2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

ISTANA INCEST - True Story

Nanti kalau ada rest area berhenti dulu ya. Pengen pipis…”

“Iya Mama chayaaaaaang… mmmmuahhh…” kataku sambil mengecup pipi Mama Nies yang merapatr ke pipi kiriku. Sementara tangannya tetap aja menggenggam kontolku.

“Kamu tau gak? Keempat istri Papi itu tadinya satu geng.”

“Masa?! “aku agak kaget. Pantasan keempat istri Papi tampak sebaya semua.

“Memangnya mamimu belum pernah cerita?”

“Belum.”

“Sejak masih sama-sama di SMP kami selalu kompak. Bahkan kami menamai grup kami sebagai FG.”

“Haa? FG? SIngkatan dari Four Girls?”

“Iyaaa… kamu cerdas…”

“Sampai sekarang masih kompak kan?”

“Ya iyalah. Kan sebelum membentuk FG, kami berjanji akan tetap kompak sampai tua.”

“Mami hanya pernah bilang, bahwa pernikahan istri-istri Papi dilaksanakan dalam bulan dan tahun yang sama, hanya tanggalnya yang berbeda.”

“Betul. Hihihiii… minggu pertama Papi menikah dengan mamimu, minggu kedua nikah dengan Mama Yuli, minggu ketiga dengan Mama Maryam dan…”

“Minggu keempat dengan Mama Nies, “potongku.

“Iya. Sebenarnya waktu mau kawin juga dikocok dulu seperti arisan. Kebetulan mami kamu kebagian nomor satu…”

“Mama Yuli kebagian nomor dua, Mama Maryam kebagian nomor tiga dan Mama Nies kebagian nomor empat, “potongku lagi.

“Iya… begitulah. Jadi istilah isteri pertama itu hanya formalitasnya saja. Karena waktu Papi mengenal kami, juga sekaligus. Dan sejak mengenal kami, Papi yang membiayai kehidupan kami.”

“Wah… kebayang waktu masih muda pasti Papi sering dikeroyok di atas ranjang.”

“Pernah, “Mama Nies mengangguk, “waktu Papi ulang tahun, kami berempat ngasih surprise. Jadi fivesome… bukan threesome lagi. Padahal saat itu kami sedang hamil anak pertama semua. Hanya usia kandungannya saja yang berbeda-beda sedikit. Pada saat itu usia kandungan Mama Maryam yang paling tua. Makanya Febri lebih tua empat bulan darimu kan?

Aku mengangguk-angguk di belakang setir mobilku. Memang anak pertama Mama Maryam yang bernama Febri itu lebih tua empat bulan dariku. Padahal Mami istri pertama. Ternyata seperti itu sejarahnya.

“Waktu masih muda, Papi itu ganteng sekali lho. Duitnya juga berlimpah ruah. Makanya gampang saja Papi menggaet cewek. Sekarang juga Papi punya simpanan banyak, tapi gak bisa dinikahi secara sah menurut negara kan?”

“Mama Nies tau itu?”

“Tau lah. Malah salah seorang simpanan Papi yang bernama Nuke itu teman mama kok.”

“Ohya?”

“Iya. Udah kenal sama Nuke?”

“Waktu aku sedang nongkrong bersama Papi di café, Tante Nuke itu menghampiri kami. Lalu Papi mengenalkannya padaku.”

“Cantik kan Nuke itu?”

“Cantikan Mama Nies ah.”

“Masa?”

“Tingginya juga tinggian Mama Nies. Tapi body yang sebenarnya sih gak tgau… soalnya Mama Nies pakai hijab terus sih”

“Kamu lihat aja nanti di hotel… seperti apa body mama kalau sudah telanjang.”

“Mmmm… gemesss… pengen lihat seperti apa Mama Nies kalau udah telanjang…”

Tak lama kemudian mobil kubelokkan ke arah rest area di Km 88. Seperti yang Mama Nies minta tadi. “Masih mau pipis kan?” tanyaku setelah menghentikan mobil di areal parkir.

“Iya.”

“Perlu diantar?”

“Ya iya dong. Sendirian sih takut. Soalnya udah malam.”

Seperti sepasang kekasih, aku dan Mama Nies melangkah bergandengan menuju toilet. Tapi di toilet kami berpisah. Mama Nies ke deretan toilet wanita, aku menuju toilet pria. Karena aku juga jadi pengen pipis.

Beberapa saat kemudian mobilku sudah kularikan lagi di jalan tol yang sudah lengang, karemna sejak belokan ke arah Bandung tidak bergalau dengan truk-truk lagi.

Tidak sampai sejam mobilku sudah keluar dari pintu tol Pasteur. Dan tak lama kemudian mobilku sudah diparkir di pelataran parkir sebuah hotel yang tak begitu jauh dari pintu tol.

“Leon mau nyari makan dulu?” tanya Mama Nies setelah mesin mobil dimatikan tapi kami masih berada di dalamnya.

“Gak ah. Pengen itu dulu.”

“Pengen apa?”

Kujawab dengan bisikan, “Pengen melihat Mama Nies telanjang dulu.”

“Terus?” Mama Nies menatapku dengan senyum manis di bibirnya.

Kujawab dengan bisikan lagi, “Pengen jilatin memek Mama Nies.”

“Terus…?” Mama Nies seperti menahan tawanya.

“Pengen masukin kontolku ke dalam memek Mama Nies…”

“Tapi mama juga pengen ngemut kontol Leon dulu…”

“Itu buat ronde kedua, Mam. Kalau sekarang kontolku diemut, bisa keburu ngecrot sebelum dimasukkan ke dalam memek Mama Nies. Soalnya aku sudah nafsu berat neh…”

“Iya deh… iya…” sahut Mama Nies sambil membuka pintu mobil dan keluar dari mobilku. Aku pun keluar dari mobilku.. Memijat remote control dan melangkah di samping Mama Nies menuju lobby hotel berbintang itu.

Tak lama kemudian kami sudah berada di kamar yang sudah dibboking, berada di lantai tiga. Mama Nies memberikan uang tip kepada bellboy yang membawakan barang kami ke dalam kamar ini. Setelah membungkuk sopan sambil mengucapkan terima kasih, bellboy itu pun berlalu.

Mama Nies pun menutupkan pintu. Dan menatapku sambil bergidik kedinginan, karena AC hotel terlalu dingin temperaturnya. “Naikkan dulu suhunya Leon. Mama jadi pengen pipis lagi nih… kedinginan lagi.”

“Iya,” sahutku sambil mengambil remote control AC. Lalu menaikkan temperatur sampai 24 derajat Celcius. Sementara Mama Nies melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Lalu terdengar bunyi kencingnya… srrrr…!

Aku tersenyum sendiri, sambil melangkah ke kamar mandi juga, karena pintunya tidak ditutup. “Mau dicebokin?” tanyaku.

Mama Nies tidak kaget, hanya menoleh sedikit sambil menyahut, “Jangan ah… mau dibersihkan dulu memeknya, biar seger waktu kamu menjilatinya nanti.”

“Aku juga pengen pipis lagi Mam,” kataku sambil melangkah ke urinoir. Dan kencing di situ. setelah membasuh moncong kontolku dengan air bersih, kulihat Mama Nies sudah berdiri sambil membelakangiku. “Tolong lepasin kancing-kancing yang di punggung mama ini, Sayang.”

“Iya,” sahutku senang sekali mendengar permintaan tolong Mama Nies itu. Karena setelah kancing-kancing baju panjang itu dilepaskan, berarti baju jubah putih itu akan ditanggalkan.

Kancing-kancing di bagian punggung baju panjang putih itu pun kulepaskan. Berikutnya… Mama Nies melepaskan baju panjang putih itu.

Wow… kini mulai tampak betapa putih mulusnya bagian yang hampir tak pernah kena sinar matahari itu. Memang tiada inner dress (gaun dalam) lagi di balik jubah putih itu. Maka tinggallah bra dan CD saja yang masih melekat di tubuh Mama Nies ini. Dan tubuh yang nyaris telanjang di kamar mandi itu, benar-benar menggiurkan!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu