1 November 2020
Penulis —  toketmania

The Trip

Tiba-tiba hp di dalam tas tanganya berbunyi, dengan segera ia buka tas itu dan ia ambil, sebuah pesan dari whatsapp dan… dari Jo yang isinya… “Mama… kok basah sekali,” Erna menoleh ke belakang dan mendelik dengan wajah marah, lalu mencubit paha anaknya, Jo meringis menahan sakit namun terselip senyum dibibirnya.

Namun kembali beralih ke depan menyenderkan kepala ke kursi supir, menyembunyikan kenyataan kalau ia pun merasakan kenikmatan dari situasi yang dialaminya saat itu. Tangan Jo mulai merayap ke pahanya, namun dipukul dan ditepis, sambil menoleh dan lagi-lagi berkata “jangan nakal kamu,” tapi kekeraskepalaan Jo yang warisan dari karakter ibunya itu membuatnya mencoba berkali-kali sampai akhirnya Erna memilih mendiamkan tangan Jo mengusap2 permukaan pahanya, terus ke arah lutut menggapai tepi daster mamanya dan menariknya sampai pertengahan paha Erna lalu kembali mengelus-elus sambil memijit-mijit ringan, ”nah…

gitu dong Jo, mama dah pegel neh, enak kamu pijitin”, ujar Erna dengan suara sedikit aneh. Beberapa menit kemudian Jo berkata,“ma… keknya harus ganti posisi lagi deh, pegel neh ma, diri dikit dong, sebentar aja”, Erna dengan bertelekan Kursi depan dan hand grip di atas pintu mencoba bangkit setengah duduk, Johan beringsut sebentar dan seperti tengah membereskan sesuatu yang tidak bisa di lihat Erna dalam posisi seperti setengah duduk itu,“udah belum?

“tanya Erna.. “bentar lagi ma… bentar aja,” jawab Johan kembali bergeser-geser ringan, “entar ma ya,” ujarnya lagi sambil menahan pantat padat ibunya dengan satu telapak tangannya, sementara tangan lain menarik tepian belakang daster Erna sampai ke pangkal pahanya, Erna tak sempat protes,“yak… turun ma”, perintah Johan, Erna terbelalak kaget dan menutup mulut menahan teriakan ketika merasakan benda tumpul keras mendesak masuk ke liang senggamanya dengan paksa, ia terloncat namun tangan-tangan kuat memeluk perutnya dan mendudukannya paksa sehingga benda keras itu kian melesak dalam mengisi ruang sempit yang hangat dan basah walau agak tersendat.

“Jo… kamu ngapain.. oouhh?” ujar Erna panik dan berbisik menoleh kebelakang.. “I love you mam”… jawab Johan singkat dengan suara lirih. Erna mulai terisak menangis, tapi ia sembunyikan dengan kembali menyandarkan kepalanya ke kursi depan tempat Andi yang seolah tak terganggu dengan peristiwa tabu di belakang, terus berkonsentrasi memacu kendaraan sambil menggumam mengikuti senandung lagu.

Erna menggigit jari jemari dengan tubuh bergetar menahan amarah dan… kenikmatan… Johan mulai aktif mengayun-ayunkan pinggulnya ke depan mengasah senjata biologisnya ke dinding lubang berlendir tempat ia dulu dilahirkan… ditambah getaran dan guncangan ringan mobil menambah sensasi kenikmatan, terlebih aktivitas terlarang itu dilakukan kepada ibunya sendiri ditengah situasi darurat dan didepan rekan-rekannya sendiri..

Erna mencoba mengatur nafas dan menerima kenyataan… kenyataan kalau anak kesayangannya telah beranjak dewasa, kenyataan kalau dirinya lah yang disadari atau tidak telah menggugah kedewasaan anaknya, kenyataan kalau dia sangat merindukan sentuhan pria setelah sekian lama hanya merasa sebagai pelengkap status lelaki yang menikahinya, kenyataan kalau dia sangat basah pertanda alam kalau dia pun terangsang hebat..

Johan terus memompa batang kontolnya, sambil tangannya bergerilya menyusup ke balik daster ibunya, mengusap-usap perutnya terus ke atas lalu menyusup ke balik bra mamanya, menangkap dua gundukan daging halus yang begitu besar dan berat ia rasakan sambil memuntir-muntir pucuknya, Erna tak melakukan perlawanan apapun selain makin aktif menggerakan pinggulnya ke kanan ke kiri dan setengah berbisik mendesah-desah.

Johan memang merasakan hanya ibunya lah wanita satu-satunya yang iya kenal, sebagian besar waktunya habis bersama ibunda terkasih sejak masih kanak-kanak di saat kehadiran ayah yang ia dambakan terasa amat kurang, ia bisa berkeluh kesah apapun di depan ibunya termasuk ketika ia mengalami mimpi basah yang pertama, Erna menjelaskan secara detail dan menenangkannya di saat ia begitu ketakutan.

Dan perlahan-lahan ia pun mulai memperhatikan ibunya, mengingat-ingat masa kecil ketika masih sering mandi bersama-sama, mengingat-ingat detil lekak lekuk tubuh telanjang mama dan mulai mencuri-curi pandang, terlebih sang ibu sering tak begitu memperhatikan pakaian yang dipakai, kancing yang terbuka di bagian dada, keluar kamar mandi hanya berhanduk walau di sisi lain kalau keluar rumah selalu memakai pakaian yang religius…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan