1 November 2020
Penulis —  toketmania

Perkumpulan Rahasia

Siang itu Rey pamit lagi, kali ini dengan alasan ingin menjemput kawan satu angkatannya kuliah yang akan liburan ke Jakarta dan meminta ijinku agar diperkenankan menginap di rumah kami. Aku hanya bisa mengiyakan, dulu semasa SMA sering juga rekan-rekannya menginap di rumah.

Menjelang maghrib, mobilnya memasuki halaman. Aku sendiri tengah membaca majalah mengenakan gaun malam yang simple dan tak menampakan lekuk tubuh.

“Ma, kenalkan… temen Rey, Yudi.” ujar Rey memperkenalkan temannya.

“Yudi, bu.” ujar Yudi menyodorkan tangannya sambil merunduk sopan dan tersenyum ramah.

“Saya mamanya Rey, panggil aja tante Ratna.” jawabku setengah tertegun dengan tatapan Yudi yang teduh. “Ayo, Rey, diajak ke kamar sana, istirahat lalu makan malam.” pintaku pada Rey.

“Maaf ngerepotin, tante.” ujar Yudi sambil mengikuti Rey.

Aku tersenyum, Yudi nampaknya pemuda yang sopan, bertubuh tinggi tegap sedikit melebihi Rey dan sangat tampan. Aku sedikit lega, kali ini Rey gak akan macam-macam denganku.

Malam itu kami makan malam bersama, lalu ngobrol ngalor ngidul. Ternyata Yudi juga berasal dari keluarga pengusaha, ayahnya kontraktor property, sementara ibunya dosen di universitas tempat anakku dan Yudi juga kuliah. Rey, kembali membuatkan teh, kali ini untuk 3 orang, Rey sendiri, Yudi dan aku. Sempat sedikit curiga, namun untuk amannya, aku hanya meminum setengah gelas.

Dini hari, jam dua malam. Kukenali dari dentangan jam Junghans di ruang bawah. Kilatan-kilatan cahaya kembali menembus kelopak mataku. Ooh… apalagi ini? Kudengar gumaman-gumaman pelan seperti orang mengobrol disusul kilatan-kilatan cahanya menyambar, detak jantungku segera berdegup kencang. Dengan mata tertutup, segera kurasakan hawa sejuk AC menyentuh langsung kulitku tanpa pelapis…

“Gimana, Yud?” suara Rey setengah berbisik.

“Luar biasa, men. Ibumu bener-bener cantik dan sexy,”

“Udah puas belum?” gumam Rey lagi.

“Ntar, men, beberapa shoot lagi,”

Ooh… ternyata diriku jadi tontonan Rey dan temannya, sungguh kurang ajar. Untuk Rey aku masih bisa mentolerir, tetapi mengajak teman sudah kelewatan. Tetapi sekali lagi aku tak mampu bergerak, diantara perasaan dongkol terselip rasa tersanjung jika tubuhku ini masih dikagumi anak-anak muda seperti Rey dan Yudi.

“Boleh gak, Rey?” tanya yudi, entah apa maksudnya.

“Gak boleh, deal is deal, kecuali lu biarin gue dulu ngentotin nyokap lu.” jawab Rey keras. Aku semakin tegang, oh… ternyata Yudi ingin menyetubuhi diriku.

“Trus gimana, Rey?” tanya Yudi lagi.

“Ya sesuai komitmen awal aja.” jawab Rey singkat.

Diskusi kedua pemuda itu berhenti. Kurasakan derap langkah mendekatiku. Deg! Sebuah kecupan menimpa bibirku. Lalu jari jemari menyentuh payudaraku, meremas-remasnya pelan, memlintir-mlintir putingnya, membuatku meringis. Namun yang membuatku nyaris membelalakan mata mana kala sebuah rongga basah hangat menyelubungi puting payudaraku lalu menghisap-hisapnya dengan rakus.

Sampai kemudian hisapan itu berhenti, tapi remasan-remasan terhadap payudaraku terus berlangsung. Kurasakan hembusan nafas hangat menyapu ketiakku yang terungkap karena posisi tanganku. Dan sebuah sentuhan, mungkin hidung seseorang, lalu diikuti suara hirupan nafas. Oh… dia yang kuyakini adalah Yudi tengah menikmati dalam-dalam aroma tubuhku.

Beberap menit kemudian jilatan itu berhenti. Kali ini hembusan nafas hangat menciptakan badai kecil di permukaan vaginaku, dan ohhh… jilatan-jilatan liar kembali mengusap-usap, menghisap organ paling esensi seorang wanita, membuatku kembali menegangkan seluruh sendi-sendiku.

Beberapa menit kualami siksaan kenikmatan itu sampai sesuatu memasuki diriku, menggeliat, mengait, menusuk… jemari-jemari Yudi menggali vaginaku dengan liar, satu jari, dua jari, tiga jari… thats it, sensasi puncak kenikmatan yang lama tak kurasakan kembali mengharu biru diriku, denyutan-denyutan vaginaku mengirimkan sinyal-sinyal sebuah kenikmatan tiada tara dalam otakku…

“Wah… men, mama lu sampe banjir begini. Masih sempit, men… sayang kalo gak…” ujar Yudi dengan suara bergetar.

“No way. Udah cepet sana, tuntaskan hajat lu.” ujar Rey.

Yudi menggerutu pelan, lalu mengambil bantal di bawah pantatku. Kurasakan seseorang memelukku. Membuatku setengah terduduk dan meletakkan bantal di balik bahuku. Membuatku benar-benar setengah terduduk dengan kepala sedikit terdongak. Kudengar suara resleting berbunyi… oh Tuhan, wajahku akan bermandikan sperma lagi, pikirku.

Kurasakan ujung benda keras memukul pelan pipiku, mataku, hidung dan bibirku. Cairan keluar dari ujungnya membasahi permukaan wajahku. Penis Yudi, pikirku. Kunantikan dengan tegang ejakulasi Yudi di wajahku, tetapi kemudian sepasang jari menjepit hidungku, membuat mulutku terbuka mencari nafas dan saat itulah sebuah benda silinder keras setengah elastis memasuki rongga mulutku, jepitan dihidungku terlepas.

Dengan kurang ajar, yudi memegang belakang kepalaku, memasuk keluarkan batang penisnya ke mulutku, sesekali meyimpang ke dinding pipi, membuatku merasa pegal. Sebagai wanita konservatif, aku tak pernah melakukan oral sex selama 25 tahun menikah, namun kali ini seorang pemuda memberiku pengalaman pertama oral sex.

Keterpaksaan membuatku beberapa kali tersedak, namun lambat laun aku mulai menemukan ritmiknya, sedot lepas, sedot lepas. Sampai kemudian, yudi mencengkeram belakang kepalaku, mendorongnya ke depan, bersamaan dengan hujaman penisnya sampai kurasakan kepalanya menyentuh anak lidahku… lalu… cleguk, cleguk, cleguk…!!!

“Oohhh… tante Ratnaaaa… hsssssshhhh…” desis Yudi, dan dengan terpaksa semburan demi semburan spermanya kutelan, lagi dan lagi, membuatku ingin muntah, sampai akhirnya ketegangan penis Yudi mereda dan ia melepaskan mulutku, airmata berlinangan membuat sungai kecil di pipiku.

“Aduh, men… abis semua ditelen, mama lu emang oke, men.” ujar Yudi di tengah nafasnya yang belum teratur.

“Ya udah, cepet keluar, biar gue beresin.” ujar Rey. Terdengar suara pintu terbuka lalu tertutup. “Maafkan aku, ma.” ujar Rey berbisik.

Kembali kuraskan springbed ditimpa seseorang, aroma khas lelaki kembali tercium. Dan kembali sundulan-sundulan benda tumpul keras setengah lunak mendera wajahku. Kembali sepasang jari menjepit hidungku… dan hap! mulutku menerima kembali infiltrasi benda asing, kali ini milik anakku, kembali aku tersedak-sedak hingga berlinangan air mata, namun tak seperti Yudi, Rey melakukannya dengan lembut.

“Mamaaah…” rintih Rey. Kembali sebuah dorongan belakang kepalaku ke depan, dan Rey menyorongkan penisnya pula. “Mama… ssssshhhhhh…” kembali cairan putih sedikit terasa asin dan getir itu terpaksa kureguk.

Luar biasa, pengalaman pertama oral sex terpaksa dua kali menelan sperma dari dua penis berbeda. Rey mencabut batang penisnya dari mulutku, lelehan sperma jatuh di daguku. Kembali ritual memakaikan pakaian dilakukan Rey.

Beberapa menit setelah ia meninggalkan kamar, aku terbangun. Wajahku di cermin tak karuan, kali ini bukan wanita terhormat, tetapi wanita jalang yang membiarkan tubuhnya dinikmati dua pria dalam semalam, bahkan mengalami orgasme. Oh… apa yang kulakukan? dalam hati aku berkata, sambil menutup wajah.

Aku mulai terisak menyesali yang terjadi. Namun kemudian bangkit menuju kamar mandi, badanku terasa linu-linu semua. Lantas buang air kecil… sial, si Rey tak memakaikan kembali celana dalamku.

Menuju kamar dengan tertatih, kuminum segelas air untuk membersihkan kerongkonganku dari cairan lendir produk lelaki yang kutelan tadi. Malam itu aku tak bisa tidur hingga menjelang fajar, pikiranku berkecamuk hebat di dalam kamarku yang kini sangat beraroma sex. What next, pikirku. Haruskah kuhentikan juga sekarang?

***

Aku bangun kesiangan, bik Inah mengetuk kamar membangunkanku. Aku bangun dengan malas, memungut celana dalam di lantai kamar dan meletakkanya di keranjang pakaian kotor.

“Iya, bik.” aku menjawab seraya membuka pintu. “Si Rey kemana?” tanyaku.

“Mas Rey udah keluar, bu, sama temennya tadi.” jawab bik Inah sambil membawa keluar keranjang pakaian kotor itu.

Bi inah menuju kamar Rey… ternyata tak dikunci. Kesempatan, pikirku. Aku segera masuk, mencari-cari laptop si Rey. Ketemu. Kubuka, lalu kusambungkan ke internet, Perumahan kami menyediakan layanan wi fi broadband, tentunya tidak gratis, masuk iuran bulanan. Kubuka browser, lalu menelusuri browsing history…

Dengan kecewa kubuka file-file yang ada di laptop, kupakai menu search kode file gambar… dan jleb! serasa menusuk jantungku. Kulihat gambar-gambar tubuhku berbagai posisi, berkacamata jongkok bersender di ranjang, wajah belumuran sperma sampai yang terakhir tadi malam dengan pantat terganjal dan kaki membuka lebar menyebabkan vaginaku yang merekah.

Wajahku memerah menyaksikan foto Yudi yang meremas-remas payudaraku, mengorek liang vaginaku dan kemudian memasukkan kemaluannya ke mulutku, agak berdesir melihat besarnya ukuran penis Yudi, membayangkan jika penis itu memasuki liang senggamaku.

Namun bukan hanya foto-fotoku saja yang terlihat. Ada ratusan foto-foto wanita seusiaku dalam keadaan sama, tertidur. Kesamaan lainnya, semua masih sangat menarik baik wajah maupun tubuhnya. Dan aku terkejut mendapati beberapa foto di mana ada Rey di situ. Dengan aksi seperti yang dilakukannya padaku, meremas-remas payudara, menggali liang vagina, memasukan penisnya ke dalam mulut…

Apa yang kau lakukan, nak? Terlibat dalam sindikat apakah dia? Pikirku.

Setelah kututup kamar Rey, aku bergegas mandi, membuka seluruh pakaianku, membersihkan semua tubuh dari siraman noda tadi malam.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu