2 November 2020
Penulis —  akuskememe

KISAHKU DENGAN LELAKI LAIN

**Dilanjut… dilanjut…

***

**

Suatu siang di hari Minggu, aku mengantar anakku pergi ke toko mainan. Dia merengek meminta mainan baru. Kebetulan ayahnya, suamiku, sedang ada pekerjaan. Jadilah aku yang mengantar.

Aku pergi dengan naik taksi online. Siang itu tokonya lumayan ramai. Mungkin karena hari Minggu, banyak anak-anak berlibur dan memilih pergi ke toko mainan. Setelah anakku selesai membeli apa yang diinginkannya, kami segera keluar toko.

Rencananya aku mau langsung pesan taksi online, tetapi anakku haus dan meminta membeli minuman. Ketika di dalam sebuah minimarket, aku melihat seseorang yang memiliki cerita denganku saat di kampung. Sepertinya ia juga melihatku.

“Wah, Bu Rina.”

“Pak Kasman. Kok di sini?”

“Saya kerja di sini.”

“Oh ya? Kerja apa?”

“Ya sesuai kemampuan saya, Bu. Pijet.”

Bayangan pergumulanku dengan Pak Kasman mendadak merasuki pikiranku. Masiu terasa pula bagaimana ia memberikan kenikmatan bagiku dulu.

“Ibu sendirian?”

“Iya. Suami lagi sibuk.”

“Naik apa?”

“Tadi naik taksi.”

“Saya antar ya, Bu.”

“Wah, ga usah, Pak. Saya naik taksi aja.”

“Jangan lah, Bu. Saya kan tetangga sekampungnya Pak Iwan. Solidaritas. Hehe.”

“Baiklah.”

Sepanjang perjalanan, kami tak banyak bicara. Baru kusadari kalau anakku sudah terlelap. Aku memperbaiki posisi duduknya di pangkuanku.

“Bu…” Pak Kasmana memulai pembicaraan. Saat saya tengah asyik bermain HP.

“Iya?”

“Saya minta maaf ya.”

“Soal apa?”

“Kejadian di rumah saya dulu.”

Saya paham apa yang ia maksud. “Sudahlah, Pak. Semuanya sudah terjadi. Lagipula, itu juga kesalahan saya.”

“Hmm. Apa Pak Iwan tahu?”

“Tidak. Tapi… dia sempat bertanya. Ya saya jawab bahwa Pak Kasman berbuat tidak senonoh. Tapi tak sampai bercinta.“

“Pak Iwan marah?”

“Tidak.”

“Jujur, Bu. Melihat wajah dan tubuh ibu, saya tak bisa berbohong bahwa saya ingin menikmatinya.”

Aku menoleh ke arahnya. Dia juga menoleh. Aku ingin segara sampai di rumah.

“Bu, ijinkan saya menikmati tubuh ibu sekali lagi.” Tangannya meraih pahaku. Aku meletakkan HP-ku di dashboard mobil. Lalu aku coba menyingkirkan tangannya, namun ia kembali lagi.

Astaga. Apakah kejadian di kampung akan terulang.

Dari paha, tangannya naik ke payudaraku. Ia mulai meremas-remas.

“Pak… jangan…”

Tiba-tiba saja, mobilnya berhenti. Kupandangi jalanan terlihat sepi. Aku tidak tahu daerah mana ini.

Pak Kasman kini sibuk memasukkan tangannya ke balik bajuku. Namun agak susah karena ada anakku sedang kupangku.

“Pak… sudah… ayo pulang!”

“Bu, saya ingin sekali lagi. Saya ketagihan.”

Pak Kasman adalah satu dari sekian lelaki yang pernah bercinta denganku yang memiliki penis paling besar. Itu didukung dengan postur tubuhnya yang tegap.

“Tapi ga mungkin di sini.”

Pak Kasman menghentikan gerakannya. “Kita cari hotel ya?”

Aku tersentak. “Tidak sekarang. Aku takut suamiku sudah pulang.”

“Pasti belum.”

“Jangan, Pak.”

Pak Kasman diam sejenak. Sebelum akhirnya, dia merelakan kemauannya.

“Baiklah. Tapi ada satu syarat.”

“Apa itu?”

“Ibu oral punya saya.”

Astaga. Dasar lelaki!

“Oke. Tapi setelah itu pulang.” Jawabku tanpa pikir panjang.

Aku memindahkan anakku ke kursi tengah agar bisa berbaring. Pak Kasman membantuku. Setelah selesai, aku langsung menuju selangkangan Pak Kasman.

Kuraih gundukan di selangkangannya. Kuremas. Rupanya sudah mulai mengeras. Kuremas-remas terus. Kemudian tanganku meraih resleting celananya. Kuturukan resleting itu agar memberi ruang bagi batang yang sedang berkembang ukurannya.

Gundukan itu dibungkus CD berwarna merah maroon. Aku meminta Pak Kasman menurunkan celananya beserta CD-nya juga. Maka mencuatlah sesuatu yang pernah mengaduk-aduk vaginaku dulu.

Kugenggam dan mulai mengocoknya. Pak Kasman tidak diam, tangannya meraih payudaraku. Meremasnya. Aku tidak lagi khawatir dengan keadaan di luar, bagaimana jika orang-orang melihat kami.

Kuterus mengocok penis Pak Kasman. Penis itu sudah tampak tegang. Aku pun segera menurunkan kepalaku. Mulutku membuka dan langsung melahap batang kejantanannya yang besar itu.

Tangan Pak Kasman masih di payudaraku. Kudengar ia mulai mendesah, menikmati kulumanku di penisnya.

Kukulum penis Pak Kasman. Penis itu terlalu besar hingga mulutku tak dapat menampung seluruhnya. Kesepong juga sesekali dan kujilati juga seluruh bagian batangnya bahkan buah zakarnya. Itu, kurasa, makin membuat Pak Kasman nikmat.

Tangan Pak Kasman sudah menyelinap di balik bajuku. Tangannya sudah bisa meraih payudaraku dan menyentuh putingnya secara langsung. Ia memelintirnya dan membuatku merasa geli dan enak.

Aku semakin cepat menaikturunkan kepalaku. Pak Kasman semakin kuat mendesah. Aku jadi semakin bersemangat. Tapi tak lama setelah itu, Pak Kasman menakan kepalaku agar penisnya makin terbenam di mulutku. Aku membelalak. Dan kurasakan penisnya menyemburkan sperma. Cukup banyak. Sperma itu langsung masuk ke tenggorokanku.

Aku mengangkat wajahku. Kubersihkan sisa sperma Pak Kasman di lubang penisnya. Kujilati sampai bersih.

“Makasih ya, Bu. Ibu memang hebat.”

Aku diam tak menjawabnya. Aku mengambil tissue di tasku. Kubersihkan mulutku.

“Ayo pulang.”

Tanpa diduga, wajah Pak Kasman bergerak ke arahku. Kemudian ia mengecupku. Lalu ia pun melajukan mobilnya.

Saat sampai di rumah, Pak Kasman juga ikut turun dari mobil. Ia mengantarku sampai depan rumah.

Setelah Pak Kasman pulang, aku baru sadar bahwa HP-ku masih di dashboard mobilnya. Aku lupa. Bagaimana caranya aku mengambilnya?

Aku pun berpikiran untuk meminjam HP tetangga. Aku keluar rumah. Saat di luar, kulihat Pak Restu sedang berjalan. Pikiran nakalku langsung muncul. Aku memanggilnya.

“Iya, Bu?”

“Saya perlu bantuan Pak Restu, bisa ngga?”

“Insyaallah, saya bisa, Bu.”

“Saya boleh pinjam HP-nya ga? HP saya ketinggalan di mobil teman. Sementara suami saya masih di luar. Saya mau pinjam untuk memastikan keberadaan HP saya.”

“Oh, boleh kok, Bu.”

Pak Restu langsung menyodorkan HP-nya padaku. Aku menerimanya dan mulai menghubungi nomorku.

“Halo, Pak HP saya ada di mobil bapak tadi. Tolong disimpan… Nanti saya ambil. Alamat Bapak di mana… Baiklah. Kapan dan di mana?… Hah? Baiklah… Terimakasih, Pak.”

“Ini, Pak. Sudah.” Kukembalikan HP milik Pak Restu. “Terimakasih.”

“Sama-sama, Bu.” Jawabnya sambil tersenyum kepadaku.

“Bapak dari mana?” Tanyaku.

“Hmm.. ini dari rumah Bu Gani. Ambil barang.”

Lalu aku teringat dengan cerita Bu Gani perihal CD Pak Restu yang disimpannya. Pak Restu pasti baru saja mengambilnya. Tapi, di mana CD itu? Disimpan di sebelah mana? Ah, apakah CD itu langsung dipakainya? Apa Pak Restu saat ke rumah Bu Gani tidak memakai CD? Sehingga ia langsung memakainya di rumah Bu Gani?

“Saya permisi dulu, Bu.” Pak Restu pamit dan berlalu dari hadapanku.

Kemudian, aku teringat dengan Pak Kasman. Ia mengajakku bertemu di hotel. Aku tahu rencananya. Sudah bisa kupastikan bahwa ia akan mengajakku bercinta.

(Bersambung)

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu