1 November 2020
Penulis —  Mr_Boy

Menanam Benih di Rahim Ibu dan Adikku

Selama seminggu itu aku semakin giat-giatnya menyetubuhi mereka berdua, kami bertiga sudah tidak memandang lagi siapa anak siapa ibu, yang penting bagi kami menjaga agar hubungan tabu ini tetap terjalin, terjaga dan rahasia.

Meskipun begitu, aku tetap menghormati dan taat kepada ibuku, karena bagaimanapun juga ia adalah orang yang sudah melahirkan aku dengan susah payah. Dulu kepalaku keluar dari lobang vaginanya membuat ibu berteriak kesakitan, tapi sekarang aku malah menyiksa kembali vaginanya, hingga sampai membuat ibu berteriak ke enakan, lagi dan terus minta lagi.

Sampai ayah pulang kerumah pun aku tetap mencuri kesempatan untuk menyetubuhi ibuku dimana pun. Ketika ayah sedang berada diluar melayani orang yang menjual barang rongsokan, kebetulan aku sedang didalam rumah bikin kopi buat ayah, ku lihat ibu keluar dari kamar mandi memakai handuknya.

“Ayah kamu mana sayang?” Ibu bertanya kepadaku. Rambut dan tubuhnya terlihat basah dengan handuk yang dililitkan ditubuhnya.

“Lagi ngelayanin penjual rongsokan Bu diluar.. emang kenapa Bu?”

“Sayang, jilatin tempek ibu dong.. ehh.. maksudnya ibu vagina sayang..”

ibu sedikit malu-malu.

“Gak apa-apa Bu, bilang tempek juga. Kata ibu kan harus totalitas kalau bersetubuh. Sini kaki ibunya diangkat satu keatas biar Rama jilatin memek ibu..”

Aku sedikit menyingkap handuknya, terlihat vagina ibu yang tebal mengangkang, dengan bulu-bulunya yang sudah tidak tumbuh lagi menghiasi mahkota sumber dari segala kenikmatan. Vaginanya yang wangi dan bersih itu ku endus, masih terasa samar-samar bau asli khas vaginanya ibu, yang anehnya aromanya selalu membuat aku kecanduan menikmatinya.

Hanya 10 menitan ibu sudah orgasme, lalu aku sedot lobangnya dan aku telan lendirnya. Mungkin ini kelebihan yang namanya incest hubungan sedarah dalam keluarga, kenikmatannya sungguh luar biasa! Mulutku sampai belepotan oleh lendirnya ibuku, seperti anak kecil yang lagi makan es krim penuh bibirku oleh cairan lendirnya.

Pantas saja aku Nita dan ibu tidak merasakan lelah atau bosan bersetubuh. Bahkan bersentuhan kulit pun kami bertiga langsung sange, mereka pernah berkata, katanya kalau bersentuhan kulit atau bergesekan saja birahinya langsung naik, sungguh luar biasa efek incest ini.

Tak mau berlama-lama, aku hentikan kebiasaan cabulku kepada ibu. Karena bisa saja aku menyetubuhi ibuku secara nekat didapur ini. Padahal sudah seminggu aku menyetubuhi ibu dan adikku, tapi kami tidak merasa puas meskipun mereka sudah orgasme dan aku ejakulasi, selalu ingin terus melakukannya. Memang yang namanya bersetubuh ibarat makan, jika sudah terbiasa susah menghilangkannya, apalagi ini kebiasaan ternikmat.

Dalam sehari sampai 5 kali aku dimintai ibu jika ada kesempatan menjilati vaginanya. Kadang inisiatifku sendiri aku menjilati vaginanya. Aku pun mulai berani menyuruh ibu mengoral penisku didapur sambil memasak menunggu sayur matang, sampai crot dimulutnya, lalu ibu pun menelannya. Kebiasaanku dengan ibu ternyata Nita mengetahuinya, dia pun ingin merasakan seks kilat denganku.

“Makasih ya sayang, ibu puas sekali meskipun hanya disedot memek ibu.. Uups! Maksudnya vagina ibu.. hihihi!”

“Gak apa-apa kok Bu, ibu bilang tempek atau memek. Berarti ibu sudah tidak merasa kaku lagi dengan Rama. Biarlah rasa itu mengalir Bu, Rama malah suka kalau ibu terlihat binal ketika kita lagi berdua. Ngomong-ngomong memek ibu gak dicuci lagi Bu? Becek lho..”

“Justru ibu merasa nyaman sayang, soalnya ada bekas ludahmu divagina ibu kayak dijilatin terus, biarkan saja nanti juga kering sendiri..”

Aku tersenyum kepada ibu, lalu mengusap-usap kepalanya,“Bu, Rama cinta ibu..” ibuku pun tersenyum mendengar ungkapan perasaanku, lalu berkata,“kamu nembak ibu sayang..?” “Iyaa Bu, apa ibu menolak cinta Rama?” Tiba-tiba ibu mencium bibirku dan berkata,“sayang, ibu juga mencintaimu, kalaulah bukan atas dasar cinta tentu ibu tak ingin disetubuhi anak sendiri sayang.. tahu gak sayang? Memek ibu sejak pertama kali kamu entot selalu merindukan kontol kamu lho!” Kata ibu dengan nada sedikit genit. Anjritt!! Ibuku kok jadi liar begini kata-katanya.

“Masa sih Bu? Baik sekali memek ibu sampai merindukan kontol Rama? Oiya, Makasih yaa Bu.. udah Nerima cinta rama..” akhirnya aku jadi terbawa nafsu liar ibuku.

“Sama-sama sayang.. tuh kopi ayah kamu udah dingin lho..”

“Astaga lupa aku, ya sudah aku bikin lagi. Untung ayah gak masuk rumah Bu..”

“Itu karena kita sudah pasrah sayang, apapun yang terjadi akan kita hadapi bersama sayang. Jadi kita masih dilindungi sama tuhan. Ibu ke kamar dulu ya..”

“Iyaa Bu.. hati-hati jalannya sayang..” aku tersenyum ke ibu

iyaa sayang.. kalaulah gak ada ayah kamu, sungguh ibu akan perkosa kamu didapur ini.” lalu ibu pergi dan tentunya tersenyum sebelum meninggalkanku.

Setelah kopi ku buat lagi aku pergi menemui ayah dibelakang, ku lihat ayah sedang menyortir barang, dan ibu bersama Anita akan memasak di dapur. Aku dan ayah akur-akur saja tidak membahas bahwa aku sudah berani menghamili adik kandungku sendiri. Malahan kami semakin banyak percanda dan bersenda gurau dengan ayah.

“Bagaimana kadungan adik kamu Rama, baik-baik saja?”

“Alhamdulillah yah kandungannya sudah 6 bulanan, sehat tak ada masalah..”

“Syukurlah ayah ikut senang mendengarnya.. sudah diperiksakan ke dokter?”

“Sudah yah, katanya bayinya perempuan..”

“Awas kamu ya?! anak kamu itu perempuan, jangan kamu setubuhi juga kasian..”

*“Rama akan usahakan yah, semoga rama gak tergoda..” kataku meyakinkan ayah. Tapi itu masalah waktu, gak mungkin aku rela memberikannya begitu saja keperawanan anakku dinikmati orang lain. Bila perlu aku jadikan istriku yang ketiga setelah ibuku.

“Akh kamu rama-rama..! Padahal gadis kampung kalau kamu cari pasti dapat. Kok bisa menyetubuhi adik kamu sendiri, kayak gak ada wanita lain saja..”

“Rama hanya sekalian ingin melindungi adik Rama yah.. lagian tubuh adikku lebih menggoda daripada wanita lain. bagaimana menurut ayah, apakah Rama membuat rumah tangga ayah berantakan?”

“Sepengetahuan ayah, yang ayah rasakan gak ada masalah. Selama keluarga ini utuh dan bahagia, ayah tidak terlalu memikirkan hal sepele semacam itu.. bagi ayah selama kamu bertanggung jawab ayah restui hubungan kamu dengan adik kamu. Tapi, jika kamu menyia-nyiakan adik kamu ayah tidak akan memaafkan kamu..

Tiba-tiba ayah terlihat meringis menahan sakit dipenisnya,“aduhh! Kambuh lagi penyakit ayah…”

“Kenapa yah? Apanya yang sakit?”

“Ini Rama, biji peler ayah sudah setahun ini suka sakit diwaktu yang tidak bisa ayah prediksi sakitnya jam-jam berapa saja. Ayah belum periksakan ke dokter tentang penyakit ayah.. nanti kalau ada kesempatan ayah periksakan..”

“Apa ibu tahu yah tentang penyakit yang ayah derita?”

“Nggak kayaknya, sekarang hanya kamu yang tahu masalah penyakit ayah..”

“Apa ibu.. Rama kasih tahu saja yah.. tentang penyakit ayah?”

“Akh! Gak usah.. mungkin rasa sakit biasa. Nanti juga sembuh..”

“Ya sudah yah, istirahat saja dulu. Nanti ayah ke dokter ya yah?”

“Iyaa nanti ayah pergi sendiri ke dokter..”

“Perlu Rama anter yah?”

“Gak usah, ayah masih bisa jalan kok… Lagian ada tukang ojek disana yang mangkal..”

“Iyaa yah semoga cepat sembuh yah..”

Setelah kejadian dibelakang itu, aku tidak membicarakannya kepada ibu atau Anita. Ini masalah rahasia dengan ayah, aku pun tak tahu, kenapa ayah merahasiakan penyakit yang dideritanya selama setahun tanpa seorang pun yang tahu, termasuk ibuku sendiri?

***

Sebulan kemudian dipagi hari seperti biasa ayah sedang menyortir, dan aku sedang tiduran dikamar rebahan. Waktu itu Nita sedang mandi, tiba-tiba ibu masuk kekamar dengan mengangkat roknya, ibu duduk didadaku sambil mengangkang, tentu vaginanya terasa hangat didadaku.

Ku lihat ibu seperti kegirangan dan berseri-seri, ku lihat juga kebawah OMG! Ibu tidak memakai celana dalam?! Pantesan..

“Kenapa Bu? Kok ibu bahagia banget? Kayak abis dapat arisan?”

“Ini lebih dari menang arisan sayang.. tahu gak kenapa ibu senang banget hari ini?”

“Mmm.. hari Minggu?”

“Huu! Salah.. Ibu positif hamil lho sayang..! Nih lihat! Hasil testpacknya ibu beli dua, dan keduanya benar-benar positif sayang..”

antara senang dan takut menyelimuti diriku. Aku baru saja sudah menghamili ibuku sendiri, ayah pasti marah besar ini.

“Alhamdulillah, beneran ibu hamil?” Tapi aku senang juga ibuku hamil.

“Iyaa sayang ibu positif hamil, ibu seneng banget lho..!”

“Rama juga Bu.. bahagia sekali ibu hamil, akhirnya kerja keras kita berhasil ya Bu?”

“Kan ibu masih subur sayang, ditambah kamu masih muda sedang bagus-bagusnya kualitas sperma kamu membuahi ibu.”

Ibu menggoyangkan pantatnya didadaku.

Aku bangkit, kini giliran ibu tiduran telentang dengan roknya ku singkap. Tanpa pemanasan dan dijilati vaginanya, aku lepas celanaku sampai paha lalu aku masukkan penisku kedalam vaginanya

BLESSS!! Ahhhh..!! Meskipun terasa seret, tapi berhasil masuk juga dengan paksa. Aku seperti memperkosa ibu tapi ibu sangat menyukainya.

Uugghhh…!! Ibu melenguh merasakan penisku masuk dengan paksa. Lendir yang menyelimuti batang penisku asli dari lendir vaginanya tanpa bantuan air ludahku, benar-benar nikmatnya sungguh tak terkira.

Sambil menggenjot ku ciumi bibir ibu, hingga 10 menitan ibu mengejang akan orgasme. Aku pun mempercepat genjotanku kepadanya, hingga kami pun orgasme dan ejakulasi berbarengan dengan ibu. Ku tekan sedalam-dalamnya penisku menyemburlah jutaan sel spermaku memuntahkan isinya, kami berdua mengejang dan lemas ambruk diatas tubuh ibu.

Ibu semakin menyayangiku, dipeluknya aku dengan sepenuh hati dan perasaannya. Tatapan seorang ibu yang begitu penuh kasih sayang dan perasaan sange nya bercampur didalam jiwanya.

Ketika aku sedang berada diatas tubuh ibu yang sebenarnya sudah selesai bersetubuh, pintu kamar terbuka dan adikku Nita masuk kekamar melihat kami bersetubuh.

“Waahh! Gak ngajak-ngajak ihh..” kata Nita ketika sedang melihatku menindih ibu.

Aku cabut penisku dari dalam vagina ibu yang belepotan sperma,“iya sayang nanti kita bertiga main bareng yaa..?” Kataku ke Nita. Ku lihat ibu masih terlihat lemas terengah-engah.

Tidak berapa lama kemudian ibu pun bangkit dari rebahannya, lalu sebelum pergi dari kamar ibu menciumku lagi,

“makasih sayang..” lalu ibu berdiri menghampiri adikku, “Nita kakak kamu hebat banget, tadi ibu diperkosa lho sama kakak kamu..!” “Masa sihh Bu? Ihh jahat banget sihh kak Rama Ibu?! kok diperkosa..? Tapi, ibu suka gak diperkosa kak Rama Bu?”

“Iyaa sayang, ibu kalau gak takut ketahuan ayah kamu, kayaknya ibu yang akan merkosa kakak kamu tuh! Hati-hati lho nita, kakak kamu kontolnya masih tegang tuh lihat!” Kata ibu melirik penisku.

“Iya Bu, aku juga kewalahan Bu ngelayanin kak Rama, anusku sampai sakit tadi pas BAB, padahal gak semuanya lho Bu kontolnya masuk…” Kata adikku mengadu ke ibu. Aku diam saja melihat mulut mereka lagi nyerocos.

“Emang lewat anus enak yaa Nita?” Kata ibu penasaran.

“Wah! Ibu belum ngerasain ya? Aku aja sampai orgasme lho Bu.. ibu harus coba, nyesel lho Bu kalau gak nyobain…” Pandai juga Nita mempengaruhi ibu.

Lalu ibu melihat aku sambil ngomong, ”Rama, ibu juga mau yaa..?! Di entot dari belakang..?” Kata ibu dengan tatapan manja.

“Iyaa Bu, nanti Rama cobain anus ibu. Siap-siap aja nanti ibu aku siksa anusnya.. hehee” kataku bercanda.

“Janji ya sayang..”

“Iyaa Bu, Rama janji akan cobain anus ibu..”

Lalu ibu pun pergi dengan perasaan gembira dan terlihat senang sekali. Nita menghampiriku lalu duduk disampingku.

“Kak, itu penisnya masih tegang aja sih..”

“Iyaa sayang, kayaknya masih pengen nih kakak.. tapi kamunya udah mandi.”

Nita tersenyum lalu membuka handuknya, dan terlihatlah tubuhnya yang sempurna berdiri disampingku.

“Kakak mah kayak ke siapa aja, aku kan istri kakak.” Aku didorong adikku supaya aku telentang lagi. Nita memegang penisku lalu mengoralnya sampai amblas ditelan mulutnya.

“Nanti kamu keringetan lagi lho sayang..” tapi adikku masih terus melanjutkannya, seakan tidak memperdulikan omonganku.

Akhirnya nafsuku bangkit lagi, tatkala batang penisku masuk semua ke mulutnya, aku buka bajuku lalu ku usap-usap kepala adikku, sebagai bentuk kepedulianku dan kasih sayangku kepadanya. Nita benar-benar menikmatinya padahal itu bekas lendirnya ibu, tapi Nita tak peduli.

Aku pun bangkit lalu ku suruh Nita telentang, vaginanya langsung saja kuhirup dan kuciumi. Aku terus menyedot lobangnya seperti orang yang lagi makan Tutut/keong

Ssllrrrppp.. Ssllrrrpp…!! “Aaaahhh..!! Enak sekali memekmu sayang, kakak suka lho..!!”

“Beneran kak?! Enak memek Nita? Aahhh.. sedotan… kakak juga enak… Eemmmhh..”

“Iyaa sayang… enak banget!!”

slrrrpp.. ssllrrrpp..!!

Aku merasakan rasa vaginanya agak asin dan gurih.. aromanya pun wangi dengan sedikit ada bau khas vagina juga.

Setelah puas, aku arahkan penisku ke lobang vaginanya nita. Lalu kutekan perlahan sampai semua batang penisku tenggelam kedalam vaginanya Anita. Sensasi wanita hamil sungguh luar biasa, meskipun bentuk vaginanya sudah terlihat mekar, tapi tetap saja yang namanya incest bagiku sangat nikmat rasanya.

Hampir setengah jam aku menyetubuhinya, akhirnya Nita orgasme duluan, didalam vaginanya seperti berdenyut-denyut ngilu sekali, sampai aku pun tidak kuat dan menghentakkan batang penisku sedalam-dalamnya

CROOTT.. CCRROOOTT.. CROOTTT… CCRROOOTTT…!!! Aaaahh… Aaahhh… Uuuggghhhh…!!! Enak sekali memek kamu sayang… Uugghhh…!! Ku hentakkan sisanya.

Sementara ini aku tidak bisa menyetubuhinya dengan gaya misionaris, perutnya takut ku tindih. Paling sama ibuku baru bisa, meskipun harus sedikit menahan tubuhku dengan siku dan telapak tanganku.

Setelah selesai bersetubuh, aku lap vaginanya dengan kain,“makasih yaa sayang, kakak puas sekali..” kataku sambil membersihkan vaginanya.

“Nita juga kak, sampai badan Nita lemes banget.. kayaknya Nita agak telat bantuin ayah kak.”

“Ya sudah jangan dipaksakan, kamu jangan terlalu capek soalnya lagi hamil tua sayang. Istirahat aja yaa..”

“Iyaa kak, makasih.. kakak perhatian banget sama Nita..”

“Dari dulu kali sayang.. kakak selalu perhatian sama kamu.. kakak ke belakang dulu yaa..”

Nita tersenyum dan hanya bisa mengangguk.

Setelah mandi, aku langsung menuju ke belakang membantu ayah. Ternyata dibelakang sudah ada ibu duluan yang membantu ayah.

Ku lihat ayah dan ibu bekerja sambil bercanda, keluarga ini begitu berharga, aku berharap jangan sampai berantakan karena gara-gara aku menghamili ibu dan adik kandungku.

Mengetahui ada aku datang, ibu tersenyum kepadaku dengan senyuman manisnya. Kami bekerja dengan serius meskipun diselingi candaan agar tidak terlalu jenuh.

Sekarang ibu sedang mengandung anakku, apa ibu sudah memberitahu ayah? Apa ayah tahu ibu sedang hamil? Tapi, aku tidak merasakan gelagat apapun dari ayah. Malah aku dengan ayah masih seperti biasanya, ngobrol diselingi candaan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu