1 November 2020
Penulis —  dejongos

Mama terlalu menyayangiku

Aku hanya bisa memandangi foto orang yang menurut mama adalah ayahku. Disaat aku menyesali segala macam perbuatan terkutukku terhadap mama, orang yang selama 18 tahun telah merawatku seorang diri hingga tumbuh menjadi seperti ini. Aku terlahir sebagai anak yatim karena tak pernah melihat ayahku kecuali foto yang kusaksikan saat ini.

Pada suatu saat di dusun pedalaman sumatera barat, ayahku berkenalan dengan seorang gadis yang selanjutnya menjadi ibuku. Memang mama terlalu dini untuk menikah, saat itu ayahku berumur 27 tahun sedangkan mama baru berumur 15 tahun tapi hal itu bukan menjadi penghalang mereka untuk menikah. Saat itulah ayahku memboyong mama ke jakarta.

Kejadiannya bermula ketika Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) selesai, waktu itu pukul 9:00 pagi. Aku langsung saja meluncur pulang karena memang aku mesti pulang. Sesampainya di rumah aku melihat mama sedang memasak makanan, hal itu biasa dan memang seperti biasanya, yang luar biasa adalah saat itu mama hanya menggunakan daster yang sangat pendek, hanya setengah paha.

“Ma… itu baju siapa?” tanyaku heran.

Aku dapat melihat walaupun diumurnya yang akan menginjak 36 tahun tapi mama masih memiliki tubuh yang sintal, terlihat dari balik daster itu masih menampakkan tonjolan di pantat dan dadanya. Aku pun larut membantu mama menyiapkan bahan masakan, tapi kembali aku terpaku disaat duduk berhadapan mengiris sayuran, mataku menangkap warna putih celana dalam mama, sebenarnya mama duduk dalam posisi yang biasa, namun ia belum sadar kalau saat itu ia hanya menggunakan daster pendek.

Aku berusaha mangalihkan pandanganku, tapi selalu saja kembali melirik ke arah itu sampai akhirnya aku tertangkap basah. Saat aku melirik disaat itu pula mama melihat ke arahku dan kemudian secara perlahan ia merapatkan pahanya. Kejadian itu membuatku tidak tenang, selalu aku memikirkan apa yang ada di balik warna putih kain penutup tersebut.

Walau aku selalu mendapatkan ranking di kelasku tapi dalam hal wanita dan isi dalamnya, aku berada di nomor 39 alias nomor absensi terakhir di kelasku. Hal ini menimbulkan ide gila di kepalaku, tanpa sepengetahuan mama, lubang kunci pintu kamar mandi akan menjadi teropongku! Benar saja sekitar pukul 5 sore jadwal mama mandi.

“Donny… udah mandi belum?” tanyanya sembari berlalu.

“Iya ntar… Mama dulu deh” sahutku sambil berpura-pura serius membaca koran.

Aku mendengar suara pintu kamar mandi ditutup, secepat kilat aku berlari untuk mengintip. Perlahan mama melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya. Huftss… tampaknya tak ada lagi yang menutupi tubuh mama, dadanya tampak membulat indah, dengan bulu-bulu lembut menghiasi selangkangannya hingga kemudian ia mulai mengguyurkan tubuhnya denghan air.

Seminggu telah berlalu dari kejadian tersebut dan kini aku telah mempunyai ide yang lebih gila lagi, “Obat tidur! Aku membeli pil atifan, kata temanku itu adalah pil penenang dengan efek samping tidur. Disaat makan siang aku membubuhkan atifan yang telah kutumbuk menjadi tepung ke gelas mama. Ternyata memang benar, tak beberapa lama berselang mama telah pulas di kamarnya.

“Ma… ma… Mama…” tak ada reaksi.

Aku memegang tangannya untuk lebih yakin lagi, tapi masih juga tak ada reaksi dan aku merasa lega. Namun masalah kemudian timbul, saat itu mama menggunakan celana panjang lantaran tak sempat untuk mengganti dengan daster tidurnya. Perlahan aku membelai wajahnya, mama memang mempunyai wajah yang sangat cantik, setidaknya itu menurutku.

Aku sudah tidak sabar ingin melihat yang lebih jauh lagi. Perlahan sekali aku melepaskan kancing celana panjangnya, kemudian menurunkan resletingnya lebih perlahan lagi, yang kemudian menampakkan celana dalam warna krem juga. Saat itu aku merasa telah berada di dunia lain karena jantungku berdetak begitu kencangnya.

Dari ujung kaki aku menarik celana panjang hitam itu hingga terlepas sama sekali. Tak lupa celana dalam krem itupun aku pelorotkan juga. Seumur hidup, baru saat itulah kali pertama aku melihat vagina seorang wanita dari jarak yang begitu dekatnya. Kucoba untuk meregangkan kedua pahanya untuk memperhatikan lebih detail isi dari vagina wanita.

Huftthhh… dengan warna kemerahan sepertinya menantang untuk disentuh, kucoba untuk membelainya kemudian memasukkan jari tengahku ke dalam lubang hangat tersebut, ternyata masih sempit. Sampai di sana aku tak melanjutkan aksiku, kupakaikan kembali pakaiannya seperti semula, akhirnya aku onani sendiri di kamar mandi.

Setelah kejadian itu aku jadi semakin berani, saat bercanda dengan mama aku sering mencubit pantatnya. Bahkan, kadang aku sudah berani mencium belakang lehernya, tapi aku tak tahu apakah mama masih menganggapnya itu suatu kewajaran atau mama telah sadar bahwa ada kelainan pada diriku tapi berpura-pura tidak tahu.

“Ma… umur Donny sekarang berapa?” tanyaku mencari alasan.

“18… emang kenapa sayang?” jawabnya sambil mengerutkan dahi.

“Berarti Donny boleh nonton film 17 tahun ke atas, khan?” lanjutku kembali.

“Boleh… Donny khan sudah besar…” sahut mama membuatku merasa dewasa.

“Mau khan Mama nonton bareng Donny?” pintaku, dan aku merasa senang saat mama menganggukkan kepalanya tanda ia mau menemaniku. Terlebih saat itu mama memakai daster pendeknya lagi.

(((B E R S A M B U N G)))

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu