1 November 2020
Penulis —  toketmania

Perkumpulan Rahasia 2 - Home Robbery

Malam mulai menjelang dan ganti udara dingin melingkupi ruangan ini dan… panggilan alam mulai mendesak, berkali-kali orgasme ditambah cuaca dingin membuat isi kantung kemihku serasa meledak.. ”, mama… aku harus buang air nih… dah gak tahan,” ujarku… “sama Den, mama juga, ya udah kita pipis bareng, ini gak bisa kita cegah Den, udah pipis aja,” lalu semburan cairan kuning ganti memenuhi rongga memek mama sampai akhirnya merembes keluar beserta lelehan sperma ku, lalu ganti mama mengeluarkan cairan hangat menyembur di sekitar batang kemaluanku.

Sebuah sensasi yang kian membuat alat kelaminku mengeras. Namun walhasil tubuh bagian bawah kami kini tergenang cairan urine bercampur sperma membuat kondisi kami kian tidak nyaman. “ma… kayaknya kita harus pindah deh daripada gak nyaman begini,” pintaku kepada mama dan ia menyetujuinya. Dan kali ini mustahil kami bisa berguling karena terhalang sofa, meja dan vas-vas keramik jumbo koleksi mama.

Maka kembali gerakan mendorong ke atas yang bisa kami lakukan. Kembali gerakan bagai ulat sutera kami lakukan dan tepat beberapa meter kemudian kembali aku menghujamkan dalam-dalam batang kontolku ke dalam memek mama, kali ini aku tak mengucapkan apapun selain mengerang menikmati denyutan demi denyutan orgasmeku…

“sshhh… gak apa-apa Den, keluarin aja… nikmatin aja” bisik mama. Akhirnya karena kelelahan, kami berdua tertidur, walau tidak nyenyak, karena sesekali kami harus berguling bertukan posisi, menyamping, mama di atas, aku di bawah, lalu aku di atas, mama di bawah… tanpa alat kelamin kami berpisah. Dan sebagai lelaki normal dan berusia muda dimana hormon kelelakian bergejolak, harus berpelukan bertelanjang bulat dengan seorang wanita dewasa yang menarik kendati itu ibu kandungku sendiri, tak mampu aku mencegah semalaman batang kontolku mengeras didalam genggaman erat liang vagina mama walau spermaku nyaris habis.

Namun sekali lagi, demi menghormati mama, aku tak melakukan gerakan apapun. “Den, lakukan aja, mama ikhlas kok, daripada kamu gak tidur,” bisik mama seolah-olah mengerti apa yang aku inginkan. “Nggak ah ma, itu berarti aku sengaja mencabuli mama,” jawabku. “Ngga apa-apa Den, mama mengerti kok, lakukan aja,” bisiknya lagi.

“Mama,” ujarku setengah protes, namun sekian detik kemudian kugulingkan tubuh sehingga aku berada di atas mama, tanpa berkata-kata aku mulai ayunkan pantatku ke bawah. Kali ini dengan sengaja aku menyetubuhi ibu kandungku, dan karena beberapa kali mengalami orgasme maka kali ini hubungan haram itu berlangsung cukup lama.

Gerakanku yang tadinya halus kini mulai liar dan cepat, mama hanya merintih-rintih dan justeru menyemangatiku, “sshh… terus Den, ayun terus… nnnghh… terus sampe kamu keluar… sssh,” entah mama menikmati atau tidak aku terus menghujam-hujamkan batang kontolku mengobrak abrik lubang memek mama, perlahan hawa dingin malam mulai terusir dengan hawa panas tubuh kami sampai akhirnya setengah jam kemudian kembali tubuhku mengejang dan semburan spermaku kembali mengisi setiap sudut rongga vagina mama.

Teriakan panik Bi Imas dan Pak Ujang membangunkan kami pagi hari itu. Kami beritahukan kalau kami berdua kemarin dirampok dan menyuruh mereka untuk tidak panik apalagi lapor polisi. Dengan wajah jengah, dua orang itu membantu melepas ikatan kami, mama segera berlari ke lantai atas menuju kamarnya, sementara aku tanpa mempedulikan kondisiku yang telanjang berlari ke dapur menuju kulkas, haus ini tiada terkira sehingga satu botol besar air kemasan kureguk habis hingga tumpah membasahi dadaku, lalu kuambil satu botol lain dan berlari menyusul mama.

Di dalam kamar mandi mama tengah mengeramas rambutnya, kusodori botol minuman tersebut dan segera disambut mama setelah terlebih dulu membilas rambutnya hingga tiada lagi busa di kepalanya lalu mereguk isi botol tersebut sampai habis. “Kamu juga mandi sini Den,” perintah mama sambil menarik lenganku.

Tanpa di suruh kuambil sabun dan mulai menyabuni punggung mama sampai pantatnya yang montok itu terus hingga betis, lalu bagian depan tubuh mama, bahu, payudaranya yang besar dan masih menantang itu dan kali ini dengan nakal kuremas-remas dan mama sama sekali tidak protes, terus ke perutnya yang putih mulus dan sedikit membuncit sexy sampai ke bagian bawah pusarnya yang berbulu lebat itu, lama kusabuni daerah tersebut dan perlahan mama membuka pahanya, dengan sengaja kuselipkan satu jariku mencoba menggali liang memeknya, dan ketika kutarik keluar maka lelehan demi lelehan spermaku berjatuhan ke lantai bath tub, aku tak menyangka sedemikian banyak produksiku tadi malam.

Mama merintih pelan, “tuh liat hasil karyamu kemarin,” ujar mama dengan wajah serius. “Untung mama masih pake spiral, kalau ngga bisa hamil anak kamu,” ujarnya lagi. Kembali kusabuni vagina mama dan sengaja berlama-lama mempermainkan klitorisnya, mama kembali merintih.. “udah, jangan nakal kamu, terus ke bawah,” ujarnya lagi.

Lalu aku mulai menyabuni paha hingga betis mama, kini ganti aku yang disabuni mama, mulai dari mengeramasi rambutku, kemudian menyabuni bahu, dada, tangan, perut sampai… alat kelaminku. Mama melakukannya dengan lembut, jari jemarinya mengeramasi bulu-bulu kemaluanku, menyabuni biji pelirku sambil meremas-remasnya pelan, lalu batang kontolku pun disabuninya sambil dipijit-pijit pelan sehingga tak menunggu lama kembali tegak mengeras menjulang…

“dasar anak muda”, ujar mama sambil menyunggingkan senyuman manis. Lalu mulai mengocok-ngocoknya pelan dengan genggaman erat jari jemarinya. “Punyamu lebih besar dari punya ayahmu,” ujar mama sambil menatapku… “ahhss… mama, gak tahan nih” erangku. Mama membilas tubuhku dengan siraman shower, usai bebas dari busa mama kembali memegang dan mengocok pelan batang kontolku, lalu membelakangiku dan satu kakinya diangkat diatas tepi bath tub, mengarahkan kepala penisku ke belahan pantatnya yang montok itu, dengan surprise aku segera paham apa yang mama inginkan, kuarahkan batang kontolku ke rongga memek mama, dan perlahan mulai memasukinya dimana wajah mama mengerinyit ketika proses infiltrasi itu terjadi, persetubuhan haram dengan gaya doggy style pun berlangsung dahsyat di bawah siraman air hangat.

Kali ini atas permintaan mama yang juga mulai menampakan karakter aslinya dari wanita sopan santun menjadi wanita liar ketika berhubungan seks, erangannya sangat ribut sehingga kerap kubekap mulutnya takut terdengar bi Imas atau pak Ujang di lantai bawah meski aku tahu itu tak munkin. Lalu kami berpindah ke toilet, dalam posisi duduk kembali lubang vagina mama kugali dalam-dalam hingga ke ujungnya, hingga akhirnya mama tiba-tiba memelukku erat-erat dan menggigit bahuku, tak perlu jadi jenius untuk memahami kalau mama tengah orgasme.

Dan pagi itu paling tidak 3 kali aku membuat mama menggapai puncak kepuasan sampai akhirnya kubaringkan ia di lantai kamar mandi hingga aku rebah di sampingnya usai memberikan semprotan spermaku di atas payudaranya. Batas hubungan ibu dan anak telah kami langgar dengan sengaja. Kembali kami mandi dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing setelah saling berjanji bahwa apa yang terjadi dari kemarin hingga pagi itu menjadi rahasia kami berdua.

Esok hari, ketelanjangan di antara kami menjadi hal lumrah. Mama tak lagi menutup pintu kamar ketika berganti pakaian dan keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun kecuali handuk yang melilit di kepala. Masih satu hari lagi week end ini usai dan aku harus kembali ke kampus. Malamnya kami menonton tv bersama di ruang keluarga tanpa mengucap sepatah katapun, tenggelam dalam pikiran masing-masing mengenang kejadian memalukan namun juga erotis kemarin.

“kapan kamu balik Den? ”, mama membuka percakapan. “Besok pagi ma, kalau siangan dikit keburu macet,” jawabku. “ya udah, malam ini kamu tidur di kamar mama ya?” pinta mama. Aku sedikit terkejut namun merasa pucuk dicinta ulam pun tiba. Malam itu hingga menjelang pagi kuhabiskan sisa-sisa spermaku di lubang tempat aku lahir, mama entah berapa kali melonjak-lonjak menikmati orgasmenya sampai tenaga kami habis dan kami bangun kesiangan, saling berpelukan… telanjang.

“Buset, gak bosen-bosen lo nonton tuh video?” ujar Rony alias si Ron sambil melemparkan sekaleng bir ke arahku, aku segera menangkap dan meneguk isi kaleng tersebut. “He.. he.. he… wajarlah, kan baru menikmati misi yang sukses,” ujar Juni alias si Jun sambil mengacak-ngacak rambutku. Akting mereka sebagai perampok cukup meyakinkan memang.

THE END

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan