1 November 2020
Penulis —  toketmania

Perkumpulan Rahasia 2 - Home Robbery

Seperti biasa menjelang weekend aku pulang ke rumah setelah berkutat sekitar kampus untuk menyelesaikan studiku. Hari menjelang sore yang cukup gerah ketika aku turun dari taksi di depan gerbang rumah berpagar tembok. Pintu pagar berderit ketika kubuka, hmm, agak aneh, biasanya aku harus teriak-teriak atau memencet bel minta dibukakan.

Memasuki halaman sempat tertegun melihat dua sepeda motor parkir di halaman, aku tak mengenalinya karena aku tahu persis jenis sepeda motor apa yang dimiliki teman-teman semasa SMA yang biasanya ngumpul kalau aku pulang. Dan rasa heranku belum habis ketika memasuki rumah dengan amat terkejut kudapati mama tengah duduk terikat di kursi dengan mulut dibekap sehelai kain.

Kedua kakinya terikat di masing-masing kaki kursi dan tangannya terlipat di belakang. mama?! teriakanku belum habis ketika mendadak sebatang logam dingin menempel di leherku dan tanganku dipiting seseorang, jangan bergerak atau gue gorok, ujar seseorang dengan suara parau. Sadarlah aku kalau ini adalah perampokan dan yang menempel di leherku saat ini adalah sebuah belati, kulirik dan kudapati dua orang menggunakan zebo untuk menutup wajah.

Mama hanya mampu membelalak dan mengeluarkan air mata sambil mengeluarkan suara tersendat. Dan segera tanganku diikat salah satu perampok dengan seutas tali dan menyuruhku berlutut. Seorang lagi mendekati mama dan membuka selubung yang menutupi mulutnya, katakan dimana ibu menyimpan perhiasan dan uang atau kita gebukin anak ibu, ujarnya seraya menjambak rambut mama, ingin kuterjang dia namun posisiku tidak menguntungkan dengan posisi tangan terikat dan dibawah ancaman senjata tajam.

Tak lama si perampok pergi ke lantai atas dan turun dengan ngomel-ngomel,’ masa Cuma segini, ujarnya kepada mama sambil membanting kotak perhiasan kecil di hadapannya. Kami gak pernah nyimpan uang cash di rumah kecuali sekedarnya, perhiasan juga saya simpan di bank, ujar mama terbata-bata dengan wajah kian memucat.

wah, kayaknya harus kita kasih pelajaran nih Jun,’ ujar si perampok yang kecewa dengan perolehannya. Ia mendekati mama, menghunus pisaunya… jangan, tolong jangan lukai kami, mama memohon setengah menangis. Aku pun sangat geram namun tak bisa berbuat banyak. Tapi yang terjadi di luar dugaan, si perampok menyelipkan pisaunya di lengan kaus mama hingga batas kerah dan preekk-prekk, kaus T shirt mama tersingkap hingga menampakan bahunya yang putih bersih dan tali BH nya, lalu bak tukang kuliti hewan, ia robek bagian depan kaus mama, kembali suara sobekan kain terdengar dan dengan kasar dia renggut kaus itu dari bagian punggung sehingga nampaklah payudara mama yang masih tertutup BH, mama hanya bisa memohon dengan suara lirih campur isak tangis.

Kurang ajar kalian!!, teriakku sambil berusaha berdiri.. eit-eit… sabar anak mama, permainan belum selesai, ujar si Jun, perampok yang sedari tadi memegangku. Mama memberi isyarat dengan gelengan kepala agar aku menyerah. Aku kembali terduduk dengan wajah tertunduk lesu dan marah, namun melihat mama setengah telanjang membuat sekilas pikiran nakal melintas, dalam hati aku memuji betapa mama masih sangat sexy dan memang masih cantik serta layak menjadi obyek khayalan banyak lelaki tak terkecuali rekan-rekanku pun kerap berkomentar nakal soal mama.

Si perampok dengan kasar segera meremas-remas payudara mama yang cukup besar itu, mengeluarkan dari mangkuk BH nya dan membetot-betot ringan putingnya yang kecoklatan itu, mama hanya bisa meringis dan terisak. Lalu kembali ia sisipkan pisau di tali BH mama hingga terputus dan terlepas & terhempas ringan di pangkuan mama.

Kembali ia remas-remas payudara mama dan mempermainkan putingnya. Cukup lama ia mempermainkan payudara mama di hadapanku dan rekannya sambil tertawa-tawa dan memberi komentar nakal soal mama. Membuatku kian marah namun… juga perlahan benda di selangkanganku bergerak-gerak hingga mendesak celanaku.

Mama melakukan perlawanan dengan menegangkan otot lehernya dan menutup rapat-rapat bibirnya, Jun… hajar, ancamnya, Si Jun tiba-tiba memukul perutku membuatku terbatuk-batuk, mengetahui mereka mulai menyakiti anaknya, perlahan mama menyerah dan dengan wajah jijik membuka bibirnya dan dengan paksa si perampok mendesakan batang kontolnya ke mulut mama membuatnya terbatuk-batuk dan kian deras mengeluarkan airmata.

ooh… terus bu, hisaap terus.. ahhh, erangnya sambil menjambak rambut mama dan satu tangan lain meremas-remas kasar payudara mama sambil sesekali memelintir putingnya. Mama tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan bejat si perampok, mengulum dan menjilat batang kemaluan dan biji pelir si perampok sampai akhirnya si perampok menarik kepala mama, menahannya hingga mama nyaris tak bisa bernafas dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam sambil mengerang…

ahhh… ahhh… hisap sampai habis bu… ahhhss, teriaknya dengan tubuh mengejang. Sadarlah aku kalau ia tengah ejakulasi di dalam mulut mama yang matanya hanya menampakan putihnya saja, dan mama mau tak mau harus menampungnya dengan paksa. Sekian menit berlalu ketika si perampok melepaskan kepala mama, mama dengan berlinang air mata dan wajah memerah terbatuk-batuk dan memuntahkan cairan putih kental ke lantai.

Si perampok dengan puas segera merapikan kembali pakaiannya namun pesta belumlah usai. gantian Ron!!, ujar si Jun. giliran lo sekarang ujarnya sembari mengambil alih tugas rekannya mengawalku. Kembali mama harus mengoral paksa lelaki yang bukan suaminya tersebut walau memohon-mohon sebelumnya. Dan aku pun terpaksa menyaksikan dengan marah dan… terangsang. Gimana bro? Lo mau gak diemut nyokap lo?, ujar si Ron sambil terkekeh-kekeh, membuatku kian geram namun dalam hati seolah-olah mengiyakan pertanyaannya, selama ini aku kerap marah jika rekan-rekanku rada ngeres kalau mengomentari mama, namun di sisi lain aku pikir memang mama sangat menarik walau di usia kepala empat lebih, mirip seorang artis jav kategori MILF. Mama kembali terbatuk-batuk menelan benda asing di mulutnya dan kembali payudaranya diremas-remas dan dibetot-betot hingga mama kerap menjerit ringan. Dan tak lama, kembali mama harus menelan paksa cairan sperma pria asing walau sebagian kembali dimuntahkannya dan meleleh di sekitar dagunya. Kupikir peristiwa memalukan ini berakhir, namun ternyata tidak. Si Ron, entah Roni atau siapa, menyuruhku berdiri dan kembali tertawa-tawa,, liat jun, anak kesayangan ternyata ngaceng liat mamanya ngemut kontol.. hahahaha, ujarnya, dan kuyakin wajahku memerah saat itu karena tak mampu menyembunyikan ereksiku yang menyembul di celanaku di hadapan mama. Si Jun ikut tertawa, kayaknya dia pengen juga tuh. Dengan paksa mereka membuka celanaku dan kali ini aku tak melawan karena kupikir tak ada gunanya. Kini aku telanjang separuh badan ke bawah, dengan wajah tertunduk malu karena di depan ibuku sendiri walau aku tahu ia sering melihat kemaluanku ketika aku kecil. Dengan ujung pisau menempel di pinggang mereka mendorongku ke arah mama. maafkan aku mah, ujarku lemah, ini bukan salahmu Den, jawab mama pelan setengah menangis. ayo, gak usah pake lama, kulum cepat, ujar si Ron sambil merapatkan bagian bawah tubuhku ke wajah mama sampai ujung kontolku menyentuh pipinya. Ayo bu, kulum!! perintah si Jun. Mama menatap wajahku dan mengangguk seolah menyuruhku tenang lalu perlahan membuka mulutnya, aku memejam merasakan kepala penisku masuk ke rongga yang basah, hangat dan rapat. Bohong besar kalau aku tak merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dan mama melakukannya dengan perlahan namun pasti seolah-olah ikut menikmatinya atau karena wujud kasih sayang karena kali ini batang kemaluan anaknya yang harus ia hisap. mama.. oohss… aku mau keluar mah… ahhs, erangku dan mama menatapku, lalu matanya kembali menyipit dan kembali menangguk… mamaaah, itulah teriakan pengantar semburan demi semburan spermaku di rongga mulut mama dan luar biasanya mama terus menghisap ketat batang kontolku sehingga aku yakini semua spermaku pun habis ditelan mama. Nah.. ini baru mantap.. hahaha, ujar perampok sambil tertawa-tawa puas. Dan mama baru melepaskan kontolku ketika kembali ke ukurannya semula. Wajahnya tertunduk lesu, sedangkan aku antara perasaan dosa dan puas tiada tara.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu