1 November 2020
Penulis — toketmania
Akhirnya, 10 menit kemudian jalanan mulai mulus dan mereka bersiap memasuki gerbang tol. Erna bisa duduk dengan stabil, kini penis jo tak lagi mendesak ke atas namun melintang sempurna tepat di sepanjang belahan vagina ibunya… dengan ukuran dan kekerasan yang tak berubah, namun cukup membuat Erna sedikit rileks.
Ia tak habis pikir kenapa insiden tadi membuatnya sedikit bereaksi, munkin karena jarang disentuh suaminya yang lebih sering berada di berbagai proyek ketimbang di rumah. Ada kehampaan di tengah ekonomi yang lumayan berkecukupan. Untuk mencairkan suasana, Erna mulai bercakap-cakap dengan Andi dan Rico yang duduk di depan, ngobrol ngalor ngidul segala hal dengan dibumbui gurauan ringan, Andi yang memang supel menanggapi antusias kicauan Erna, sementara Rico yang sedikit pendiam seperti Andi mulai mendengkur halus ketiduran.
“Kamu gak capek jo? tanya Erna sambil menoleh ke belakang, wajahnya begitu dekat dengan wajah putera tunggal kesayangannya itu, ‘ngga kok ma, mama santai aja deh”, jawab Jo dengan wajah setengah tertunduk sibuk memainkan smartphone nya. Erna terdiam, namun wajahnya memerah ketika merasakan batang kemaluan Jo 3 kali digerak2kan keatas…
anak kurang ajar, pikirnya, tapi ia sadar bahwa ini tak lepas dari kesalahan dia juga. “Ndi… mampir di rest area ya… tante mau pipis,” pinta Erna, “Iya tante… 4 kilo lagi kita masuk rest area… ,” jawab Andi. Erna bergegas membuka pintu mobil ketika tiba di rest area dan setengah meloncat keluar,“awas kepala ma…
”, ujar Jo mengingatkan ibunya, dua hal yang dilihat Erna ketika menoleh ke belakang… kepala penis Jo keluar melewati pinggang celananya dan bercak basah di celananya yang tak dapat diragukan lagi, berasal dari dirinya. Erna berjalan terburu-buru ke toilet, mengangkat daster dan menurunkan celana dalam sampai batas lututnya dan berjongkok, usai menunaikan hajatnya, ia basuh permukaan kemaluannya yang dirasakannya sangat basah dan berlendir, lalu berdiri dan melepas celana dalamnya yang kemudian ia perhatikan dekat-dekat, wajahnya memerah mendapati betapa basahnya pakaian dalamnya itu, demikian juga bagian belakang dasternya..
Ia bersandar ke dinding toilet dan bergumam dalam hati… “ini tidak benar… bagaimana munkin… oh, gak munkin aku harus dipangku Jo lagi”. Lalu dia renggut beberapa helai tisu untuk mengurangi basahnya celana dalam pink itu, dipakainya lagi, tapi mendapati kalau celana dalam itu masih basah dan dirasakannya tidak nyaman maka ia lepas lagi, sialnya ia tidak merencanakan mengambil celana dalam pengganti tadi, “biarlah…
Setelah membeli beberapa makanan ringan, Erna kembali ke mobil yang terparkir dekat mini market dan toilet, Jo sudah berada di tempat duduknya semula dan Andi pun sudah bersiap di belakang kemudi. “Apa sebaiknya kita duduk bersebelahan aja jo,” ujar Erna, “Gak munkin Ma… terlalu sempit, kecuali Tv, Dispenser dan 3 koper gede itu kita tinggal di sini,” ujar Jo penuh kemenangan…
“ah nakal kamu, ya udah, resiko ya klo kakimu pegal-pegal”, kali ini Erna tak bisa menghindar dan harus kembali duduk dipangkuan Jo… kali ini selapis kain menghilang sebagai pembatas. Erna sendiri memilih duduk di pertengahan paha anaknya, ia sedikit trauma jika merapat langsung hingga tepat di atas selangkangan anak kandungnya itu.
Setengah jam berlalu, namun Jo mulai mengeluh… “Ma… pegel neh, kita harus ubah posisi.. ampun dah,” ujar Jo dengan wajah meringis, “kan mama bilang juga a… ,” belum habis ucapan Erna, tangan Jo tanpa disuruh menangkap pinggang ibunya dan mendudukannya tepat di atas senjata biologisnya yang sedari tadi tegak mengacung..
“ih… kamu… aaww”, ujar Erna setengah protes dan tersentak kaget dengan desakan benda keras ke belahan liang tempat anaknya lahir 19 tahun lalu. Jo, yang bagai menerima trophy kemenangan memeluk erat pinggul ibunya agar tetap merapat. Erna hanya bisa terdiam dan kian lama mulai gelisah karena getaran kendaraan yang melaju kencang itu membuat gesekan dua alat kelamin itu kian terasa, apalagi Jo dengan kurang ajar menggerak-gerakan batang penisnya…
Erna menoleh ke wajah Jo dan setengah berbisik berkata “jangan kurang ajar kamu, aku ini mama mu,” khawatir ucapannya di dengar Andi di tengah suara alunan musik tape mobil dan gemuruh mesin,“iya ma… abis mama sih”, jawab Jo. Erna kembali menatap ke depan, ia mulai merasakan sesuatu berdenyut di antara pangkal pahanya, mengirimkan sinyal-sinyal perasaan nikmat di otaknya, beberapa kali ia menundukkan kepala bersender ke kursi depan sambil menggigit bibir mencegah rintihan keluar dari mulutnya…