1 November 2020
Penulis —  dejongos

Wanita Desa yang Sensual

Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peristiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu di suatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu pelatihan untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu aku menginap di hotel di kota S dan kadang tidur di kantor/unit yang ada di desa.

Kejadian ini bermula secara tidak disengaja ketika aku menginap di desa A, yang mana setiap hari Sabtu pagi ternyata merupakan hari pasaran di desa A, sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar tersebut. Saking asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada, aku tanpa sengaja menabrak ibu yang sedang berbelanja, sehingga semuanya belanjaannya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya pada pecah.

Karena merasa bersalah, aku langsung meminta maaf dan mengatakan akan mengganti gelas-gelas yang pecah tersebut dan beruntung si Ibu tidak marah. Singkat cerita akhirnya kami berkenalan, sebut saja namanya Ibu Mirna dengan usia sekitar 40 tahunan. Setelah berkenalan Bu Mirna menyebutkan letak rumahnya yang berada di ujung jalan desa belok ke kiri karena saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah.

Sehabis mandi sekitar jam 4 sore, aku langsung berangkat ke rumah Ibu Mirna yang ternyata berada di ujung jalan yang cukup sepi. Setibanya di sana, aku ditemui oleh seorang pria yang berusia sekitar 50 tahun, yaitu Bapak Najib yang tak lain merupakan suami Bu Mirna. Pak Najib menerimaku dengan sangat ramah setelah aku menjelaskan maksud kedatanganku, dan kemudian terjadilah obrolan yang semakin akrab di teras rumah beliau.

Pak Najib meminta diri untuk ke dalam memanggil Bu Mirna, sesaat kemudian beliau kembali ke teras dan diikuti oleh Bu Mirna telah membawa minuman dan beberapa jenis kue. Tanpa sengaja aku memperhatikan kondisi Bu Mirna dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, pada dirinya terpancar kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mataku melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali yang membuat jantungku bergetar.

Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba dan mereka memaksaku untuk ikut makan malam bersama. Setelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan aku dipersilakan melanjutkan perbincangan dengan Bu Mirna. Rumah tersebut sepi karena anak pertama mereka yang sudah kelas 1 SMA sedang mengikuti kegiatan perkemahan, anak kedua yang masih kelas 2 SMP sedang belajar di rumah temannya dan si bungsu sedang berada di rumah saudaranya, dan bagiku ini merupakan suatu kebetulan yang tidak terduga.

“Orang desa gini kok dikatakan cantik, di kota pasti bayak yang jauh lebih cantik” kata Bu Mirna.

“Iya sih Bu, tapi Ibu lain, karena walau sudah punya anak tiga tapi badan Ibu masih bagus, khususnya…” aku berhenti berkomentar.

“Khususnya apa dik?” desaknya.

“Maaf Bu, itu tetek Ibu besar dan masih kencang kelihatanya” jawabku jujur memujanya.

Bu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutupi dengan tangannya, dan tanpa kami sadari pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno.

“Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?” tanya Bu Mirna.

“Satu Bu, laki-laki usia 2 tahun, istri usia 27 tahun dan saya sendiri 29 tahun” jawabku.

“Wah sedang panas-panasnya dong?” timpal Bu Mirna.

“Panas apanya bu?” aku berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena aku merasa terangsang dan berusaha bagaimana caranya agar bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya ini.

“Ah dik Amar berlagak nggak tau nih..” kembali Bu Mirna menimpali sambil tersipu.

“Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot ya?” aku terus memancing.

Tapi reaksi yang aku terima tidak terbayangkan oleh ku sebelumnya, Bu Mirna malah kelihatan sedih, sehingga aku bertanya, “kok jadi kelihatan sedih bu?”

Akhirnya Bu Mirna cerita bahwa kebutuhan batinnya sejak 2 tahun ini jarang terpenuhi, karena sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal.

“Maaf Bu, padahal menurut saya orang seusia Ibu pasti sedang puber kedua?” ucapku berusaha menenangkannya.

“Yah memang begitu dik, tapi harus ibu tahan…” Bu Mirna menjawab sambil berusaha terlihat tegar.

“Gimana caranya?” lanjutku.

“Ya dengan mencari kesibukan di lading, sehingga malamnya capek terus langsung tidur” lanjutnya.

“Wah kalo saya bisa pusing, karena ini yang baru pisah 4 hari dengan istri saya aja udah gak tahan Bu…” kataku sambil bergeser duduk mendekatinya.

“Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain…” katanya, namun aku tidak menjawabnya.

“Dik Amar kok gak dengerin sih!” kata Bu Mirna sambil menepuk pahaku.

Tangan Bu Mirna aku pegan sambil berkata, “abis ada pemandangan yang lebih bagus…”, sambil mataku terus memandang ke belahan dadanya.

“Ah nakal ternyata dik Amar ini…” kata bu Mirna.

Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena dia diam saja berarti ada kesempatan, batinku. Kemudian tanganku beralih kepahanya.

“Jangan dik…” kata Bu Mirna tanpa berusaha menolak.

Dan akhirnya aku beranikan diri untuk menciumnya, Bu Mirna mrmundurkan kepalanya berusaha menolak. Tetapi setelah aku pegang kedua tangannya sambil menatap matanya, akhirnya Bu Mirna memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Langsung aku cium bibirnya perlahan, lama-kelamaan Bu Mirna memberikan respon dengan membalas ciumanku.

“ah.. ah… jangan dik…” tapi tangan Bu Mirna malah menekankan tanganku ke teteknya.

Ciumanku terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan kananku ke belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah, “ah… uh… ah terus dik, enaaak” desah Bu Mirna. Aku semakin bernafsu, kancing kebaya baju bu Mirna langsung aku lepas.

“Jangan dik… nanti keterusan” Bu Mirna berusaha meolak.

“Oh Bu… saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah… kita sama-sama butuh kan Bu?” aku berdalih.

Akhirnya Bu Mirna menyerah dan membiarkan mulutku menyedot puting susunya yang semakin menegang “ah… ah… ahhhh dik nikmat dik, terus dik…” desahnya.

Sementara tangan kanan meremas tetek sebelah kanan, mulutku terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri.

“ahhhhh… uhhh… ahhhhh… dik.. udah dik… ibu nggak tahaaan…”

Tapi tangan bu Mirna malah menuntun tangan kiriku ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya sudah disingkapkan… tanganku pun langsung bergerilya ke gundukan memeknya yang masih tertutp celana dalam, dan terasa jembutnya keluar dari samping cd-nya. Tanganku pun terus menggosok-gosok memek Bu Mirna.

“ah… ahhhh… ahhhh dik terus dik terus… enak bangeeet…” desahnya dengan logat jawa yang kental.

Akhirnya dengan seijin bu Mirna, cd itu aku pelorotin, sehingga terpampanglah memek Bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut. dengan penuh nafsu langsung aku elus-elus memek tersebut sambil berusaha menemukan itilnya, hingga tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan.

“diiik… ahhhh… enaaaaak… diiik… enaaaaaakkkkk bangeeett…”

Dan ciumanku terus bergerak turun, hingga akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuatku semakin bernafsu, dan tanpa berfikir lagi langsung menjilat memek yang kemerah-merahan tersebut.

Bersambung di bawah…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu