1 November 2020
Penulis —  Mr_Boy

Menanam Benih di Rahim Ibu dan Adikku

Kini saatnya untuk menyatukan tubuhku dengan Nita adikku, kedua kakinya ku angkat sampai lututnya menyentuh perut, lalu aku lebarkan kesamping sambil aku tekuk lututnya seperti seekor katak yang nempel dikaca, membuat vaginanya terbuka lebar.

Untuk pertama kalinya aku oles-oles belahan vaginanya dengan kepala penisku keatas kebawah, sambil menyundul-nyundul clitorisnya. Perasaan hangat, basah, dan licin vaginanya membuat penisku terasa ngilu. Nita berinisiatif memegang kedua kakinya dibagian belakang lututnya, agar mempertahankan posisinya yang mengangkang lebar.

“Kakak tak akan menyakiti kamu dek, kalau terasa sakit bilang yaa dek?”

“Iyaa kak..”

Setelah benar-benar pas antara penisku dengan lobang vaginanya, aku mulai menekan perlahan mencoba menyeruak lobang sucinya.

“Ahh… Sakit kakk.. pelan-pelan..”

“Iyaa kakak pelankan yaa ugh! Vagina Nita untuk kakak yaa sayang..?”

“Iyaa kak, vagina nita hanya untuk kakak.. tapi.. pelan-pelan kak.. sakiitt..!”

“Percaya sama kakak ya? Ketika Nita lagi sedih, susah, sakit siapa yang merawat Nita?”

“Kakak yang menjaga Nita..”

“percayalah kakak tak akan menyakiti kamu, kakak masukin lagi yaa sayang..? Kakak yakin kamu kuat..”

“iyaa kak masukin kak… Nita siap Nita kuat kok..”

“bagus..! Siap yaa sayang..”

lalu aku tekan lagi lobang vaginanya, sampai akhirnya kepala penisku yang besar berhasil masuk, sehingga membuat Nita mengeluarkan air mata.

Uuggghhh!!

Nikmat sekali vaginanya, sampai-sampai urat penisku keluar karena merasakan kehangatan kelembutan kasih sayang kami yang seakan menyatu melebur dikelamin kami berdua. Penisku bertahan disitu agar membiasakan mulut vaginanya beradaptasi dengan besarnya kepala penisku.

Bisa saja aku paksakan sekaligus sampai amblas, tapi aku tak tega melihat tubuh adikku yang mungil, lobang vaginanya yang sangat kecil harus menampung penisku yang besar secara paksa.

Kepala penisku ketika kutarik sedikit terlihat mengkilap oleh lendir vaginanya yang membalut penisku, aku tekan lagi perlahan sampai aku merasa ada sesuatu penghalang yang menghalangi penisku untuk lebih jauh kedalam.

Aku sampai deg-degan karena akan menembus kehormatannya, adikku menarik nafas dalam-dalam setelah aku beri aba-aba akan menghujamkannya. Aku tarik sampai setengah kepala penisku masih diantara mulut vaginanya, dengan kecepatan penuh aku tusukkan penisku dengan sekali hentakkan

BLEEESSSS!! Creett! Penisku menerobos pertahanan adikku mengoyak selaput daranya, sampai seluruh batang penisku kini berhasil tenggelam semuanya tertelan vagina adikku.

Aaahhhh!!! Aku melenguh nikmat sekali. Eeemmmmhhhh Aaahhhh…!!! Nita berusaha menahan teriakan ketika penisku menerobos pertahanan vaginanya, rasanya lobang vaginanya terasa merenggang dan terasa panas. Air matanya semakin mengalir melepaskan keperawanannya yang ia jaga selama 18 tahun.

Aku lihat darah segar keluar dari celah vaginanya sampai menetes ke kasur miliknya. Lalu aku tindih adikku mengecup keningnya untuk menenangkannya,

“dek kamu menyesal kakak ambil keperawanan kamu sayang aahh?” Penisku masih didalam.

“Nggak kak, Nita rela… kehormatanku buat kakak.. Eemmhh..!”

“Kakak gerakin yaa penisnya?”

“Iyaa kkkaakk.. Ahhh… Ahhh…”

Penisku mulai ku tarik dan ku hentakkan kebawah sampai sekujur tubuh aku pun terasa menegang, merasakan kehangatan dan kelembutan dalamnya vagina Nita adikku.

Genjotan demi genjotan ku hujamkan berkali-kali, menggesek mengoyak daging lembut milik adikku, menyundul mulut rahimnya sampai ku hujamkan terus sedalam-dalamnya memenuhi lorong vagina adikku ini. Aku cium bibirnya menghisap mulutnya, beradu lidah sampai bertukar air ludah.

Nita nampak memerah wajahnya, kadang sedikit mengernyitkan dahinya karena masih ada rasa perih sakit dan nikmat bersatu padu didalam vaginanya. Sekujur tubuhnya menegang, melemas, seiring dengan genjotanku yang mengoyak vaginanya.

Aku membungkuk dan kulihat dengan jelas penisku berlumuran darah bercampur lendir adikku, ku peluk adikku dengan penuh rasa kasih sayang. Karena Nita sudah memberikan kehormatannya untukku, aku berjanji mulai detik ini aku akan sepenuhnya memperhatikan dirinya.

Perasaan kami berdua pun terasa nyambung ketika penisku bercokol menyatu dengannya, seakan aliran perasaan hati kami berdua saling berbagi rasa melalui penyatuan penisku dan vaginanya.

Nita memeluk erat tubuhku serta aku terus menghujamkan penisku sampai tenggelam semuanya tak ku sisakan sedikitpun. Gesekan penis yang mengoyak vagina, serta selangkangan yang beradu menimbulkan suara yang merdu, seperti ibu yang sedang membuat adonan roti

PLOK! PLOK! PLOK! Aku dan Nita saling membalas ciuman, menikmati mulut pasangannya seperti melumat lelehan gulali, menghisap menyedot dan saling menelan cairan air ludah kami yang sudah bercampur.

Sungguh nikmatnya hubungan incest antara adik dan kakak kandung ini, kami berdua sama-sama memiliki fantasi dan sensasi yang sama. Hingga pikiran kami pun dipenuhi pikiran Incest! Incest! Incest!

Hampir setengah jam kami bersetubuh, Nita pun berkata, “kak… Nnita.. mmmaauu.. kellluuuaaarrr…” “Kakak juga… Kita.. bareng yaahhh sayanggg…” Hentakan demi hentakan semakin cepat ku hujamkan! Aku merasa ada sesuatu seperti bom sperma yang terasa menggumpal hendak menjebol pertahananku. Tiba-tiba Nita mengejang diiringi semprotan cairan orgasmenya juga denyutan dan remasan seperti menyiksa batang penisku. Hingga aku pun menyerah, pertahananku dijebol oleh spermaku yang menyembur kuat!

CROT..!! CCRROOTT… CCRROOOOTTTT!!! Entah mungkin 15 kali penisku memuntahkan semua isinya mengisi rahim adikku, sel spermaku yang berjuta-juta sedang berlari saling berebut untuk membuahi sel telur Anita.

Aku memandang adikku dan kuciumi lagi bibirnya, setelah kami tenang, aku mulai mencabut penisku yang dari tadi tega mengoyak vagina adikku. Darah dan lendir spermaku dan Nita menyatu bercampur menjadi satu berceceran kemana-mana. Sampai kasurnya Nita banyak ceceran darah keperawanannya.

Sambil tiduran menyamping kupeluk adikku.

“Dek, maaf kakak ambil keperawanan kamu tas sayang, kakak akan bertanggungjawab jika kamu hamil anakku..”

“Kak, aku takut ayah ibu marah..”

“Jika itu terjadi, maukah Nita jadi istri kakak sayang..?”

“Iyaa kak, Nita mau jadi istrinya kakak.. Nita sudah merasa nyaman dengan kak Rama.. jangan tinggalin Nita yaa kak..?”

Nita menangis memelukku.

“Itu takkan terjadi sayang, kakak takkan meninggalkan kamu. Hidup bersama kakak, dalam susah atau senang, suka duka kita bersama-sama kita hadapi. Kakak berharap kamu hamil anak kakak.. jangan di KB ya sayang..?”

“Nita akan menjaga anak kita, Nita akan membiarkan Nita mengandung anak kakak..”

“Bagus sayang, biarkan sperma kakak membuahi sel telur kamu, kakak akan terus menyetubuhi Nita setiap hari.. Nita siap?”

“Iyaa kak, Nita siap. Kakak boleh menyetubuhi Nita kapanpun kakak mau…”

“Makasih yaa sayang, biarkan janin itu tumbuh sampai ayah ibu tahu. Jika kita diusir kakak akan menjaga dan merawat kamu dek.. kakak janji..”

“Aku sayang kak Rama..”

“Kakak juga sayang kamu Nita..”

Tiba-tiba penisku bangkit lagi, ronde kedua dan ketiga pun berlanjut sampai subuh, hingga kami pun tidur berpelukan dalam keadaan sama-sama bugil.

Begitu melelahkan, tapi kami puas dibalik kemiskinan dan kesusahan yang kami hadapi, ternyata ada hikmah kenikmatan dibalik kehidupan itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu