1 November 2020
Penulis —  dejongos

Mama terlalu menyayangiku

(((L AN J U T A N)))

Sepuluh menit berlalu setelah film d putar, posisi masih seperti semula, aku memeluk mama dari belakang karena memang sebelumnya adalah biasa kalau aku memeluk mama saat nonton film. Adegan mulai panas ketika memasuki menit ke 15, tak terasa adik kecilku mulai bangkit dari tidurnya. Sialnya lagi badan mama menempel di tubuhku hingga menyulitkan posisi adikku.

Untungnya mama mengerti, kemudian menarik badan untuk tidak bersandar lagi ke tubuhku dan kesempatan itu kugunakan untuk memperbaiki posisi adikku. Tak berselang lama kemudian aku memeluk mama lagi, perlahan kutarik tubuhnya untuk bersandar lagi di dadaku. Aku tidak tahu apakah ia merasakan di punggungnya ada benda keras melintang, sementara tanganku masih melingkar manis di perutnya yang ramping.

Adegan film semakin panas, kami hening tak bicara, yang ada hanya suara cegukan air ludah yang ditelan paksa yang terdengar dari mulut kami berdua. Aku memeluknya lebih erat lagi, mama masih diam dan terus menyaksikan film. Darahku sepertinya berdesir hebat, kuberanikan diri untuk mengecup leher bagian belakangnya, satu dua kali mama masih terpaku diam.

“Gimana sih rasanya gituan…” tanyaku lirih ketika di layar TV adegan telah menjurus ke hubungan seks.

“Nggak tau Don… Mama juga sudah lupa…” jawabnya lebih lirih lagi tapi matanya tetap lurus ke layar TV.

“Mama nggak pengen gituan lagi?” tanyaku terbata-bata.

Yang pasti pertanyaanku tidak terjawab karena setelah itu hening kembali, sepertinya mama sangat menikmati film tersebut dan tidak mempedulikan semua pertanyaanku. Pelan sekali aku mulai menggerak-gerakan tangan di sekitar perutnya, dasternya begitu tipis hingga terasa sekali kalau tanganku sedang mengitari pusarnya.

“Ehem…” mama terbatuk, entah sengaja atau tidak, namun hal itu seperti halilintar yang menampar pipiku. Tapi sampai saat itu mama masih membiarkan tanganku di dadanya. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium belakang lehernya, nafasku seperti memburu, aku sudah lupa diri, kuciumi semua leher sampai belakang telinganya.

“Hhhsstthhh…” terdengar suara rintihan mama walau pelan tapi terdengar begitu berarti bagiku. Tanganku mulai meremas dadanya, sedangkan tangan kiriku mulai turun menyingkap daster mininya.

“Donny jangan nakal ahh…” mama mulai bicara namun masih juga belum menangkis tanganku.

Suaranya begitu pelan dan lembut. Akupun mulai menurunkan resleting daster yang ada di punggung mama, hingga sebatas pinggang.

“Donny jangan…” Mama mulai bereaksi namun masih belum menghindar.

Kuciumi punggung indah mama sembari tanganku berusaha untuk melepaskan tali BH-nya hingga terlepas sama sekali.

“Sayang mau ngapain sih???” ujar mama sambil menyeringai penuh arti.

Aku terus berusaha untuk menelanjangi mama. Aku melorotkan daster mini itu, dengan mengangkati sedikit saja pantatnya untuk meloloskan daster itu, lepaslah daster mini aduhai tersebut. Kini mama hanya menggunakan celana dalam saja dan tanganku tak henti-hentinya meremas dada mama.

“Hhsssthh… Donny…” mama merintih menikmati belaianku.

Di layar TV nampak adegan permainan yang sensasional, mama terus memandangi film itu sambil menikmati remasanku. Aku mulai mengusap celana dalam mama, mama masih diam. Perlahan kugosokkan secara melingkar, sepertinya mama menikmati setiap sensasi yang kuberikan. Perlahan aku mulai membuka celana dalam mama dan sepertinya mama memberikan jalan untuk itu dengan mengangkat pantatnya hingga kemudian dalam sekejap celana dalam itu telah berada di sampingku alias mama telah bugil total.

“Uhhh… Donny jahat…” kata mama sambil meringis kenikmatan.

Kini aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya, tapi sepertinya mama menolak, mama tak mau berhadapan denganku.

“Jangan sayang, ini Mama lho bukan orang lain…” kata mama lagi.

Kesempatan itu kugunakan untuk membuka bajuku sendiri dalam sekejap aku telah bugil juga. Aku masih berusaha untuk menciumi bibirnya. Dua menit kemudian baru aku bisa mendapatkannya. Aku merebahkan mama di lantai, seluruh bibirnya telah kulumat dan mama membalas dengan sangat garang, sepertinya ia sangat haus akan sentuhan setelah sekian lama tak terjamah laki-laki.

“Donny…?” ujar mama sambil membeliakkan matanya seolah tak percaya dengan yang digenggam, ketika tangannya memegang adikku yang sangat sangat tegang.

“Emang kenapa Ma…?” tanyaku disela-sela nafasku yang makin memburu.

Mama kembali terdiam, sedangkan aku terus merangsangnya, aku tak mau mama keburu sadar, pikirku kalau basah ya mandi sekalian. Aku berusaha memasukkan penisku ke vaginanya namun selalu meleset dan meleset, sepertinya ukuran penisku terlalu besar untuk ukuran vagina mama, disamping mama yang selalu menghindari tusukanku.

“Ma… nggak bisa masuk” ujarku perlahan.

“Jangan ya sayang ya, ini mama lho…” mama mulai melarangku sambil membelai rambutku sepertinya ia mulai tersadar.

“Donny tau kok, Mama pengen juga khan?” aku berusaha untuk menghindar disalahkan.

“Mama nggak munafik, mama akui mama pengen, tapi jangan sama Donny dong…” jawab mama lembut untuk meyakinkanku.

“Berarti Mama pengen gituan sama orang ya?” tanyaku balik tak terima.

Sejenak mama terdiam membisu, sekilas aku melihat mata mama mulai berkaca-kaca. Seolah mama tak percaya dengan apa yang baru kuucapkan.

Kemudian berkata, “Mama nggak mungkin gituan sama orang lain, mama terlalu sayang sama Donny… nggak pernah terlintas di kepala mama untuk mencari laki-laki lain…” mama mulai menangis yang membuatku diam sejuta bahasa.

“Bahkan mama rela mati untuk Donny.” lanjutnya kembali sambil mengusap air mata yang mulai menetes.

“Mama nggak tega untuk meninggalkan Donny.” kembali mama melanjutkan kesahnya.

Aku merebahkan tubuh di samping mama, kondisi kami berdua masih bugil, sedangkan film di TV telah kumatikan. Kami diam, hening sunyi tanpa ada pembicaraan berarti. Aku berpikir bahwa aku benar-benar anak durhaka, bahkan mama sendiri ingin kutiduri.

Ketika tiba-tiba mama bersuara pelan, “Kenapa sih Donny pengen tidurin mama?” tanya mama terdengar seperti pertanyaan seorang hakim di pengadilan.

“Mama… cantik…” ujarku pelan hampir tak terdengar.

“Karena Donny sayang Mama…” lanjutku kembali berusaha untuk meyakinkan mama.

“Mama juga sayang sama Donny, tapi apa harus seperti ini penyampaiannya?” tanya mama lagi lebih mendetail.

“Iya emang Donny salah kok… Donny salah… Donny salah…” tukasku keras sambil duduk dan memakai celana dalam yang sejak tadi berserakan.

“Donny marah???” ujar mama lembut sambil berusaha meraih kepalaku untuk mengelus rambut yang acak-acakan.

Tak lama kemudian mama memelukku sambil sesekali terisak, “Jangan marah ya… jangan siksa perasaan mama…” kata mama disela-sela isak tangisnya.

“Maafin Donny Ma, tadi Donny kurang kontrol,” sahutku pelan sambil membelai punggung mulusnya.

“Donny pengen menyerahkan keperjakaan Donny untuk mama, pengen kalau mama orang pertama yang mengajari tentang semuanya, tapi Donny sadar itu salah…” ujarku memperbaiki kesalahan ketika ciuman hangat jatuh di keningku, kemudian turun dan tanpa sadar mulut kami beradu lagi tapi tidak sekencang yang pertama namun begitu lembut, hangat dan mesranya.

(((B E R S A M B U N G)))

=Karena Copas + Edit pun Butuh Waktu=

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan