaknya penisku ini tidak meleset keluar dari jepitan vagina mama.

Untuk beberapa saat aku hanya memandangi wajah bahagia mama. Ingin kubangunkan tak tega juga hati ini. Padahal cairan didalalam kantong urin ini mendesak untuk dikeluarkan.

Akhirnya kuciumi saja sepanjang leher putih mama dengan lembut. Selang beberapa saat terlihat mama menggeliat lemah, sebelum akhirnya membuka mata, dan tersenyum saat sadar bahwa akulah yang menciumi lehernya.

“Mmmmmmmhhh… baru jam tiga sayang… kamu koq udah bangun… biasanya bangun siang…” tanya mama, dengan intonansi suara khas orang bangun tidur.

“Bagus mau pipis ma… udah kebelet nih… tapi.. mmm.. ini gimana ma… kata mama gak boleh dilepas…” ujarku, sambil menunjuk kearah selangkangan.

Mama justru tertawa kecil mendengarnya.

“Wah, mama baru nyadar… ternyata masih nancep ya gus… padahal mama sempat berpikir, paling-paling kalau kita sudah tertidur pulas itu akan terlepas sendiri, karna setau mama kamu kalau tidur itu enggak bisa diem… tidurnya diselatan, nanti bangunnya di utara.

“Ah, mama bisa aja… jadi gimana nih ma… kebelet banget nih…” rengekku.

“Ya udah dicabut aja sayang, lagian sekarang udah pagi koq… kan tadi malam mama bilang, jangan dicabut sampai besok pagi…”

Seperti yang dikatakan mama, aku cabut batang penisku. Plup… bersamaan dengan itu mengalir keluar cairan berwarna keruh agak encer dari sela-sela memek mama. Wooww.. banyak sekali, bahkan hingga membasahi paha mama dan sprei dibawahnya. Wajarlah karna itu hasil “tabungan” dari dua kali orgasme. Hmm..

Segera aku turun dari tempat tidur untuk menuju kekamar mandi yang memang terintegrasi dikamar ini.

“Sayang…” Baru saja aku hendak melangkah, mama memanggilku.

“Ada apa ma…?” tanyaku, yang dijawab mama hanya dengan memonyongkan bibirnya, sebagai sinyal dirinya minta dicium.

“Ih, manja banget sih mama… mmuuuacchh..” ujarku, kukecup lembut bibir mama. Setelah itu langsung kuberlari kecil menuju kamar mandi.

Sekembalinya dari kamar mandi, kulihat mama sudah kembali pulas. Dan akhirnya aku lanjutkan pula tidur disamping mama, toh saat ini baru jam 3 pagi.


Sinar matahari pagi yang menerobos masuk dari sela-sela daun jendela menjilat hangat diwajahku, sehingga membuatku terjaga. Kulihat di jam dinding telah menunjukan pukul 7 pagi kurang 10 menit.

Seperti biasa, mama telah bangun terlebih dulu. Kudengar suara kelotakan dari arah dapur, mungkin mama sedang mempersiapkan sarapan.

Tubuhku masih bugil, karena pada saat aku selesai kencing dini hari tadi langsung aku lanjut tidur tanpa sempat berpakaian. Kucari pakaianku disekitar kamar sudah tidak ada, mungkin langsung dibawa mama untuk dimasukan kedalam mesin cuci. Ah, lebih baik aku mandi dikamar mandi mama ini saja.

Selesai mandi aku keluar hanya dengan berbalut handuk milik mama. Kulihat mama yang sudah mengenakan pakaian seragamnya yang berwarna coklat, baik atasan blusnya maupun rok panjangnya yang khas wanita muslimah, namun mama mengenakan hijab warna hitam dengan corak bunga.

“Ayo sarapan dulu sayang…” ajak mama sambil menyiapkan piring diatas meja makan. Kulihat ada nasi goreng dan telur dadar yang telah disajikan pada masing-masing piring kami.

Karena perutku memang sudah lapar, membuatku langsung saja duduk dan menyantap nasi goreng telur dadar itu.

“Koq gak pakai baju dulu sih sayang… Cuma pakai anduk begitu, mana pakai anduk mama lagi…” tegur mama, sambil menuangkan orange juice kedalam gelas yang berada disamping makananku.

“Waduh… nanti aja lah ma… udah laper banget nih… semalem kerja berat sih…” jawabku, dengan mulut penuh makanan.

“Mama koq kelihatannya pagi ini bahagia bener sih ma… air mukanya itu lho.. keliatan sumringah gitu… glowing… lagi seneng ya ma… dapat promosi jabatan lagi..?” tanyaku.

“Promosi jabatan apaan… baru dua bulan lalu naik jabatan… naik anak kali…” jawab mama, tentu saja aku geli mendengar jawabannya itu.

“Naik anak… ha.. ha.. ha… ada-ada aja mama ini… yang ada Bagus yang naikin mama, kaya tadi malem itu…”

“Ah, bisa aja kamu gus… enggak koq, mama cuma lagi seneng aja… tapi enggak ada hubungannya dengan promosi jabatan atau urusan kerjaan segala macem…”

“Lantas apa dong…?”

“Mmmm… sebenarnya sih, hati mama tuh lagi seneng dan berbunga-bunga, karna… mmm.. karna kamu udah entotin memek mama…” ucap mama, sambil menatapku dengan mulutnya menggigit-gigit ujung pegangan sendok. Hmm.. tatapan mama begitu menggoda dan penuh arti.

“Apaan sih ma… ngeliatin Bagus sambil senyum-senyum begitu… bikin GR aja nih mama…” ujarku, sedikit salah tingkah.

“Ah, enggak koq… Eh gus, ngomong-ngomong semalem kamu koq doyan banget sih jilatin anus mama… enggak geli, gitu…?” tanya mama, sambil masih menatapku dengan senyuman “nakal” dibibirnya.

Hmm.. kontras juga seorang wanita mengenakan busana muslimah dan jilbab dikepala membicarakan hal-hal seks yang vulgar.

“Enggak tuh ma… malah Bagus suka banget.. kayaknya gimana ya.. gemes aja gitu ngeliat pantat gede, seksi, mana bodynya mantep… putih mulus… mmm.. ya suka aja ma… nafsu gitu lah… emang kenapa ma… mama merasa kurang nyaman…?”

“Ah, suka gitu kamu… masa’ kalau mama merasa kurang nyaman bisa sampai merintih-rintih gitu… mmm.. waktu sama Ririn berarti kamu biasa gitu juga dong ya.. keliatannya udah ahli gitu…”

“Enggak koq ma… belum pernah sama sekali malah… beneran.. baru cuma sama mama…”

“Serius kamu gus..?” heran mama.

“Iya ma… pernah Bagus coba gerepe-gerepe area anusnya aja Ririnnya udah protes, dia bilang dia gak suka area itu dijadikan eksploitasi seks… mmm.. pokoknya hal-hal yang berbau anal tuh dia paling anti… termasuk kalau film bokep ada adegan analnya dia langsung skip…”

“Oooww.. begitu… mmm… jadi kesimpulannya kamu juga belum pernah nyobain anal dong ya…”

“Ya pasti belum pernah lah ma… kan partner seks Bagus cuma Ririn aja, Bagus sama sekali gak pernah ngesek sama orang lain… kecuali sama mama tentunya…”

“Mmm… tapi kayaknya emang kamunya juga enggak suka anal seks kali ya…” duga mama, tapi dari ekspresinya yang senyum-senyum seperti itu aku yakin mama bermaksud menggodaku.

“Waaahhh… justru Bagus kepingin sekali nyobain anal seks ma… kaya yang di film-film bokep itu… tapi ya gimana, Ririnnya gak suka…”

“Aduuuh… kasian deh anak mama… mau ngerasain ngentot anal gak kesampaian…”

“Ya gitu deh ma…”

Kalau dilihat dari alur pembicaraan yang dibahas mama, ada indikasi mama ingin menawarkan aku untuk anal seks. dalam hati aku mengharap itu, tapi sebaiknya aku menunggu saja, sampai…

“Mmm… kamu mau gus..?” tawar mama.

“Mau apa ma…?” tentu saja aku sebenarnya hanya berpura-pura tidak tau dengan apa yang dimaksud mama itu.

“Ah, kamu itu… ya anal seks lah… ngentot anus… mau enggak kamu ngentotin lobang anus mama…?” terang mama.

“Wah, jelas mau banget dong ma… Sekarang ya ma… Bagus jadi ngaceng nih denger mama ngebahas soal anal seks…” ujarku, seraya menyingkap handuk yang membalut bagian auratku, memperlihatkan batang penisku yang berdiri tegak.

“Eeiiyy… ya enggak sekarang juga kali gus… kan mama sebentar lagi mau ngantor… kamu juga harus kuliah…” terang mama, sambil menengok kearah batang penisku.

“Gak apa-apa ma… Bagus udah gak sabarin nih mau ngerasain ngentot anal…” rengekku.

“Aduh kamu ini… mmm.. mama sih sebenarnya juga udah kepingin gus… tapi… waktunya ini… mmm.. gimana ya… ya udah lah… sekali-kali terlambat ngantor kan boleh…” ujar mama, sambil melirik sejenak kearah jam dinding.

“Nah, gitu dong… mama memang pengertian nih…” ujarku, dengan kegirangan, seraya kulepas handuk yang membalut ditubuhku.

“Tapi, sebelum kamu ngentotin lobang anus mama… mmm.. mama mau nyicipin anus kamu dulu lho… soalnya semalem mama gak sempet kan…” usul mama.

“Oke ma… Kebetulan Bagus juga belum pernah ngersain anus Bagus dijilat-jilat…”

“Iya, kamu curang sih… tadi malem kamu udah nyicipin anus mama, tapi mamanya belum…” ujar mama, seraya menghampiriku dan memberikan isyarat agar aku berdiri.

“Salah sendiri, kenapa mama gak minta tadi malem… pasti asik kan, kalau lidah mama yang seksi itu ngejilat-jilat dianus Bagus…”

Mama memintaku untuk berdiri sambil berpegangan pada bibir meja makan, kedua kakiku kugeser beberapa langkah kebelakang, sehingga posisi pantatku menjorok menantang kebelakang setengah menyngging.

Mama menarik salah satu kursi, yang kemudian diletakannya tepat dibelakang pantatku.

Dengan duduk dikursi, kedua tangan mama memegang buah pantatku. Aku menoleh kebelakang untuk dapat menyaksikan aksi mama menservis liang pelepasanku. Kulihat wajah yang kepalanya terbungkus jilbab itu mulai menciumi sekujur buah pantatku. Kini kedua ibu jarinya menyibak liang anusku, lalu menatapnya beberapa saat, seraya ditempelkannya ujung hidungnya pada anusku, diikuti dengan menarik nafas panjang sambil memejamkan mata.

“Mmmmmmm… aromanya saja sudah menggoda seperti ini sayang… pasti sedap nih kalau di icip-icip…” oceh mama. Merasa tersanjung juga aku mendengarnya.

Aaaaaaaaaggghhhh… sentuhan pertama lidah mama pada anusku membuatku menggelinjang sesaat sampai-sampai aku menarik kedepan pantatku karena terkejut.

“Rilek aja dong sayang…” ujar mama, yang kemudian kembali melanjutkan aksi “rim-job”nya itu.

“Zzzzzzz… uuuuuhhhhh… enak banget maaaaa… “erangku, sambil tanganku meremasi taplak meja.

Wooww… nikmat sekali rasanya sensasi liang anus mendapat sentuhan benda lunak dan basah yang bergerak menggrlitik-gelitik. Nikmatnya terasa masuk sampai kesanubari… dan, waaww.. sialan, mama mencoba menusukan ujung lidahnya kedalam anusku.. uuhh.. ngilu-ngilu sedap.

“Uuuuuugghhhhhh… sedap sekali maaa… zzzzzhhh… mmmmm…” erangku.

Semakin liar saja lidah mama bergerilya didalam liang duburku, gelitik-gelitikannya semakin lincah.

Slloop.. chloop… cleep.. slaapp.. shloopp…

Ludah yang membanjiri sekujur duburku menimbulkan suara kecipakan saat lidah mama beraksi, bahkan sesekali mulut mama menyedot-nyedot pelan liang anusku, yang membuatku bergelinjang-gelinjang dibuatnya.

Kulihat kini mama meludahi telapak tangannya beberapa kali, entah apa yang akan dilakukannya.

Wooww.. ternyata telapak tangan yang telah dibaluri ludahnya itu digunakannya untuk mengocok-ngocok batang penisku. Itu mama lakukan dengan cara tangan kanan mama seperti merangkul paha sebelah kananku agar dirinya dapat menggenggam penisku dari arah depan dengan lebih leluasa.

Aahh.. sedap sekali, sambil menikmati anusku yang dijilati mama, batang kontolku juga dikocok-kocok oleh mama. Hmm.. apa yang dilakukan mama saat mengocok penisku mengingatkan orang yang sedang memerah susu sapi.

“Aaaaahh… gila ma… enak banget ma… benar-benar Bagus dapat kenikmatan ganda kalau begini ma… uuuuhhh…”

Sebenarnya momen ini benar-benar mengasikan dan melenakan, tapi aku kawatir pertahananku keburu bobol sebelum sempat merasakan sensasi anal seks dari mama, terlebih lagi mama harus-harus cepat berangkat ke kantor.

“Ma… udah ya ma… bagus udah enggak tahan nih mau ngerasain ngentot anal sama mama…” pintaku, saat sekitar 15 menit mama menggarap liang anusku.

“Oke deh sayang… kamu udah enggak sabar mau menyodomi mama kamu ya…” setuju mama, yang kemudian segera berdiri dan menyingkirkan kebelakang kursi yang sebelumnya dia duduki.

“Pasti dong ma… takutnya Bagus keburu K. duluan sebelum sempat nganalin mama… habis servis mama tadi luar biasa banget, bakalan ngecrot duluan kalau diterusin…” ujarku, seraya mengecup mulut mama yang baru saja digunakannya untuk mencicipi anusku, bahka kami juga sempat saling berpilin lidah.

Sejurus kemudian mama melepas celana dalamnya, seraya berdiri sambil kedua tangannya berpegangan pada meja makan. Posisi yang sama persis saat aku menerima servis rim-job dari mama barusan.

Mama mulai menyingkap rok panjangnya hingga sebatas pinggang, sehingga terpampanglah pantat besar mama begitu menantang.

Wooww.. cahaya terang alami matahari yang menembus dari jendela dan beberapa akses masuk, membuat pemandangan ini terlihat sempurna dan jelas, keindahan kulit pantat mama yang putih semakin tampak menggairahkan.

Kini mama meludahi telapak tangannya beberapa kali, untuk kemudian mengoleskannya pada anusnya.

“Ayo, masukin kontol kamu le lobang anus mama anakku sayang… katanya kamu udah enggak sabaran mau ngentotin lobang pantat mama…” tantang mama, dengan gaya dan intonansi suara yang menggoda.

“ih, mama seksi banget deh ma… nafsuin abis… “pujiku, seraya kuarahkan ujung kontolku dimuka lubang anus mama.

Blesss… tanpa menemui banyak kesulitan batang panisku telah berhasil membobol lubang dubur mama.

“Uuuuuuugghhhhhhh… tekan lebih dalam lagi sayang… biar mama tambah enak… mmmmhhh…” gumam mama.

Kudorong sekigus batang penisku sampai tandas, yang diikuti dengan desahan panjang mama.

“Zzzzzhhhhhh… Uuuuuuuuuhhhhh… mantep sekali gus… wooww… langsung penuh nih rasanya lobang pantat mama… aaaaagghhhhh…” ujar mama, dengan posisi kepalanya agak miring sehingga aku dapat menyaksikan ekspresi sensual mama yang mendesah dengan mata terpejam.

Wooww.. sebuah sensasi tersendiri menyaksikan wanita berbokong besar berseragam instansi pemerintah dengan model busana muslim rok panjang dan baju lengan panjang, serta jilbab yang membungkus kepala, dalam keadaan pantatnya disodok batang kontol dari belakang.

Hmm.. seandainya dipoto pasti akan menghasilkan nilai poto yang seksi abis, terutama dengan ekspresi mama yang sedang mendesah nikmat seperti itu.

Wooww… memang ada sensasi berbeda kurasakan pada batang penisku dibandingkan lobang vagina… kurasakan batang kontolku seperti dijepit ketat oleh otot-otot anus mama. Namun yang lebih dari itu adalah sensasi liarnya mengentot pada lobang yang sebenarnya bukan akses senggama ini, bertambah mengesankan lagi, yang kutoblos ini adalah lubang dubur mama kandungku sendiri, sehingga semakin komplit saja sensasi itu kudapat.

“Ma… anus mama Bagus genjot lebih kenceng lagi boleh gak ma…” pintaku.

“Boleh sayang… tapi cabut dulu kontol kamu, biar mama isep-isepin dulu ya sayang…” pinta mama.

Plup… seperti yang dipinta mama, batang penisku kucabut dari liang dubur mama. Woow.. suatu momen yang sensual saat sepersekian detik begitu penisku tercabut, dimana lubang anus mama tampak menganga seperti lubang sumur dan hanya beberapa saat kemudian lubang itu kembali menutup membentuk kerutan yang mengerucut.

Segera kusodorkan penisku kearah wajah mama, yang dengan antusias dikulumnya batang kontolku, kontol yang beberapa saat lalu berpenetrasi didalam lubang anusnya sendiri itu.

“mmm… ghlop.. ghlop.. chlop… juiih.. juiihh… mmm.. udah sayang, sekarang kamu boleh entotin lagi anus mama sekuat-kuatnya… genjot yang kenceng ya sayang… biar tambah asik…” ujar mama, setelah mengulum beberapa saat, kemudian diakhiri dengan meludahi beberapa kali batang kontolku.

Batang penis yang telah berlumuran air liur mama itu kembali kutoblos masuk kedalam lubang anus mama, lalu kugenjot beberapa saat. Namun ingatanku kembali pada momen sebelumnya tadi, dimana begitu seksinya liang anus mama yang menganga lebar saat aku cabut.

Hmm… tentu saja aku tergoda untuk kembali menyaksikan momen sensual itu.

Brroott… brroot… brroot… plup…

Kembali kulihat rongga menganga sekian detik setelah batang penisku kucabut. Sehingga menggodaku untuk mengulangi aksi itu beberapa kali. Kumasukan, lalu kugenjot tiga kali, dan kucabut lagi. Bahkan lubang yang terbuka itu sempat juga beberapa kali kuludahi.

“Ih, kamu tuh macem-macem aja deh sayang… katanya mau ngentotin mama yang kenceng… ini koq malah mainin lubang anus mama gitu sih…” tegur mama.

“Nanti dulu ma… soalnya anus mama saat terbuka lebar ini eksotis banget ma… sensual dan menarik untuk dilihat…” jawabku, sambil masih bermain-main dengan anus mama.

“Iya deh… kalau memang kamu suka sih…”

Puas dengan permainan itu, kembali aku memompakan batang penisku maju mundur walaupun masih dengan irama yang tidak terlalu cepat.

“Ayo dong sayaaang… entotin yang kuat dong biar lebih mantep…” pinta mama.

“Oke ma… nih rasakan hantaman kontol Bagus… huuhh… huuhh.. huuhh.. huuhh… “bersamaan dengan itu, bokongku mulai bergergerak maju mundur dengan kecepatan tinggi serta hantaman yang kuat dan bertenaga.

“Aaaaaahh… teruuss… guus.. man.. tap… ini.. gus… hajar.. terus… bo’ol.. ma.. ma.. gus… sodomi yg kuat gus… aaaaa… aaaaaaaa… aaaaaa…” pekik mama, sambil tangannya berpegangan erat pada bibir meja.

“Huuuhhh… huuhh.. huuhhh… enak banget.. lobang.. bo’ol mama… huuhh.. huuhh… huhh… seperti menggigit batang kontol Bagus… maaa… huuh.. huuhh.. huuhh…” racauku, sambil terus membombardir anus mama.

“Iyaaaaa… kontol.. kamu… juga… enak… anakku.. sayaaang… anak kandung… mama… sayaang… yang.. doyan.. ngentotin.. mama.. kandungnya… sendiri… aaaaaa… aaaa… aaaaa… jebol deh.. bo’ol.. mama… tapi.. asik.. sayang… aaaaa… sedaaapp… kontolmu… terasa.. sampai… ulu..

Wah, meja ini mulai bergeser sekitar setengah meter akibat guncangan dan dorongan yang terlalu keras, bahkan gelas mama sudah terjatuh dilantai dan pecah, tapi tentu saja kami tidak memperdulikan itu semua.

Brroottt… brroott… brroott.. brroott… plak.. plak.. plak.. plak…

Suara-suara itu terdengar begitu erotis bagiku, bagaikan suara tabuhan pemberi semangat, sehingga bagai tak ada letihnya walau sudah sekitar 15 menit aku menganal mama dengan kekuatan penuh ini. Tubuh telanjangkupun sudah basah kuyup dan tampak berkilat, padahal aku baru saja mandi.

Hingga akhirnya, sampailah pada puncak kenikmatanku.

“Aaaaa… Bagus keluar maaaaaa… aaaaa… bo’ol mama enak banget sih… aaaahhh…”

Crroottt… crrrooott… crrooott… crrooott… bersamaan dengan rasa nikmat itu, menyemburlah cairan hangat kental menyirami liang pelepasan mamaku, hingga akhirnya aku berdiri diam dengan batang penis masih tertancap didalam anus mama.

“Fuuuhhh… terima kasih ya ma… mama sudah mau memberikan anus mama untuk Bagus entot.. padahal mama kan harus ngantor…” ujarku.

“Enggak apa-apa sayang.. mama juga suka koq bisa merasakan lubang anus mama dientotin sama kontol gede anak mama ini… Gimana kesan-kesannya merasakan anal seks untuk yang pertama kali sayang…”

“Woooww… luar biasa sekali ma… bakalan ketagian nih…”

“Sukur deh kalau begitu sayang… mmm.. kalau begitu dicabut aja kontolnya sayang… cabut dari anus mama… mana kan harus berangkat kerja.. udah terlambat nih…” pinta mama.

“Oh iya.. maaf ya ma…” dan bersamaan dengan itu kucabut batang penisku daru lubang anal mama. Sempat kulihat cairan pejuku yang keluar dari sela-selanya, lalu mengenai paha hingga ke kaki mama, namun aku yakin didalam anus mama masih banyak lagi pejuku yang masih “terjebak” didalam.

Beberapa saat kemudian mama langsung memakai celana dalamnya yang terlampir disandaran salah satu meja makan.

Setelah memakai sepatu, mama segera pamit padaku.

“Mama berangkat dulu ya…” ujar mama sambil menyodorkan tangan kanannya padaku yang masih duduk dikursi dalam keadaan bugil, yang langsung aku cium.

“Kontolnya disalamin juga dong ma…” celetukku, bergurau.

“Ih, ada-ada aja kamu… mama berangkat dulu ya kontol sayang… nanti sore kontol boleh masuk lagi ke dalam memek atau anus mama…” ucap mama, sambil memijit-mijit batang kontolku.

“Oke deh, mama jalan dulu… udah terlambat setengah jam lebih tuh…” ujar mama, sambil menengok pada jam dinding.

“Oke ma, hati-hati dijalan…” ucapku.

“Oh iya gus.. inget, kamu pagi ini punya utang lho sama mama…?”

“Utang..? Utang apaan..” heranku.

“Iya, kamu itu udah klimaks, udah ngecrot… sedangkan mama masih kentang nih…” terang mama.

“Ooww.. itu, beres deh ma… nanti sore Bagus lunasin utangnya… plus dengan bunganya…”

“Siiipp… janji ya… oke deh kalau gitu… salam ngentot selalu ya anakku sayang…”

“Salam ngentot selalu juga mamaku sayang…” jawabku.

“Oh iya ma… itu koq anus mama enggak dibersihin dulu.. kan masih ada peju Bagus didalam… nanti celana mama basah lho ma…”

“Enggak apa-apa sayang… malah biar semakin berkah… anggap saja ini bekal untuk dikantor… biar temen-temen mama dikantor bisa juga nyium aroma peju anak mama… hi.. hi… hi…”

Barsamaan dengan itu, mama meluncur menuju garasi mobil.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu