2 November 2020
Penulis —  akuskememe

KISAHKU DENGAN LELAKI LAIN

Selama seminggu, sehabis obrolan bersama Bu Gani dan kawan-kawan, aku sama sekali tak bertemu dengan Restu. Aku memang sedikit marah kepadanya lantaran tak jujur kepadaku. Aku mengabaikannya yang berulang kali menghubungiku lewat sms atau telpon.

Namun, lama kelamaan, aku berpikir, kenapa aku harus marah pada Restu? Memangnya aku siapa? Istrinya? Bukan. Aku hanya orang yang justru membuat Restu mengkhianati istrinya. Kenapa aku harus marah? Bukannya aku sama dengan Bu Gani dan ibu-ibu yang lain? Ya, aku telah salah. Aku memang tak sepatutnya marah pada Restu.

Aku juga tak mesti menghalangi rencana Bu Gani. Ya, aku tak boleh cemburu. Toh Restu bukan milikku. Dia bebas melakukannya dengan siapa. Lagipula ia melakukannya dengan alasan: butuh uang. Apa aku siap memberinya uang? Tidak. Aku tidak siap. Jadi aku tak punya alasan untuk melarangnya.

Bu Gani benar-benar merencanakan rencananya dengan baik. Aku dihubunginya untuk datang ke satu hotel baru di kota kami. Berarti Restu setuju dengan rencana itu. Aku sendiri, meskipun sudah memaafkan Restu, namun belum menghubunginya. Kata Bu Gani, ada empat orang yang akan ikut dalam acara itu termasuk aku.

Namun aku belum memastikan ikut atau tidak. Apakah aku siap melihat Restu bercinta dengan orang lain?

Pertanyaan itu akhirnya terjawab. Aku siap menyaksikan semuanya. Aku siap menjadi bagian acara gila itu. Bukan hanya itu, aku juga ingin menjadi yang terbaik dari tiga wanita yang akan ditiduri oleh Restu. Aku akan membuktikan bahwa akulah yang punya pelayanan terbaik buat Restu.

Aku menyiapkan banyak hal. Kubersihkan badanku, termasuk vaginaku. Kucukur bulu kemaluanku agar tampak rapi. Kupakai CD dan BH yang seksi: minim dan berwarna merah.

Pukul 09.00, aku sudah berada di hotel dimaksud. Di sana sudah ada Bu Mita dan Bu Vera.

“Mana Bu Gani?” tanyaku.

“Katanya lagi di jalan. Kita tunggu aja di kamar.”

Kamarnya lebar dengan kasur yang juga lebar. Tersedia mini bar juga di sana. Kamar mandi dengan fasilitas yang lengkap. Ada sofa di pojok ruangan. Kami bertiga menunggu di sana.

Tak lama kemudian, Bu Gani dan Restu datang. Bu Gani masuk dan disusul Restu. Restu seperi biasa, tampak tampan dan gagah. Ia mengenakan kaos body fit dan celana pendek selutut.

“Hai, semuanya.” Kata Bu Gani menyapa.

Kami menjawabnya.

Kami, ibu-ibu, duduk di sofa. Sementara Restu menuju ke arah kasur.

“Gimana? Udah siap?” tanya Bu Gani.

“Siap dong, Bu.” Jawab Bu Vera.

“Udah ga sabar nih.” Sela Bu Mita. Lalu disusul dengan tawa mereka.

“Bu Rina gimana?” tanya Bu Gani.

“Tidak mau kalah dong.” Jawabku.

Mereka kembali tertawa. Aku juga ikut tertawa.

Tiba-tiba hp-ku berbunyi. SMS. Dari Restu.

“Kukira kamu tidak ikut.”

Lalu kubalas, “Kukira kami menolak.”

Aku meliriknya. Dia juga melirikku.

“Oke,” kata Bu Gani. “Siapa yang duluan nih?”

“Aku ya, Bu?” Bu Mita menawarkan

“Boleh.” Jawabku. Yang lain setuju.

Tanpa babibu, Bu Mita menuju kamar mandi. Tak lama dia keluar dengan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Dia menghampiri Restu yang duduk di pinggiran kasur.

“Pijitin saya dulu ya.” Katanya pada Restu. Setelah itu, dia melepaskan handuknya di depan Restu. Jadilah Bu Mita telanjang di hadapannya.

Tubuh Bu Muta agak gemuk. Susunya juga tidak kencang. Namun ukurannya besar. Kulihat bulu kemaluannya juga rapi. Rupanya juga sudah dirapikan.

Bu Mita langsung tiduran tengkurap du kasur. Restu seperti menelan ludah. Lalu ia pamit ganti pakaian.

Tak lama, dia keluar hanya mengenakan CD berwarna biru. Lalu, Bu Gani mendatangi Restu.

“Langsung dibuka dong, Sayang.” Kata Bu Gani sambil menurunkan celana Restu. Tampaklah Restu kini telanjang bulat. Penisnya sudah tampak sedikit menegang.

Bu Gani kulihat masuk ke kamar mandi. Restu melihat ke arahku sebelum menuju Bu Mita dan mulai memijatnya.

“Bu Rina, gila ya badannya si Restu. Bikin horni.” Kata Bu Vera yang duduk di sofa bersamaku.

Restu memijitnya dengan baluran minyak. Ia mulai mengurut sambil berdiri. Dia mengurut dimulai dari punggung Bu Mita. Lalu kulihat Bu Gani keluar dari kamar mandi. Tak seperti Bu Mita, Bu Gani masih mengenakan CD dan BH berwarna putih. Lalu ia menuju mini bar dan mengambil minuman.

Selanjutnya Bu Vera yang menuju kamar mandi. Tak lama dia keluar dengan CD dan BH berwarna merah muda. Tubuh Bu Vera hampir sama dengan Bu Gani. Hanya saja, Bu Vera lebih putih. JikaJika dibandingkan denganku, tak ada tubuhnya yang menyaingiku. Memang karena aku lebih muda dari mereka.

Restu masih berkutat dengan punggung Bu Mita. Namun, kini Mita dengan posisi tengkurapnya tangannya meraih penis Restu yang sudah menegang.

Karena posisi tersebut susah, maka Bu Mita pun berbalik. Kini posisinya sudah telentang. Maka dia sudah leluasa memegang penis Restu. Resty sendiri telah dituntung Bu Gani untuk meremas-remas payudaranya. Agak lama dengan posisi itu, lalu Bu Mita menarik Restu untuk menindihnya. Restu menuruti dan kini dia sudah menindih Bu Mita.

Selanjutnya kulihat mereka lalu berciuman. Penis Restu menyentuh perut Bu Mita. Tangan Restu terus meremas payudara Bu Mita.

Tak mau ketinggalan Bu Gani menghampiri Restu dan Bu Mita. Bu Gani menyuruh Restu telengang. Lalu kemudian Bu Gani dan Mita secara bergantian berebut mengulum penis Restu.

Melihat pemadangan itu, aku terangsang. Maka aku langsung menuju kamar mandi dan mengganti pakaian. Aku sudah tak berminat memakai CD dan BH. Maka aku keluar dengan telanjang.

Di kasur, kulihat Restu sudah dikerubungi oleh tiga wanita. Bu Mita dan Bu Gani mengulum penis Restu sementara Bu Vera menyusui Restu.

Aku melangkah ke arah mereka. Lalu aku memalingkan wajah Restu yang sedang menyusu pada Bu Vera, dan aku menciumnya. Kami mulai berciuman. Panas. Tangannya kirinya juga meraih payudaraku. Sementara tangan kanannya dituntun Bu Vera ke arah payudaranya.

Karena asyik berciuman, aku tak tahu kalau Bu Mita sudah menaiki badan Restu dan menduduki selangkannya. Restu menghentikan ciumannya. Rupanya itu dikarenakan Bu Mita memasukkan penis Restu ke vagina miliknya. Dengan sekali usaha, amblaslah penis itu. Bu Mita mulai mendesah.

Sementara yang lain, mulai mencari kesibukan sendiri. Aku dan Bu Vera duduk dengan payudara mengarah ke wajah Restu. Sedangkan Bu Gani, hanya duduk di samping melihat adegan Bu Mita yang naik turun.

“Ah… ah… ah… hhuuhhh… hhuuh… aahh..” desah Bu Mita.

Restu menikmati permainan Bu Mita hingga ia tak terlalu menghiraukan payudara kami.

“Ohhh… ohh…”

Lalu, posisi Bu Mita diganti Bu Gani karena sudah agak lama. Dia langsung naik turun di penis Restu. Gerakan Bu Gani tampak binal. Bahkan ia melakukan goyangan pada penis Restu.

Bu Mita yang termakan oleh birahi mulai menjilat puting Restu. Ia mulai melakukan aksi di sana. Sementara aku hanya mendapat remasan dari Restu.

Bu Vera yang sepetinya sudah tak tahan, meminta Bu Gani turun. Ia pun lalu naik dan naik turun di selangkangan Restu. Bu Vera langsung mendesah. Bu Ganu lalu meniru Bu Mita. Aku sendiri kembali menciumi Restu. Kutelusuri lehernya dan telingnya. Aku melakukannya dengan penuh nafsu. Mungkin karena permasalahan aku dan dia.

Saat asyik berciuman, Restu tiba-tiba bangkit dan berbalik arah menindih Bu Vera. Dengan penis masih tertancap Restu langsung menggenjot Bu Vera. Jadilah Bu Vera makin mendesah. YangYang lain hanya tampak diam menyaksikan. Kulihat Bu Gani sambil memainkan vagina.

Restu masih terus menggenjot Bu Vera. Hentakannya makin terasa cepat. Bu Vera juga makin tak jelas meracau. Bunyi pertemuan penis dan vaginanya yang becek terdengar.

Hingga tak lama kemudian, Bu Vera tampak mengejang. Dia sepertinya orgasme. Restu menarik penisnya dari vagina Bu Vera.

Bersambung.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu