1 November 2020
Penulis —  toketmania

The Trip

Satu koper kecil muatan terakhir akhirnya dengan susah payah masuk juga ke mobil minibus itu. Namun persoalan lain muncul, hanya 3 kursi yang tersisa dari 4 orang yang akan mengikuti perjalanan hari itu. Erna, putranya Johan, dan 2 rekan kuliahnya bersiap mengawali perjalanan panjang menuju kost-kostan di kota tempat mereka akan mengawali kuliah.

Yah… seperti layaknya seorang ibu yang perfeksionis, beragam barang kebutuhan kelengkapan rumah tangga yang sebenarnya bisa dibeli di kota tujuan dibawa serta, dispenser, rice cooker, kipas angin, sampai TV 32 inchi pun dibawa… Johan sebenarnya cukup dongkol dengan tingkah ibunya, namun memilih menuruti pasrah karena dia tahu persis tak ada gunanya menyanggah wanita bawel yang biasa dipanggilnya mama itu, sedangkan 2 teman kuliahnya sudah lebih dulu berada di kota tersebut, jadi tak terlalu banyak barang bawaan selain untuk kebutuhan pribadi…

“Jadi gimana neh ma… dah gak muat, mama tinggal aja deh… atau terpaksa harus ada barang yang ditinggal neh”, ujar Johan… “enak aja, ”… ujar Erna, disertai 1000 kata-kata lain menyembur bak peluru senapan mesin. Dua rekan Johan hanya bisa saling menatap menahan senyum, mereka sih tak punya beban karena bertugas sebagai supir…

“Ya udah, kamu berdua sama mama, kamu pangku mama!” lanjut Erna… “what? ma… ini 7 jam perjalanan lho, kalo ditambah macet bisa 10 jam… pegel dong Johan”… jawab Johan yang biasa dipanggil Jo oleh ibunya. Tapi Erna bukan wanita yang mudah menyerah… dengan wajah kecut, mau tak mau Johan pun menuruti kemauan ibu kandungnya tersebut, anggap saja bayar budi baik terhadap ibu yang telah membesarkannya dengan kasih sayang dan selalu menuruti keinginannya sebagai anak satu-satunya.

Dia sangat dekat dengan ibunya di saat ayahnya yang pengusaha itu jarang ada di rumah. Lagipula tubuh ibunya cukup kecil dibanding dirinya, lebih pendek beberapa senti dan masih ramping pula, dia pikir dia akan kuat memangku mamanya itu. “Duh… jadi ikan sarden dalam kaleng deh kita,” ujar Johan ketika dengan susah payah harus menerima beban dipangkuannya…

“Mama gak terlalu berat kan? tanya Erna kepada Johan, yang menjawab dengan malas… “ngga kok ma,” sambil mencoba memasang earphone di telinganya. Pada usia 41, tubuh Erna memang masih ideal dan proporsional, ia cukup rajin merawat tubuh dan aerobik, dan sering mengundang decak kagum rekan-rekan sejawat suaminya yang 1-2 ada juga yang mencoba mengusik kesetiannya.

Beberapa menit perjalanan ini berlalu, Erna mulai menyadari beberapa kesalahan… pertama, Johan bukanlah anak kecil lagi yang selalu ia manjakan, tapi telah menjelma menjadi lelaki yang siap memasuki gerbang kedewasaan, so… memilih dipangku anaknya yang tengah usia pubertas itu adalah tindakan bodoh, kedua…

Ia hanya memakai daster rumahan yang relatif tipis dan selembar jilbab gaul sebatas leher, Erna memang menyukai kepraktisan dalam berpakaian, tapi hanya selembar kain daster dan celana dalam tipis yang membatasinya bersentuhan langsung dengan tubuh anaknya yang hanya memakai celana basket bermerk Adidas itu.

Dan ketika mereka berguncang-guncang melewati jalanan berlubang, perlahan Erna merasakan sesuatu mendesak menekan belahan pantatnya, penis Johan perlahan tapi pasti mulai ereksi dan mengeras. Erna sadar ia tak munkin memarahi Johan akan hal itu, apalagi di depan ada dua orang sahabat karibnya. Ia mencoba menahan guncangan dengan berpegangan pada kursi depan, namun tak mampu mencegah hempasan kembali pantatnya ke pangkuan Jo yang kini bagaikan tenda dengan tiang ditengah tegak sempurna.

“auh… pelan-pelan Ndi”, ujar Erna mengeluh, “iya tante… ini dah pelan kok, harusnya kita gak lewat sini neh, parah rusaknya, mana padat lagi,” jawab Andi dengan mata berkonsentrasi ke depan. Padahal Erna hanya mengalihkan keadaan sebenarnya, ketika hempasan pantatnya tadi tepat mempertemukan mulut vaginanya dengan tonjolan kepala kemaluan anaknya yang pura-pura cuek mendengarkan musik dan menatap layar gadgetnya.

15 menit berlalu waktu berjalan sedemikian lambatnya bagi Erna, bukan karena jalan yang rusak, tapi menyadari suatu hal yang tabu bagaimana batang zakar anak kandungnya, Jo sedemikian besar dan keras, yang untungnya masih dibatasi kain pakaian… mendesak dan menggesek-gesek vaginanya yang dia rasakan…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu