1 November 2020
Penulis —  Mr_Boy

Menanam Benih di Rahim Ibu dan Adikku

Ku rapatkan tubuhku dengan Nita, sampai penisku berada tepat di belahan pantatnya. Nita diam saja atas perlakuanku terhadapnya, dengan perlahan ku tekan pantatnya sambil meraba pinggang dan pinggulnya, sampai turun kepaha lalu naik lagi.

Adikku Nita tidak melarangku, hanya terdengar suara nafasnya yang terasa berat.

Sambil kutekan-tekan aku berbisik,

“Dek, kalau kamu merasa ke ganggu sama kakak bilang ya? Kakak gak mau membuat kamu kecewa”

“I.. iiyyaa kak… gpp, Nita percaya kok sama kak rama..” kata adikku.

Aku pun mencoba meletakkan telapak tanganku meraba payudaranya, seakan tanganku seperti menggenggam bakpao.

Ternyata payudara adikku lumayan besar juga meskipun tidak memakai bh.

Ku tekan kupijit Aahhh..! sekilas terdengar suara desahan adikku.

“Bh kamu kemana dek?”

“Gak Nita pake kak, abisnya kekecilan..”

“Nanti kakak beliin ya yang bagus..”

“Beneran kak?”

Kata adikku seneng.

“Iyaa besok kakak cariin yang bagus yaa..?”

“Makasih kak.. kakak baik banget sama Nita..”

dipegangnya tanganku dan diarahkan ke teteknya. Aku ngerti bahwa aku boleh memegang payudaranya.

“Kamu percaya sama kakak dek?” Aku berbisik di telinganya. Nita mengangguk pelan.

Mendapat lampu hijau dari Nita, tak ada keraguan lagi dariku. Ku remas saja payudaranya dari luar baju dasternya.

Aaahh.. Eemmhh..! suara desahannya membuatku semakin dikuasai birahi. Tak mungkin ada orang yang tahu karena sekeliling rumah ini dipagari kayu. Selain itu ayah ibu membiarkan kami tidur sekasur, ditambah diluar suara gemuruh hujan, semakin sempurna saja aku menjamah tubuh adikku.

Ku tarik dasternya sampai pinggang sehingga CD putihnya yang bermotif bunga terlihat olehku. Melalui bawah dasternya yang tersingkap itu aku meraba perutnya yang lembut, lalu sampailah tanganku menggenggam langsung payudaranya.

Adikku menarik nafas dalam, karena telapak tanganku yang hangat menyentuh daerah sensitifnya. Ku tekan kuremas ohh.. sungguh kenyal dan lembutnya payudara adikku ini. Putingnya pun masih kecil mungil, tapi sudah membuatku semakin nekat sampai aku lepaskan celanaku hingga membuat penisku terbebas dari kurungannya.

Lalu ku raba kembali payudara adikku sambil kucium tengkuknya, sehingga membuat kuduk adikku bergidik. Tanganku begitu lincah meraba-raba tubuhnya yang mulus dan terasa mulai berkeringat. Penisku pun bebas menggesek-gesek pantatnya yang masih terbungkus celana dalamnya adikku.

“Dek, balikkan badan kamu kearah kakak sayang..” Nita pun membalikkan badannya, wajahnya terlihat memerah antara nafsu dan perasaan malu memandang wajah kakaknya.

“Kamu cantik sekali sayang..” ku elus pipinya ku cium keningnya, Nita merasakan kasih sayang yang diberikan oleh kakaknya. Matanya menatapku dengan penuh perasaan bahagia, terlihat jernih dan berbinar-binar. Sehingga aku pun untuk pertama kalinya memberanikan diri mencium bibirnya.

Ku peluk erat adikku sehingga penisku berada diantara jepitan selangkangannya, tepat dibawah vaginanya, perutku dengan perut adikku sampai bersentuhan langsung. Ku rasakan kelembutan dan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhku. Desahan nafas Nita beradu dengan nafasku, sehingga menambah keliaran nafsu birahi kami berdua.

Hujan yang begitu derasnya, malah seperti iringan musik yang merdu, seakan memberikan semangat kepada kami berdua, untuk melakukan hubungan selayaknya suami-istri.

Sambil berciuman, kurebahkan adikku Nita lalu kutindih tubuhnya. Kelembutan tubuhnya benar-benar kurasakan begitu nikmatnya, leher pundaknya ku ciumi dan kujilati sampai kebagian dadanya.

“Dek bajunya dilepas ya? Boleh kan?” Adikku hanya mengangguk sambil menjilati bibirnya yang terlihat memerah karena kusedot.

Aku bertumpu pada kedua lututku dan satu tangan kiriku, sedangkan tangan kananku membantu Nita melepaskan dasternya. Aku pun sambil membungkuk membuka bajuku sehingga telanjang bulat, sedangkan adikku masih memakai celana dalamnya.

Kini terlihatlah payudara adikku yang jika aku pegang dengan jemariku aku rengkangkan, maka ke genggamlah sebelah payudaranya. Payudara adikku memang kecil tapi lebar, aku pun sampai terpana melihatnya. Penisku dibawah sampai menunjuk kebawah, ingin masuk kedalam lobang sucinya adikku nita.

Dengan posisi menindihnya aku remas, aku jilati seluruh permukaannya juga putingnya aku main-mainkan dengan ujung lidahku.

Eeeemmmhhh… Eemmmmhhh.. Nita terus mendesah ketika lidahku menari-nari disekitar putingnya.

Aku tidak tahu kenapa bisa tahu apa yang harus dilakukan terhadap puting susunya, itu seakan mengalir dari naluri lelakiku saja. Hujan angin, sambaran petir disertai dengan gemuruh angin juga suhu yang dingin, malah semakin bergairah. Peluh keringat keluar membasahi tubuh kami, bahkan ada yang sudah menyatu dengan keringat kami berdua.

Aku semakin turun menciumi dengan lembut perutnya, Nita bernafas pelan dan seperti ditahan ketika bibirku mendarat diperutnya yang hangat dan lembut. Hidup susah tak membuat kami hidup jorok, adikku tetap menjaga kebersihan tubuhnya. Wanginya sabun menempel di kulit tubuhnya, membuatku semakin bernafsu menikmati keindahan dan rasa tubuhnya adikku.

Kini wajahku tepat diatas vaginanya yang masih terbungkus celana dalamnya, ku kecup, ku ciumi dan ku hirup aromanya Aahhh.. sungguh bau ciri khas vaginanya membuat penisku semakin mengeras hebat! Secara reflek kaki Nita direnggangkannya, pantatnya keatas kebawah seiring kecupanku di pubis vaginanya.

Ingin sekali aku mengangkat cd-nya kesamping, sekedar ingin mengintip bentuk vaginanya yang membuatku penasaran. Tapi aku belum meminta ijin pada adikku, apakah dia membolehkan melepaskan cd-nya.

“Boleh kakak lepas cd-nya dek?”

“Iyaa kak.. lepasin aja…”

Aku pun tersenyum penuh kemenangan, Nita mengijinkanku melapaskan cd-nya yang membungkus vaginanya. Ku pegang kedua sisi cd-nya lalu ku tarik kebawah, Nita pun mengangkat pantatnya agar aku mudah melepaskannya. Ketika pantatnya diangkat keatas, vaginanya terlihat membusung indah dan terlihat padat, membuatku ingin sekali aku mencium dan menyadotnya.

Kakinya masih menjulur lurus kearahku membentuk hurufV, tapi sedikit direnggangkan, belahan vaginanya terlihat masih rapat dengan hiasan bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat. Ku sentuh dengan telapak tanganku ohh.. sungguh hangatnya vagina adikku ini dan aku merasa ada sedikit lendir bening dicelah vaginanya yang seperti gel. Juga aku merasa kelembutan kulitnya membuat penisku semakin uring-uringan minta segera dimasukan kedalam vagina adikku.

Aku menurunkan wajahku dan ku coba mencium langsung kulit vaginanya ohhh.. aroma vagina sungguh menggoda dan memancing birahiku. Aku terus membaui aromanya, lalu ku julurkan lidahku menyapu pubis dan bibir vaginanya, tak ketinggalan celah vaginanya ku sapu dengan lidahku.

Clitorisnya yang mencuat aku emut dan ku sedot kuat, sehingga membuat adikku nita tersentak terus menggoyangkan pinggulnya mengimbangi jilatanku divaginanya.

Kini aku mulai mengangkat kedua kakinya lebar-lebar dan menekuknya. Sehingga vaginanya menganga lebar, terlihat lobang kecil bulat mengap-mengap dibawahnya seukuran batang rokok bulat lobangnya. Lobang suci yang belum pernah terjamah begitu indahnya, sampai-sampai aku mencium lobang itu dengan penuh rasa kekaguman, bentuknya sungguh indah, sebuah ciptaan yang sempurna.

Vaginanya terus aku jilati, rasanya yang terasa agak asin dan gurih. Juga aromanya yang memancing birahi, sungguh sampai aku begitu lahap menikmati daerah kewanitaannya.

“Aahh… Aaahhh… Eeemmhh… Kkaak..!!” sapa adikku.

“Iyaa sayanggg..? Kenapa?” Kataku sambil menjilati vaginanya.

“Mmmm.. enak kak…”

“Kakak jilatin lagi yaa..?”

“Iyaa kaakk aww..!!”

Ku gigit gemas clitorisnya.

Lama sekali aku menjilati vaginanya, sampai tubuh adikku tiba-tiba menegang, keringatnya keluar, lalu disusul desahan adikku yang begitu nyaman didengar telingaku.

Aaahhh… Eeemmmmmmhhh.. Uuuggghhhh!!! Crut.. crut.. keluarlah lelehan seperti lendir berwarna putih yang merembes dari lobang sucinya. Lendirnya sampai mengenai mulut dan hidungku terasa hangat dan licin, aku pun langsung menjilatinya dan menelannya. Entah kenapa aku begitu menyukai aroma juga rasanya yang terasa nikmat dimulutku sampai ketika ku telan, malah semakin bertambahlah gairah nafsuku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu