1 November 2020
Penulis —  toketmania

Perkumpulan Rahasia

Sore itu aku kembali duduk di ruang keluarga, sedang browsing membuka-buka website fashion terbaru sambil sesekali melirik siaran TV kabel. Kali ini memakai gaun tidur tanpa lengan yang sedikit sexy. Kudengar suara mobil Rey masuk halaman rumah.

“Mama…” sapa Rey sambil mendekatiku dan mencium keningku.

“Abis dari mana, Rey?” tanyaku sambil terus menatap laptop.

“Biasa, ma, main. Besok mau main futsal bareng temen-temen.” ujar Rey dambil duduk di sebelahku memencet remote TV, sesekali matanya melirikku.

“Ada apa, Rey?” tanyaku.

“Nggak, ma. Mama kelihatan tambah cantik pake kacamata itu, baru ya, ma?” tanya Rey.

“Ah, nggak. Mama beli 4 bulan lalu kok,” jawabku. “Udah mandi sana, kalau mau makan di meja makan udah disiapin Bibik,” perintahku.

“Okay, boss.” kata Rey sambil mencium pipiku.

“Hush, kamu ini bas bos aja,” jawabku sambil mencubitnya ringan.

Beberapa saat kemudian, Rey kembali dengan kostum basket dan celana pendek membawakan segelas teh hangat untukku.

“Makasih, Rey. Hmm, kamu jadi agak dewasa ya sekarang? Gak kolokan dan ugal-ugalan kek dulu.” kataku sambil meminum teh tersebut.

“Orang kan pasti berubah, ma. Gimana sih mama? Liat apa sih, ma, kok asyik banget?” tanya Rey sambil kepalanya bersandar ke bahu lenganku yang terbuka.

“Ah, cuma lihat mode fashion, cari inspirasi untuk koleksi butik mama.” jawabku. Rey cukup lama bersandar di pundakku, entah menyaksikan laptop, atau… ups, aku tersadar gaun tidurku memunkinkan belahan dadaku terlihat. Sialan, pikirku, namun di sisi lain menyadari pemuda seusia Rey pasti sedang panas-panasnya mengalami puber.

Segera kudorong kepalanya, “Udah, pundak mama pegel neh.” kataku beralasan. Rey tersipu lalu beralih menyaksikan TV.

Entah kenapa, kira-kira 10 menit kemudian kembali aku mengantuk berat. Dan kali ini pukul 2 dinihari aku bangun, mendapati diriku tertelungkup di atas springbed. Dengan mata masih agak berat aku menyapu ruangan kamar tidurku, lampu tidur redup, laptop di atas meja kecil sebelah meja rias telah tertutup, lalu melihat keadaanku sendiri.

Kepalaku bukan mengarah ke posisi kepala springbed, tetapi menyerong ke samping. Aku mencoba mengangkat badanku sebelah atas, kudapati bra yang kupakai telah terlepas pengaitnya, mangkuk branya pun terdongak ke atas membuat kedua payudaraku tak tertutup. Gaun sebelah bawah tersingkap sampai sebatas pinggang, dan celana dalamku melorot sampai separuh pantat.

Ohh… aku ketiduran lagi, pikirku, terduduk dan kemudian bangkit ke kamar mandi untuk buang air kecil. Usai meneguk beberapa teguk air, kembali aku mencoba untuk tidur. Di tengah rasa kantuk, aku berfikir, bagaimana jika Rey melihat tubuhku tadi? Munkinkah Rey bertindak kurang ajar? Kuragukan hal itu, aku tahu persis, Rey emang kadang slengekan, tapi sangat hormat dan menyayangiku.

Pagi hari kembali aku bangun. Langsung menuju kamar mandi, kulepaskan satu persatu pakaianku, sambil menunggu bath tub dipenuhi air aku menuju meja rias. Dalam keadaan bugil kulihat tubuhku dicermin, masih sangat ideal untuk seorang wanita berkepala empat, payudara masih terlihat kencang dan kulitku masih sehalus wanita usia 20.

Aku ingat ketika rekan-rekan suami mengalihkan perhatiannya kepadaku pada suatu acara pesta. Dasar lelaki, pikirku. Tapi di sisi lain, terkadang aku kecewa, mengapa terlau sering suami meninggalkanku? Apakah murni karena bisnis atau dia punya affair? Kehidupan sex kami selama 25 tahun menikah memang monoton saja.

Aku seperti wanita normal kebanyakan, bahkan munkin konservatif. Sex tak lebih sekedar untuk memuaskan suami, bukan aku frigid, tak jarang suatu ketika hasrat itu muncul menggebu-gebu, namun kesibukanku membuat aku tak memikirkannya lagi. Godaan justru muncul dari rekan-rekan sosialita, aku tahu persis 2-3 orang diantara mereka mengaku terang-terangan sering memakai pria muda untuk kepuasan mereka.

Aku tersadar dari lamunan dan bergegas ke kamar mandi.

***

Kembali dokter mengatakan bahwa aku baik-baik saja, resep yang sama juga kuterima: banyak istirahat dan minum vitamin. Setelah dari dokter, aku meninjau tempat usahaku. Sore menjelang maghrib baru pulang ke rumah. Rey sudah di ruang keluarga bermain playstation ketika aku tiba.

“Dah pulang, Rey?” tanyaku sembari melepas sepatu.

“He-eh, darimana, ma?” tanyanya.

“Biasa, lihat butik dan salon mama, anak mama udah makan? Neh mama bawain donat.” sembari meletakan sekotak donat di meja depan Rey duduk.

“Wah, asyik nih. Tapi lebih mantep lagi kalau ditemani teh hangat, setuju ma?” tanya Rey.

Aku hanya tersenyum dan duduk sementara Rey menuju ke dapur. Kami menghabiskan donat sambil minum teh mengobrol ngalor ngidul. Dan kembali… 15 menit kemudian mataku memberat, entah bagaimana aku kembali tertidur. Dan kembali lagi, jam 3 dini hari aku terbangun di atas spring bed-ku.

Di tengah temaram lampu kamar, kukedip-kedipkan mata mencoba menghilangkan rasa kantuk. Kudapati tubuhku kembali tertelungkup, aku beringsut mencoba telentang, hmm… aku masih mengenakan blusku tadi, kancing semua tertutup hanya saja agak janggal mendapati beberapa kancing tidak berada pada tempatnya.

Aku terduduk. Aku ketiduran lagi, apa yang terjadi pada diriku? Aku bangkit menuju kamar mandi, rasanya kebelet buang air kecil, sampai tiba-tiba kakiku menginjak sesuatu. Samar-samar dalam temaram cahaya lampu kuambil, lho… celana dalamku, bukankah ini yang kupakai sore tadi? hatiku bertanya-tanya heran sambil meraba selangkanganku…

Kuletakan celana dalam hitam itu ke keranjang pakaian kotor, lalu aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Sesaat aku melepaskan rok di pintu kamar mandi, kemudian masuk ke dalam, melorotkan celana dalam sampai sebatas lutut, lalu jongkok untuk kencing. Srrrrrr… air seni mengalir deras dari kemaluanku, sampai mataku tertumbuk pada celana dalam yang kupakai…

Usai buang air kecil dan membersihkan kemaluan dan melepas celana dalam merah itu. Kuhidupkan lampu kamar, di depan meja rias aku perhatikan baik-baik, kubalik-balik. Oh ya… aku ingat, aku pernah membeli celana dalam ini, hanya saja aku lupa kapan, tapi aku yakin sudah cukup lama, kubeli untuk menyenangkan suami dulu sekali.

Hatiku mulai berdegup kencang, ini suatu keanehan, pikirku. Lalu kubuka laci paling bawah meja rias tempat aku menyimpan celana dalamku. Nampak teracak-acak, tidak seperti biasanya rapi teratur, karena aku adalah orang yang rapi. Hmm… aku mulai curiga pada Rey. Ini pasti ulahnya, memanfaatkan kesempatan saat aku terlelap.

Emosiku bangkit, ingin segera aku melabraknya, namun aku masih bisa menahan diri. Hati kecilku berkata untuk sabar dan untuk tidak menuduh langsung, semua harus dibuktikan, pikirku. Ya… bukti. Tapi bagaimana? Dan hatiku yang lain justru berdesir sedikit… entah perasaan senang atau tersanjung… sulit kugambarkan…

Singkat kata, aku ingin memberi pelajaran pada Rey walau aku bingung bagaimana mengatur strateginya. Aku segera mengganti pakaian kerja dengan gaun tidur, mencoba tidur kembali.

***

Pagi itu, Rey sama sekali tak menunjukan sikap rikuh, santai selengekan seperti biasa. Lalu pamit pergi. Agak malam Rey baru kembali, aku masih membuka laptop di ruangan tengah.

Rey berkata, “Tumben gak ketiduran lagi, biasanya langsung ngorok di sofa.” ujarnya sambil nyengir.

Aku sedikit tersentak, benar juga ya. Kenapa sampai jam 7 malam ini aku belum merasakan ngantuk seperti biasa? Rey kembali membawakan teh hangat dan sekotak martabak telur yang dia beli tadi. Seperti biasa, terjadi obrolan ngalor ngidul.

“Emm… ma, emang gak kesepian ditinggal papa terus?” tanya Rey.

“Ah… udah biasa, saking seringnya jadi gak terasa tuh.” jawabku.

“Emm… maksud Rey anu…” ujar Rey terbata.

“Hhm… kamu mulai kurang ajar ya, mama tahu, maksudnya kehidupan seksual, gitu? Itu rahasia perusahaan, hubungan kami baik-baik aja… buktinya telah lahir manusia tengil seperti kamu di tengah keluarga ini.” jawabku agak ketus.

“Wow… gitu aja marah, Rey kan cuma tanya, ma.” ujar Rey lalu terdiam. “Boleh tanya lagi gak, ma?” tanya Rey lagi.

“Tanya apa?” jawabku sambil masih terfokus pada laptop.

“Mm… mama kok masih cantik yah… dan…”

“Dan apa?” tanyaku sambil tersenyum.

“Dan sexy… apalagi kalo pake piyama kek gitu.” ujar Rey.

“Ah… kurang ajar kamu. Aku ini mamamu lho, kamu sejak putus pacaran jadi aneh-aneh deh,” jawabku, walau dalam hati ada benarnya juga, piyama yang kupakai berbahan agak tipis, bagian dada mengikuti bentuk payudara, sementara di bawah celana pendek sebatas lutut. Tak terlalu aneh sebenarnya, hanya saja dimata anak muda penuh gairah tentu jadi berpikir sesuai imajinasinya.

“Udah ah, Rey, mama mau tidur, dah ngantuk banget.” ujarku sambil membawa laptop menaiki tangga menuju lantai dua. Di dalam kamar, aku segera rebah dan menghilang dalam mimpi.

Jam meja menunjukan pukul 02.30 ketika aku terbangun. Mataku mengedip-ngedip sesaat, memeriksa pakaianku. Tak ada yang janggal kecuali bra yang terlepas dari kaitannya, biasa kualami saat tidur. Celana pendek yang kupakai juga masih pada tempatnya. Demikian juga celana dalam, masih kupakai… hanya saja, kok terasa agak basah di bagian vagina sampai pantat?

Usai membasuh vagina dan keluar, kuambil celana dalam merah muda yang kupakai tadi, kudekatkan ke hidung dan tercium bau yang kukenal… sperma!!! Jantungku langsung berdegup kencang, seseorang telah menumpahkan sperma ke celana dalamku… atau justru vaginaku? Kumasukan jariku ke dalam vagina, terasa tak terlalu basah, normal, dan tak ada rasa benda asing pernah memasukinya.

“Rey…” pikirku, aku harus memberinya pelajaran saat ini juga. Kukenakan pakaian lalu menuju kamar Rey di lantai 3. Tak terkunci, pintu agak terbuka, kudapati ia tengah tertidur dengan pulas, sepertinya tak tega aku bangunkan lalu memarahinya. Laptopnya masih menyala, kusentuh touchpadnya, sedikit terkejut kudapati sebuah website berisi gambar-gambar porno wanita setengah baya sepertiku, ada yang bule dan asia.

Aneh, kok si Rey senang dengan wanita yang lebih tua, pikirku. Lalu kubuka tab sebelahnya, semacam sebuah forum, juga berisikan gambar-gambar wanita setengah baya setengah telanjang, namun punya satu kesamaan, semuanya tertidur. Dengan berdegup kencang, kutelusuri terus ke bawah. Dibawahnya ada komentar-komentar.

“Gue ambil pukul 20.00 malam, gimana, bos? Mantap gak? Gantian dong lu yang posting.”

“Tanya, lu kasih apaan sampe gak sadar begitu.”

“Neh, lu kasih aja ******* campur ***** sebenarnya lebih cepat pake minuman bersoda dan lebih lama efeknya, tapi campur teh juga bisa kok.”

“Mang lu gak terangsang bos?”

“Gue lelaki normal brur, yang penting MILF bugil, biar kata emak gue sendiri juga.”

“Dah lu apain aja bos?”

Tiba-tiba Rey bergerak, aku terkejut namun melihat ia masih tertidur. Kutinggalkan kamar Rey, di dalam kamar tidurku aku berfikir. Ohh, jadi Rey ikut semacam perkumpulan penggemar foto telanjang ibunya masing-masing. Aku semakin gusar, jangan-jangan Rey telah memotret diriku, sialan, dia telah mencampuri obat tidur dalam teh yang disajikannya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan