1 November 2020
Penulis —  Mr_Boy

Menanam Benih di Rahim Ibu dan Adikku

Kami terus melakukan hubungan seperti layaknya suami-istri, dikamar, diruang tengah dan dikamar mandi.

Akibatnya setelah dua Minggu melakukan persetubuhan terlarang itu, adikku Nita muntah-muntah dan mual-mual. Awalnya tidak ada seorang pun yang tahu, tapi Nita memberitahuku bahwa dirinya sudah telat bulan. Aku semakin gencarnya menyetubuhinya dikamar berkali-kali sampai usia kandungannya dua bulan. Payudara dan pantatnya terlihat semakin seksi dan terlihat montok.

Suatu malam ketika aku sedang asik menyetubuhi adikku, tiba-tiba ibuku masuk kekamarku. Fatalnya aku lupa mengunci pintu dan langsung menyetubuhi adikku.

Ketika aku mau menyemburkan spermaku, ibuku masuk dan terkejut melihat anaknya sedang berhubungan intim seperti selayaknya suami istri. Karena kaget! Aku cabut penisku dari dalam vagina adikku dan sperma pun menyembur diperut adikku berkali-kali. Ibu sampai terdiam melihat semburan spermaku yang begitu banyaknya keluar dari penisku yang besar.

Lalu ibu cepat tersadar dan berkata,

“Rama nita!! Apa yang sudah kalian lakukan?!! Rama!! Kamu sudah menyetubuhi adikmu sendiri?!! Kamu tidak tau itu dosa dan terlarang nak?! Bagaimana jika ayah kamu tahu kedua anaknya bersetubuh!”

“Bu, Rama dan Nita saling mencintai Bu. Jika kami diusir dari rumah kami akan pergi dari rumah ini..”

“Rama! Sudah berapa lama kamu menyetubuhi adik kamu?”

“Dua bulan lebih Bu.. sekarang Nita sedang hamil anak Rama dua bulan..”

“Astaghfirullah! Rama?! Kenapa tidak di KB?”

“Karena Rama ingin menjadi lelaki yang bertanggung jawab Bu, bukankah ibu tahu bahwa kami sulit dipisahkan?!”

“Ibu tidak tahu apa nanti kata ayah kamu jika sudah tahu Nita hamil.. sekarang kalian pakai baju! Ayah kamu sebentar lagi datang dari koperasi. Nita?! Lap sperma Rama diperut kamu..!!”

Kami pun berpakaian dan ku bantu Nita mengelap spermaku diperutnya, ibu tetap berdiri dipintu melihat kami saling mengelap sperma.

Entah kenapa ibu malah terlihat tidak syok melihat kami bersetubuh, malah seakan antara ekspresi wajah dan ucapannya seperti bertolak belakang. Harusnya marah! Menangis! Atau pingsan melihat anaknya bersetubuh.

Setelah kami berpakaian, kami berdua disuruh duduk diruang tengah bertiga sambil menunggu ayah pulang. Sekitar jam 7 malam ayah pun datang dan ibu pun melaporkan kejadian yang dilihatnya tadi kepada ayah secara detail.

Mendengar pernyataan ibu bahwa saya dan Nita adikku telah kepergok bersetubuh, muka ayah langsung memerah! Lalu menamparku berkali-kali.

Plak! Plak! Plak!

“Rama! Nita! Kalian itu adik kakak, ada hubungan sedarah! Kok bisa-bisanya kalian bersetubuh?!. Kita memang orang susah Rama! Tak berpendidikan, tapi bukan berarti harus berkelakuan seperti binatang!. Astaghfirullah! Rama sudah berapa hari melakukannya bersetubuh sama adik kamu?!!”

“Dua bulanan yah.. Rama dan Nita siap pergi dari rumah ini agar ayah ibu tidak malu punya anak seperti kami.”

“Siapa yang menyuruh kalian pergi dari rumah ini?! Ayah bagaimana tidak kesal, abis kerja mungut sampah badan capek. Ehh.. pulang dapat berita buruk kamu menyetubuhi adik kamu sendiri..!. Ayah tidak akan mengusir kalian, hidup kita sudah sangat susah dan tak ada yang peduli pada nasib keluarga ini. Rama!

“Ayah merestui hubungan kami yah?”

“Iyaa ayah merestui kalian, jika seisi rumah ini mati pun orang lain takkan ada yang peduli sama kita. Bagaimana dengan ibu? Apa ibu sama seperti ayah merestui mereka?”

“Bener kata ayah takkan ada yang peduli sama keluarga ini, selama seisi rumah ini bahagia, ibu sih setuju dengan pendapat ayah..” kata ibu sambil mengusap kepalanya Anita.

“Rama, maafkan ayah tadi menampar kamu. Itu anggap saja sebagai hukuman dari ayah. Yang sudah biarlah berlalu. Itu sekat yang ada dikamar kamu bongkar saja, percuma dipasang juga. Kalian satuin saja kasurnya. Ya sudah! Ayah mau tidur capek sekali..”

“Makasih ayah ibu sudah merestui hubungan Rama dan Nita, Rama janji akan bertanggung jawab dan menjaganya..”

Ayah hanya mengangguk lalu pergi ke kamarnya, sedangkan ibu masih duduk bersama kami diruang tengah. Lalu aku pun ikut menghampiri ibu memeluknya.

“Bu, apa ibu masih marah sama Rama Bu?”

“Masih sedikit kesal Rama, ibu gak percaya bahwa dengan mata ibu sendiri, ibu lihat kamu tega menyetubuhi adik kandungmu sendiri. Seperti yang barusan ayah kamu bilang, bahwa hanya kitalah yang membuat seisi rumah ini bahagia. Ibu tak mau kalian pergi meninggalkan ibu nak, ibu takkan mempermasalahkan soal persetubuhanmu dengan adikmu lagi..”

“Makasih bu, Rama sayang ibu..”

ku peluk ibuku disamping kanannya, sedangkan Nita disamping kirinya. Ketika ku peluk ibu, aku malah mendekatkan hidungku dilehernya, sehingga hembusan nafasku yang terasa hangat, membuat ibuku merasakan hal aneh yang seolah ingin lebih menikmatinya.

Aku tahu ibu suka dengan hembusan nafasku dilehernya, kurasakan dikulitnya muncul bintik-bintik disertai bulu tangannya yang terlihat berdiri. Aku berkata dalam hati.

‘apa ibu bernafsu padaku, padahal ibu seorang yang rajin beribadah. Tak mungkin imannya luntur oleh hembusan nafasku saja..’

Setelah masalah yang kami hadapi selesai, kami bersikap seperti biasa dengan ayah ibu. Bercanda tertawa meskipun awalnya agak canggung. Tapi kami jadi terbiasa dengan masalah yang ada didalam keluarga ini, mereka menganggap hamilnya Nita sebagai berkah didalam keluarga. Karena tidak mempengaruhi terhadap perekonomian keluarga ini.

Malah keluarga ini semakin erat dan kompak dalam menghadapi setiap masalah, yang lebih mengherankan, sejak aku menghamili Anita, kehidupan keluargaku ini semakin berubah, ada saja rejeki yang membuat penghasilan dari memungut sampah selalu mendapat barang yang harga jualnya tinggi.

Ayah ibu semakin sayang pada kami berdua, mereka menganggap hamilnya Nita olehku mendatangkan rejeki yang melimpah. Sedikit demi sedikit uang tabungan dikoperasi semakin banyak, ayah berencana merombak rumah dan mulai mencoba menjadi pengepul kecil-kecilan, dan tidak lagi menjual hasil memulung sampah ke pengepul.

Tak terasa kandungan Nita sudah 4 bulan, nampak payudaranya semakin mekar pantatnya semakin bahenol. Jika kami berempat sedang ngobrol diluar malam hari, Nita selalu bersender dipundakku kadang dipangkuanku. Ayah dan ibu sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu, mereka tak merasa risih atau terganggu sama sekali.

Sejak ayah menjadi pengepul kecil-kecilan, kini jarang tidur dirumah. Ayah lebih sering keluar rumah siang atau malam, mengajak para pemulung untuk bekerjasama menjual hasil dari memulungnya.

Kerja keras ayah tidak sia-sia, banyak pemulung yang menjual barang rongsokannya kepada ayah sekarang. Aku pun lebih sering membantu ayah daripada memunguti sampah DI TPA, meskipun tidak digaji, setidaknya keluarga kami tercukupi.

Ayah orangnya sangat pengertian, meskipun tak ada yang memerhatikan nasib keluarganya. Oleh karena itu ketika aku menghamili Anita, memang ayah sangat marah, tetapi keutuhan rumah tangganya lebih diutamakan, daripada harus mengambil keputusan yang membuat rumah tangganya hancur.

Setiap malam aku semakin sering menyetubuhi Nita adikku, pintu kamar yang biasanya aku kunci dari dalam, kini aku biarkan tak dikunci. Ketika aku sedang nikmat-nikmatnya bersetubuh dengan Anita, pintu kamar ada yang membuka. Ketika aku dan Anita menoleh, ternyata ibuku.

Masih dalam keadaan penisku didalam vagina Anita, aku menyapa ibuku.

“Ibu?!” Kataku kepada ibu agak kaget ia masuk kedalam.

“Lanjutkan saja, ibu mau melihat kalian bersetubuh..”

Aku saling berpandangan dengan Anita, perasaanku jadi tidak karuan ada ibu yang menyaksikan kami bersetubuh. Kuberi isyarat ke Nita dengan menganggukkan kepala untuk melanjutkannya lagi. Tanpa mempedulikan ada ibu disampingku menyaksikan secara langsung persetubuhan dengan Nita. Ku genjot terus vaginanya sampai Nita orgasme, lalu disusul olehku dengan berkali-kali semburan, memuntahkan sperma panasku kedalam vaginanya.

Ku cium Anita sambil merasakan denyutan vaginanya yang meremas penisku, seakan disedot-sedot kuat oleh vaginanya. Lalu aku cabut penisku, sampai spermaku pun ikut keluar kental dan putih yang bercampur dengan lendir orgasmenya Anita.

Ku lihat ibu sampai terbelalak melihat penisku yang masih tegak berdiri dengan gagahnya, berurat dan mengkilat oleh balutan lendir kami berdua.

Anita bangkit dari telentangnya lalu mengoral penisku, ditelannya sisa-sisa lendir yang menempel dipenisku bulat-bulat tanpa adanya keraguan sedikitpun, sehingga penisku pun akhirnya bersih dari sisa-sisa lendir.

“Ibu sungguh takjub sama penis kamu Rama, begitu gagahnya. Beda banget dengan punya ayah kamu baru dua menitan udah lemas tak berdaya. Padahal ibu masih ingin..”

“Mungkin ayah sedang kecapean Bu waktu menyetubuhi ibu..” kataku membela ayah.

“Tidak mungkin kecapean hingga lima tahun nak, ibu iri sama Nita bisa mendapatkan kenikmatan yang didambakan setiap wanita. Andai saja ibu di posisi Anita.. maaf nak ibu keceplosan..”

“Gpp bu, lebih baik jujur daripada harus dipendam dan menjadi beban pikiran, aku dan Anita melakukannya dengan sadar tanpa paksaan. Bu, kalau ibu mau, Rama siap membantu mengeluarkan beban pikiran ibu. Mumpung ayah sedang keluar, mari sini Rama bantu ibu, ini demi kebaikan ibu juga.. sekali ini saja gak bakalan berdosa Bu, karena niat Rama membantu ibu melepaskan beban yang sudah ibu pendam lima tahun itu..” aku memberikan argumen sesat kepada ibuku.

Tanpa berpikir panjang, aku ajak ibu ke kasurku. Tak ada komentar atau penolakan dari ibu, juga Anita menganggukkan kepala mendukung ibu untuk menuruti ajakan ku. Sehingga ibu terpengaruh oleh kata-kata bijak sesatku dan dukungan mental dari adikku.

Aku tidak mau berlama-lama pemanasan takut ayah keburu pulang.

“Bu, sebelum Rama memulainya jangan dulu protes ya? Nanti kalau udah keluar baru ibu boleh ngomong yaa bu..? Ini demi kebaikan ibu juga..”

“Iyaa, ibu akan diam..”

“Baik, Sekarang ibu telentang..”

Tanpa basa-basi ku elus vagina ibu dari luar celananya, kebetulan ibu sedang memakai celana tidur yang tipis, sampai-sampai cd-nya ibu terlihat jelas dari luar. Pahanya yang besar ku elus-elus seperti mengelus benda yang berharga, ku tatap ibu memastikan agar jangan berbicara sebelum aku mengeksekusi lobang sucinya.

Ku lihat ibu ingin protes, tapi ingat kata-kataku juga dukungan dari Nita adikku. Akhirnya ibu pun hanya terdiam, sampai aku turunkan celananya sampai lepas dan terlihatlah vagina ibu yang terlihat gemuk yang masih dibalut cd-nya.

Ibu mulutnya sampai menganga, karena baru kali ini mahkota kebanggaannya yang tidak pernah sekalipun diperlihatkan selain pada suaminya, kini antara rasa malu dan penasaran bercampur aduk didalam dirinya.

Sebelum ibu berubah pikiran, ku ciumi vaginanya dari luar cd-nya, ibuku tersentak ketika aku ciumi, ku gesek-gesek dengan hidungku sambil ku hembuskan hawa panas dari mulutku.

Aaahh… Aaahhh… Aaahhh… Sssshhhh.. pinggul ibu bergerak kekiri kekanan dan keatas menikmati belaian kasih sayang yang begitu lembut memanjakan vaginanya.

Tak menunggu lama ku lepaskan menarik kebawah cd-nya sehingga terpampanglah untuk pertama kalinya vagina ibu yang begitu indah, bulu-bulunya yang lebat tapi agak jarang, menghiasi sekeliling vaginanya yang semakin menambah pesona dari daya tarik vaginanya.

Aku lebarkan kedua kakinya, sehingga terbukalah pintu gerbang sumber dari segala kenikmatan yang ibu jaga dan ibu rawat selama 23 tahun, terpampang didepan wajahku sampai membuat mataku terbelalak melihat keindahan dan keanggunan dari vagina ibu yang begitu mempesona.

Tak seperti vagina adikku Nita yang mulus dan kecil, vagina ibu terlihat tembem, kembung dengan kedua bibirnya yang tebal kini melebar, sehingga lobang vaginanya terlihat jelas sampai tak aku sadari air liurku tumpah menetes ke kasur, karena terpesona dengan keindahannya.

Ku dekati vagina ibu, ku cium pubisnya lalu turun menghirup kuat dari aroma vaginanya. Ughh!! Aroma dari vaginanya mirip seperti vagina adikku, yang mengeluarkan aroma ciri khas sebuah vagina. Gairahku kembali bangkit! Malah, semakin terasa kuat ingin menikmati aroma dan rasa dari mahkota kebanggaan ibuku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu