2 November 2020
Penulis —  blackmore

Keluarga Pak Trisno

Secangkir kopi yang dihidangkan pembantuku cukup pas dalam mememaniku menikmati pagi yang cerah ini, setelah tadi sedikit berolah raga ditaman belakang rumah, lalu kemudian mandi dan keramas.

Keramas? tentu saja, setelah tadi malam aku menikmati dua tubuh wanita sekaligus, yaitu istriku dan Nanda, putri kandungku. tentu saja paginya aku harus keramas, walau sampai saat ini aku masih belum paham mengapa pula harus keramas setelah berhubungan badan, toh yang berhubungan badan adalah alat kelaminku, bukan rambutku.

Ah, bagiku itu bukanlah hal yang penting untuk dibahas, dan yang pasti setelah semalam menikmati surga dunia nan indah bersama istri dan anakku, dipagi harinya keramas adalah betul-betul menyegarkan, dan tak ada salahnya aku melakukan itu setiap selesai bersetubuh, dan tentunya hanya sebagai kebiasaan semata, tak lebih.

Dari arah kamar utama, istriku melangkah kearahku, pagi ini dia hanya mengenakan calana pendek hot pan dengan atasan tank tops, sehingga terekspose keindahan paha, lengan, dan punggungnya, tentu juga belahan buah dadanya yang mengintip karna memang tak lagi mengenakan bra. Sepertinya dia juga baru selesai mandi, namun bedanya dia tidak keramas, karna rambutnya yang masih tampak kering kini terikat oleh hair clips sehingga mempertontonkan tengkuk dan leher jenjangnya yang mulus.

“Anak-anak belum pada bangun pa?” tanya istriku, sambil meraih secangkir teh dari atas meja seraya menghempaskan tubuhnya diatas sofa tepat disampingku.

“Kalau si Doni tadi aku lihat ada dihalaman depan, Nanda aku belum liat…” jawabku, memang sekitar pukul dua dini hari tadi aku dan istriku pindah kekamar kami meninggalkan Nanda yang tengah tertidur pulas setelah kami bertiga selesai memacu birahi kami dikamar Nanda.

“Wah, masih pules tuh anak… kecapean kali, abis semalem dientotin terus sih sama papanya…” canda istriku dengan senyumnya yang menggoda, seraya meremas batang penisku yang hanya terbungkus oleh celana pendek berbahan kaos. Ah, mengapa kata-kata vulgar yang diucapkan istriku ini selalu berhasil membuat birahiku bangkit, sehingga memancingku untuk meremas paha mulusnya dengan gemas yang diikuti pekikan manjanya.

“Ah, kamu juga koq… masa’ anak sendiri diajarin adegan lesbi sih…” ujarku, kali ini sambil merangkul pinggulnya.

“Ih, emangnya kenapa..? papa juga suka kan kalau liat mama sama Nanda main lesbi.. hayoo.. ngaku..?” sambung istriku sambil mencubit pelan pipiku.

“Iya juga sih… tapi, mmm.. papa kawatir kalian malah lebih suka lesbi ketimbang sama papa, nanti papa jadi nganggur dong..” paparku, dengan polosnya.

“Hi… hi.. hi… ya ampuuuun.. segitu kawatirnya.. enggak bakalan deh cayaaaang… biar bagaimana mama lebih suka sama batang kontol ini koq… Mama yakin Nanda juga seperti itu deh… itukan cuma sekedar fariasi pa…” ujarnya, sambil meremas-remas batang penisku yang kali ini tangan kanannya telah menelusup masuk kedalam celana pendekku, sehingga dengan leluasa jari lentik itu mengocok-ngocok penisku yang telah berdiri tegak.

Bersamaan dengan itu pula sesosok wanita muda melangkah malas menuruni anak tangga menuju kearah kami, dialah Nanda yang sepertinya baru saja bangun tidur dan masih belum mandi, itu dapat kulihat dari pakaian yang dikenakan yang masih sama seperti tadi malam, juga raut wajahnya yang masih belum terlihat segar dan masih tampak lesu, namun kuakui anak ini masih tetap terlihat menarik dalam konsisi apapun juga, dan…

ah, dasar anak itu memang sembrono, bahkan dia masih belum sempat mengenakan celana dalam dan bra, itu dapat kulihat dari balik gaun tidurnya yang transparan sehingga terbayang jelas vagina dan buah dadanya. Yang pertama dituju adalah kulkas, dibuka pintunya untuk kemudian tangan kanannya telah memegang susu segar kemasan kartun ukuran satu liter, lalu melangkah kearah kami.

“Aduuuhh… anak mama ini mandi dulu kek, jorok amat sih… semalem kan abis dientotin papa kamu, memek kamu pasti masih ada sisa-sisa pejunya papa tuh… Mana enggak pakai celana dalem lagi..” ujar istriku, kepada Nanda yang kini duduk disampingku sambil menenggak susu langsung dari kemasannya.

“Oh iya… lupa, abis Nanda gak nyadar kalau masih gak pakai celana dalem..” jawab Nanda, setelah menyingkap sesaat gaun yang dikenakannya sekedar memastikan memang dirinya tak mengenakan celana dalam, sehingga dalam sekilas itu pula aku dapat menyaksikan vaginanya yang semalam telah menampung spermaku itu.

“Ayo Nanda, kamu koq main buka aja sih, tadi memek kamu diliatin papa tuh… nanti kalau papanya kepingin lagi gimana hayo… inikan masih pagi sayang” ujar istriku mengingatkan Nanda, sebuah peringatan yang nadanya justru sengaja memancing birahiku, itu dapat kulihat dari cara istriku yang mengatakannya sambil tersenyum menggoda kearahku.

“Emangnya kepingin apa pa? Kepingin ngentotin Nanda ya? Hi… hi.. hi…” ujar Nanda dengan gayanya yang imut dan menggemaskan.

“Nah, gitu dong… anak mama harus sering mengucapkan kata-kata yang indah seperti itu biar papa kamu senang… iyakan pa?” Ah, ada-ada saja istriku ini, kata-kata yang indah katanya, tapi memang benar juga sih, bagiku kata-kata seperti itu memang terdengar indah bila diucapkan dari mulut wanita-wanita cantik seperti mereka.

“Eh, Nanda… yang dientotin sama papa apanya kamu sih?” ah, aku tau, istriku tengah memancing untuk membuat suasana lebih hot.

“Si puss… eh, memek Nanda ma..” jawab Nanda

“Terus.. selain memek kamu?”

“Mmmm.. anus Nanda dong ma… itu yang paling Nanda suka..”

“Ih, dasar kamu… kenapa sih kamu koq suka banget sama anal seks..” heran istriku

“Gak tau deh ma… emang udah dari sananya kali… tapi dientot memeknya Nanda juga suka koq ma… tapi kalau lubang anus Nanda yang dientot… mmm.. sesuatu banget deh ma… beda deh nikmatnya…” terang Nanda, Ah, sebuah percakapan mesum yang sungguh-sungguh semakin merangsang birahiku, dipagi hari pula.

Untuk beberapa saat dipagi itu kami saling berbincang seputar seks, hingga datang Doni dari arah pintu depan, anak lelakiku yang tubuhnya semakin terlihat bongsor dan atletis walau usianya baru menginjak 15 tahun, karna memang anak itu rajin sekali berolah raga seperti yang baru saja dia lakukan itu.

“Aduh anak mama ini, keringat sampai basah kuyup begitu… abis senam dimana sih?” ujar istriku, pada Doni yang saat itu mengenakan celana pendek strait berbahan elastis yang ketat khas atlit balap sepeda, dengan atasannya t-shirt singlet yang memang telah basah kuyup.

“Senam? Enggak koq… abis naik sepeda puter-puter sama temen-temen…” ujarnya, seraya terus ngeloyor kearah kamarnya.

“Eehh… eehh.. eehh.. tunggu dulu dong sayang… main nyelonong aja deh… ada yang mau kita bicarakan nih…” ujar istriku, yang membuat Doni menahan langkahnya.

“Bicarakan apa sih?” tanyanya malas, sepertinya tak antusias dengan ajakan istriku.

“pokoknya penting deh… dan mama jamin kamu pasti akan suka… iyakan pa?” terang istriku yang hanya kujawab dengan senyum.

Mendengar perkataan istriku, walaupun dengan malas akhirnya pemuda tanggung itu menghampiri kami, seraya duduk diatas kursi diseberang kami.

“Aduuuhhhh… kamu duduk disini dong sayang… disamping mama sini… sukanya koq jauh-jauh gitu sih..” pinta istriku, yang segera dituruti oleh Doni, sehingga kami berempat duduk beriringan diatas satu sofa, Doni disamping kiri istriku, sementara Nanda disamping kananku. sofa yang berukuran jumbo ini memang memungkinkan untuk menampung bahkan untuk lima orang sekaligus.

“Mau ngomongin apa sih sebenarnya ma..?” tanya Doni, seraya memandang penuh selidik kearah kami.

“Mmmm… begini Doni… mmm.. selama inikan kita sudah sering ngentot walaupun dengan cara ngumpet-ngumpet tanpa sepengetahuan papa…” papar istriku, sambil tangannya membelai kepala anak laki-lakiku itu. Ekspresi terkejut tergambar jelas saat istriku mengucapkan kata-kata itu kearahnya.

“Ja… jadi… papa sudah tau ma… terus gi.. gimana dong ini…” ujar Doni, yang sepertinya mulai gugup dan sedikit panik

“Ssssssttttt… gak usah panik gitu ah… nyantai aja kali… Begini lho don… ternyata selama ini papamu itu juga sering ngentotin Nanda tanpa sepengetahuan kita… Yah, sama seperti kamu sama mama gitu deh.. Ngumpet-ngumpet…” lanjut istriku.

“Jadi papa sama Nanda juga…” potong Doni dengan sedikit terkejut

“Iya… kenapa? Malahan tadi malem aku ngentot sama papa dan mama bertiga… woooww asiknya… Kasian deh lu gak diajak…” goda Nanda, yang membuat Doni semakin tampak tercengang.

“Iya ma?” tanyanya kepada istriku untuk meyakinkan ucapan Nanda itu.

“Iya benar apa yang dikatakan Nanda… tadi malam memang kami main bertiga.. Oke deh, sekarang langsung saja mama jelaskan sama kamu, dan tentunya ini akan menjadi komitmen dalam keluarga kita.. bahwa mulai detik ini, kamu bebas ngentotin mama kapan saja.. mmm tentunya kalau mama memungkinkan gitu lho, kalau mama lagi gak mut atau lagi kurang sehat kamu juga gak bisa maksa, begitu juga sebaliknya, kalau kamu lagi gak mut mama juga paksain kamu untuk entotin mama…

papa kapanpun kamu mau…” terang istriku

“Oh iya ma… mmmm.. Nanda boleh ngentot sama Doni juga enggak?” potong Nanda

“Oww… tentu saja boleh sayang… mmm.. tapi kita tanya dulu sama Doni, dianya bersedia enggak ngentotin kamu.. Gimana Doni… kamu bersedia enggak ngentotin kakak kamu?” tanya istriku pada Doni yang hanya tersenyum-senyum malu sambil menunduk memainkan jari jemarinya.

“Ayo jawab dong sayang… mau atau enggak?” desak istriku

“Kalau Doni sih mau mau aja ma… he.. he.. he…” jawab Doni cengengesan, seraya melirik sejenak kearah kakaknya.

“Nah, gitu dong… itu baru namanya adikku yang jagoan… eh, ngomong-ngomong kata mama, kamu mainnya hebat ya? Sampai mama ketagihan tuh… Jadi kepingin nih aku nyicipin kontol adikku yang manis ini…” oceh Nanda, dengan nada yang menggoda.

“Ya sudah kalau begitu… kalau kalian mau, kalian boleh melakukannya sekarang… tunggu apa lagi… Ayo Doni, hajar tuh memek kakakmu, tapi tadi malem baru saja dipejuin sih sama papa kamu, dan belum dibersihin sama dia… hi.. hi.. hi… dasar kakakmu memang jorok..” papar istriku, memprovokasi mereka.

“Enggak apa-apa ma, Doni udah kepingin banget nih ngerasain memek Kak Nanda…” ujar Doni

“Ya, sudah kalau memang begitu.. Oh, iya Don… kakakmu itu jagoan anal lho… dia suka sekali kalau lubang pantatnya dientot… hi… hi.. hi… kamu juga harus ngerasain ngentotin lubang pantat kakakmu itu lho… Ayo sayang… anak-anakku yang manis… Ekspresikan birahi kalian, biar papa dan mama jadi penonton dulu aja deh…

“Dimana nih ma?” tanya Nanda

“Mmmm… disini aja deh…” ujar istriku, seraya menggeser meja didepan sofa untuk memberikan ruang bagi Nanda dan Doni yang akan “show” dilantai berbahan parket kayu tepat dibawah sofa yang kami duduki.

Dengan tanpa canggung Nanda meremas batang penis adiknya yang masih terbungkus oleh celana pendek ketat sambil sesekali melirik kearahku yang kini duduk bersandingan dengan istriku.

“Ayo dong Doni… kamu jangan malu-malu begitu ah.. jangan mau kalah dong sama kakakmu.. yang agresif dong, seperti biasanya kalau sama mama itu lho… jangan bikin malu mama ah…” ujar istriku, memang Doni masih tampak terlihat canggung dan hanya berdiri dengan sedikit gugup, berbeda dengan Nanda yang nampak rileks dengan sesekali menggoda adiknya itu.

“Iya nih… mana nih katanya jagoan.. itukan yang tadi malem diceritakan oleh mama… iyakan ma?” goda Nanda, seraya menarik turun celana pendek Doni hingga sebatas lutut, sehingga terjuntai batang penisnya yang masih setengah tegak itu, Ah, benar apa yang dikatakan istriku, bocah SMP ini memiliki ukuran penis yang tak jauh berbeda denganku, padahal umurnya belum genap 15 tahun, bagaimana setelah dia beranjak dewasa nanti.

“Wah, boleh juga nih kontol kamu don… udah berapa kali aja masuk kedalam memek mama? hi.. hi.. hi..” goda Nanda, sejurus kemudian dia berjongkok dan langsung mengulum batang penis adiknya itu yang hanya mendesah sambil masih berdiri

“Wah, si Nanda itu agresif juga ya pa…” bisik istriku, sambil menelusupkan tangannya kedalam celana pendekku untuk kemudian meremas-remas penisku yang memang telah berdiri tegak.

“Siapa dulu dong mentornya… aku gitu looww…” candaku sambil menikmati kocokan tangannya pada penisku.

“iya deh… papa memang hebat… tapi nanti dulu dong, Doni cuma masih agak canggung saja koq, liat nanti kalau nafsunya udah sampai ubun-ubun, bisa dilumat tuh kakaknya… hi.. hi.. hi…”

Semakin agresif Nanda mengulum batang penis Doni, ditelannya batang berpanjang 18 cm itu hingga menyisakan buah pelirya saja yang menempel pada bibir, ditahannya beberapa saat lalu kepalanya bergerak maju mundur dengan kecepatan tinggi mengocok penis yang berada didalam kulumannya sehingga menimbulkan suara berkecipak akibat lelehan air liur dan gesekan penis.

Ghlokkk… ghlokkk… ghlokkk… Air liur mulai menetes dari sela-sela bibir hingga jatuh keatas lantai.

“Wah, gila… makin liar aja tuh sih Nanda… aksi blow jobnya heboh banget…” ujar istriku, yang kini telah menarik lepas celana pendekku sehingga bagian bawahku kini sudah tak lagi terbalut oleh apapun, semantara tangan kanannya semakin leluasa mengurut-urut batang penisku yg kini telah berdiri tegak mengacung.

“Itu belum seberapa ma… ada yang lebih dahsyat lagi aksi oral yang biasa kami mainkan” ujarku, sambil pandanganku tetap tertuju pada kedua anak kami yang tengah beraksi itu

“Wah, sudah seheboh ini masih ada lagi yang lebih dahsyat.. seperti apa lagi tuh pa… mama jadi penasaran deh..”

“Pokoknya ada aja… nanti deh, pasti akan kami tunjukan sama kalian…” jawabku, sepertinya istriku penasaran dengan hal ini.

“Aduh… mama jadi tambah penasaran nih pa.. kayak apa sih?” sambung istriku

“Nama permainannya kami sebut cappuccino.. yaitu papa masukan kontol papa kemulut Nanda, lalu papa kocok sekuat tenaga, dan masih ditambah lagi dengan gerakan kepala Nanda yang juga ikut bergerak maju mundur dengan tak kalah hebohnya, sehingga bisa dibayangkan betapa dahsyatnya bagaimana batang kontol papa membombardir mulut Nanda, sampai sampai berbusa-busa tuh mulut Nanda karna air ludahnya yang terkocok-kocok…

“Woww… Dahsyat sekali pa… ayo dong paaa… papa praktekin sekarang dong sama Nanda… mama penasaran banget deh…” rajuk istriku

“Nanti dong ma… Nanda kan baru saja mau mulai ngentot sama adiknya tuh…” tolakku, karna sebenarnya aku masih ingin menyaksikan aksi kedua anakku lebih lanjut.

“Gak apa apa pa… sebentar aja koq, nantikan mereka bisa ngelanjutin lagi… Nandaaaa… stop dulu sayang… Sekarang kamu tunjukin dong sama mama bagaimana kamu main cappuccino sama papa… Ayo dong pa.. papa berdiri.. kontol papa kan sudah ngaceng tuh, tinggal masukin aja kemulut Nanda…” ah, istriku ini kalau ada maunya, terpaksalah aku menurutinya seraya berdiri dan menghampiri Nanda yang masih berjongkok, namun mulutnya kini sudah tak lagi mengulum penis adiknya itu.

“Yaaa… mama, Nanda kan lagi nyobain kontolnya Doni, ngentot aja kita belum…” protes Nanda dengan ekspresinya yang khas, cemberut dengan mulut sedikit dimonyongkan.

“Aduh Nanda pliss deh… sebentar aja.. abis mama penasaran sih denger cerita papa tadi, soal permainan cappuccino kalian itu lho.. ayo dong sayang, tunjukin ke mamamu ini… Papa, ayo langsung masukin kontol papa kemulut Nanda dong…” rajuknya, seraya menggenggam batang penisku untuk didekatkan kemulut Nanda.

“Gak apa-apa ya sayang.. sebentar aja koq, nanti kamu bisa ngentot lagi sama adikmu.. malah nantikan Doni jadi tau, dan kamu bisa coba main capuccinonya sama dia..” bujukku

“Oke deh pa, itung itung ngasih pelajaran sama Doni biar dia tau… jangan kayak tadi, terlalu pasif banget bikin bt..” ujar Nanda, sambil melirik kearah Doni yang kini telah duduk dikursi.

“Nah, gitu dong… itu baru namanya anak mama… Ayo pa, cepetan dong… Nandanya udah mau tuh, langsung sumpel tuh mulutnya pakai kontol papa…” ujar istriku dengan tak sabar.

Sejurus kemudian aku telah berdiri dihadapan Nanda yang berjongkok, batang penis yang memang telah berdiri tegak telah berada dihadapan wajah putri kandungku itu.

“Kamu sudah siap sayang…?” ujarku, sambil kedua tanganku menjambak rambut sebelah kiri dan kanannya.

“Iya pa, Nanda udah siap.. aaaakkkk…” jawabnya, seraya membuka mulutnya lebar-lebar.

Tanpa menunggu lebih lama, segera kusumbat mulut yang terbuka lebar itu dengan batang penisku, seraya kugenjot pinggulku dengan kecepatan tinggi dan bertenaga, begitupun dengan Nanda yang juga mengimbanginya dengan memaju mundurkan kepalanya sehingga tersuguhlah dihadapan istri dan anak lelakiku sebuah atraksi yang dahsyat dan ekstrim dihadapan mereka, wajah keduanya yang tampak begitu terkesima membuatku semakin bersemangat menggempur mulut anak gadisku dengan lebih kuat lagi, sehingga suara berkecipakan semakin riuh terdengar diruangan ini, begitupun dengan air ludah Nanda yang semakin banyak menetes dari sela-sela bibirnya, air liur yang kini telah membentuk buih-buih busa bercampur cairan kental, sedang dari matanya tampak air mata mulai mengalir akibat desakan batang penisku yang menghujami pangkal tenggorokannya.

“Wooowww… betul betul dahsyat pa… seksi sekali…” oceh istriku, sambil menyaksikan aksi kami sambil berjongkok dengan jarak wajahnya hanya beberapa senti saja dari wajah Nanda.

“Tunggu sebentar pa… mama mau mengambil sesuatu” ujar istriku, seraya berlari kecil menuju kearah kamar, namun aku tak menghentikan aksiku itu, karna masih ada sepasang mata yang masih menyaksikan atraksi kami dengan tak kalah terkesimanya, ya dialah Doni, yang dengan melongo sambil tanpa sadar membuka mulutnya, sesekali jakunnya naik turun pertanda birahinya semakin menaik terbawa oleh aksi ekstrim namun seksual yang kami hidangkan didepan matanya itu.

Ghlok… ghlok… ghlokk… ghlgookkk… ghlogookk… suara berkecipakan dari mulut putriku semakin riuh, ditambah lagi dengan erangan terahan dari mulutnya, suara yang bagiku begitu erotis untuk didengar, suara yang membangkitkan birahi.

Hanya beberapa saat kemudian istriku telah kembali, namun ah.. dasar istriku, ditangannya kini telah memegang handycam yang telah dalam posisi lensa terarah pada kami.

“Tadaaaaaa… momen yang indah ini tak bisa begitu saja kita biarkan berlalu… kita harus mengabadikannya, iya kan pa?” ujar istriku, sambil tatapannya mengarah pada layar monitor handycam.

“Aduuuhhhh… mama cari penyakit aja deh… nanti kalau videonya tersebar bagaimana… kita sendirikan yang bakal susah..” protesku, sambil menghentikan sejenak goyangan bokongku.

“Tenang aja pa… mama jamin deh akan tetap aman… percaya deh sama mama… ayo pa… dilanjutkan dong… Nanda sudah gak sabar tuh…” ucap istriku, hingga akhirnya aku lanjutkan lagi aksiku membombardir mulut putriku dengan batang penis, sementara istriku terus asik merekam dari berbagai sudut yang dianggapnya cukup ideal.

Sesekali bergerak menjauh untuk mendapatkan objek secara keseluruhan, atau mendekat hingga beberapa senti saja antara jarak lensa kamera dengan mulut putriku demi untuk mendapatkan objek secara close-up, bahkan hingga berbaring dibawah selangkanganku untuk mengambil objek dari bawah, sehingga beberapa kali air liur Nanda menetes mengenai kamera bahkan wajahnya.

“Ayo ma… pakai komentar dong, kayak waktu dimobil itu…” celetuk Doni, sepertinya anak itu sudah mulai sedikit rilek dan tak lagi terperangah seperti awal-awal aksi kami tadi.

Mendengar permintaan putraku itu, istriku hanya tersenyum seraya melirik kearah Doni.

“Ah, ada-ada saja kamu.. masa’ kameraman merangkap reporter sih..” sanggah istriku, sambil tetap melanjutkan aksi shootingnya.

“Ya sudah.. kalau gitu biar Doni yang pegang kameranya, terus mama yang jadi reporternya..” usul Doni.

“Ah, ada-ada aja kamu don… Nih kamu pegang kameranya…” ujar istriku, seraya menyerahkan handycam pada Doni yang saat itu sudah tak lagi mengenakan celana pendek sehingga batang penisnya yang telah berdiri tegak tampak mengacung.

Kamera kini telah berada ditangan Doni, yang diarahkan padaku dan Nanda.

“Mama sekalian telanjang juga dong biar hot… ayo ma…” pinta Doni

“Ah, dasar kamu emang konyol… si Nanda aja masih pakai baju tuh..” jawab istriku

“Ah, mama.. enggak seru ah.. buka dong..” rujuknya lagi

“Iya… iya.. nih mama buka..” seraya dilucuti seluruh pakaian istriku hingga benar-benar bugil

“Nah, gitu dong… itu baru namanya mamaku… ayo ma, langsung komentar…” senang Doni, sambil mengarahkan kameranya pada istriku.

“Oke deh, mmm.. gimana ya? Oh iya… pemirsa yang anda saksikan saat ini adalah Trisno suami saya dan anak kami Nanda, tentu saja Nanda adalah anak kandung kami lho pemirsa, jadi yah, incest gitu deh… bagaimana pemirsa dahsyat kan aksi mereka… wooowww… begitu dahsyatnya kontol sang papa menghujami mulut putri tercintanya…

lihat pemirsa oooohhh… so sweet bukan…” oceh istriku dengan panjang lebar, Ah, dasar istriku, dia memang paling handal untuk urusan seperti itu, profesi lamanya sebagai seorang pekerja dibidang broat casting memang memungkinkan untuk itu, tak percuma dia sempat menjadi reporter lapangan disalah satu stasiun tv swasta.

Sekitar sepuluh menit aku memberikan pertunjukan kepada mereka berdua, kuhentikan aksiku seraya kutawarkan Doni untuk melakukan hal yang sama kepada Nanda, aku tahu anak itu tampaknya begitu terobsesi untuk melakukannya, itu dapat kulihat ekspresinya yang begitu mengharap saat tadi menyaksikan aksi kami.

“Ayo Doni, kamu lanjutkan nih… kakakmu juga kepingin ngerasain hantaman kontol kamu tuh.. ayo hajar mulut kakakmu, biar kameranya papa yang pegang…” tawarku, seraya meraih kamera dari tangannya.

“Iya Don… ayo aku juga udah gak sabar nih ngerasain kontol kamu ngentotin mulutku…” celetuk Nanda.

“Ayo Don… hajar yang dahsyat, jangan mau kalah sama papa kamu… kamu harus bisa lebih brutal dari papa kamu yeaaaaa…” ujar istriku memberi semangat kepada Doni, sementara aku telah mulai mengarahkan kamera pada mereka.

“Oh iya pemirsa, sekarang yang akan memporak porandakan mulut putri kami adalah Doni, dia adalah adik Nanda, tentu saja adik kandung lho pemirsa…” oceh istriku, sementara Doni telah mulai melakukan aksinya sebagaimana yang aku lakukan sebelumnya, dengan kedua tangannya menjambak rambut kakaknya lalu dihujamkannya dengan keras pinggulnya.

“Ayo don… hantam yang kuat.. hajaaaarrr…” ujar istriku, diikuti dengan tangannya yang mulai ikut berinterfensi dengan menjambak rambut Nanda dari belakang, lalu mengguncang-guncangkannya maju mundur dengan bertenaga, sehingga semakin tandaslah batang penis Doni meghujami pangkal tenggorokannya.

Ghloogghh… ghloogghh… ghloogghh… Brrooottthhh… brrooottthhh.. brroootthhh… Suara berkecipak yang riuh bercampur dengan celoteh istriku menambah ramai suasana dirumahku ini, suasana yang bagiku begitu hangat dan menggairahkan, jauh lebih menggairahkan ketimbang pesta seks yang pernah kulakukan bersama teman-teman sejawatku dikawasan puncak beberapa waktu lalu.

“Hiaaahhhh… hajaaaaaarrrrr… huhhhh… huhhhh… huhhhh…” oceh istriku, sambil terus menekan-nekan kepala Nanda maju mundur dengan semakin lama semakin keras. Sementara air liur semakin deras menetes dari sela-sela bibir Nanda yang melumuri dagu hingga buah dadanya.

Sepertinya istriku telah hanyut terbawa emosi dengan permainan yang tengah kami lakukan ini, itu dapat kulihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat seperti orang yang tengah geram, entah apa yang ada didalam pikirannya itu, bahkan sesekali dia meludahi dengan bengis wajah Nanda, jangan-jangan…? ah, tapi tidak, yang terpenting adalah Nanda sepertinya baik-baik saja, bahkan aku dapat merasakan kalau Nanda sepertinya justru menikmati itu semua, sehingga kekawatiranku kalau istriku bermaksud ingin menyakiti Nanda sepertinya tak beralasan, aku pikir yang dilakukan istriku itu hanyalah sebatas ekspresi dari birahinya yang kini tengah bergejelok, suatu histeria yg timbul akibat sebuah permainan seks nyleneh yang sebelumnya tidak pernah dilakukannya.

Ya, sebuah permainan seks ganjil yang sebelumnya bahkan tak pernah kami bayangkan, dan yang lebih gila lagi kini justru kami melakukannya dengan anak-anak kami sendiri, yang ternyata sensasinya begitu luar biasa bagi kami, sensasi liar yang nikmatnya membuat kami hanyut, hingga melupakan akal sehat kami, sepertinya perasaan itulah yang kini tengah melanda istriku.

“Ayo pelacur kecil… makan tuh kontol… kontol adik kamu sendiri… hich… hich.. hich…” umpat istriku, sambil memaju mundurkan kepala Nanda dengan kuat pada selangkangan Doni.

Beberapa saat kemudian istriku menarik kepala Nanda dengan cara menjambaknya hingga batang penis Doni terlepas dari mulutnya.

“Gimana sayang… pelacur kecilku… lonte yang doyan kontol bapak dan adiknya sendiri… enak kan? kamu suka diperlakukan seperti ini kan? Iya kaaan…?” ujar istriku, sambil tetap menjambak bagian belakang rambut Nanda yang kini mendangak kearah wajah mamanya yang berada diatasnya.

“Iya ma… Nanda suka ma..” jawab Nanda, jawaban yang sudah aku duga bahwa anak ini memang menyukai perlakuan istriku pada dirinya itu.

“Tuh kan pa… Nanda suka digituin kan pa…” ujar istriku, sambil melirik kearahku yang masih mengarahkan lensa handycam kearah mereka.

“Ayo buka mulutmu pelacur kecil… buka yang lebar aaaakkkk…” perintah istriku, yang segera diikuti oleh Nanda dengan membuka mukutnya lebar-lehar, dan…

“cuiiihhhh… makan tuh lonte… nin lagi cuiiih… gimana enak kan ludah mama…” beberapa kali istriku meludah kedalam mulut Nanda yang langsung ditelannya dengan antusias.

“Mmmm… enak ma… lagi ma.. Aaaaaakkkk…” ujar Nanda, yang sepertinya begitu menikmati percik demi percik ludah istriku yang mengisi rongga mulutnya.

“Lihat pa… Nanda kayaknya masih kurang tuh… ayo papa juga ludahin dong… kamu juga sekalian Doni… biar kakakmu puas tuh…” tawar istriku, sambil menengadahkan wajah Nanda kearahku.

Melihat ekspresi Nanda yang membuka mulutnya dengan lebar dan tatapan matanya tertuju kearahku, dengan masih mengarahkan handycam yang terfokus kepadanya, beberapa kali kuludahi mulut menganganya dengan gemas, yang langsung dieguknya dengan rakus.

“Ayo don… sekarang giliran kamu sayang… kakakmu masih kurang juga tuh…” perintah istriku, seraya menarik rambut Nanda agar beralih kearah Doni yang masih berdiri, yang langsung dengan antusias beberapa kali Doni menumpahkan air ludahnya kemulut Nanda.

“Sudah dong… Doni udah gak sabar nih mau ngentotin memek kak Nanda… plis dong…” mohom Doni, setelah menguras habis air ludahnya untuk ditumpahkan kedalam mulut kakaknya. sepertinya birahinya telah semakin memuncak, ditambah lagi dengan rasa penasarannya karna sedari tadi masih belum juga diberi kesempatan untuk menikmati vagina kakaknya itu

“Wah… adikmu kayaknya udah horny banget tuh kepingin ngentotin kamu… udah deh kamu turutin aja tuh…” ujar istriku.

“Sama… Nanda juga udah penasaran nih pingin ngerasain hantaman kontol adikku yang sok jagoan ini.. Ayo don, langsung tancep nih…” ujar Nanda, seraya berbaring telentang diatas lantai sambil membuka lebar selangkangannya, sehingga mempertonkan liang vaginanya yang menganga dan telah basah oleh cairan birahi

“Ayo don… tunggu apalagi, Nanda udah ngangkang tuh… tinggal sodok…” ujar istriku, yang duduk dilantai tepat disamping Nanda yang tengah berbaring.

“Oke deh ma…” jawab Doni yang langsung memposisikan diri duduk dengan bertumpu pada kedua lututnya dengan posisi batang penis mengarah tepat didepan liang vagina kakaknya itu.

“Nah gitu dong… entot yang mantap ya.. jangan bikin malu mama…” ujar istriku, seraya melirik nakal kearahku.

“Siip deh ma… Doni bikin bonyok nih lobang memek kak Nanda… tenang aja ma…” sambung Doni

“Oke deh… teruskan perjuanganmu… doa mama selalu menyertaimu sayang… muaahh…” ujar istriku, seraya mengecup kening anakku layaknya seorang ibu yang tengah melepas kepergian sang anak untuk pergi melakukan tugas mulia, ah dasar, istriku memang paling pandai melakukan hal-hal konyol yang menggelikan seperti itu, sehingga membuatku tersenyum yang dibalasnya dengan kerlingan sebelah matanya.

Sejurus kemudian Doni telah mulai melakukan aksinya menggenjot Nanda dengan batang penisnya yang dihujamkan dengan kuat dan bertenaga, dilihat dari caranya yang tanpa canggung bahkan terkesan cukup mahir sepertinya bocah ini memang telah terbiasa melakukan hal ini, hmmm.. entah sudah beberapa kali saja batang penisnya itu menggenjot liang vagina ibu kandungnya.

“Oke pemirsa, sekarang Doni telah mulai mengentot kakaknya… lihat pemirsa, betapa handalnya putra kami ini membombardir lobang memek kakaknya… ayo.. terus doni… hajar terus memek kakakmu.. yeeeeee…” oceh istriku yang masih duduk disamping kedua anak kami itu, sesekali tangannya ikut mendorong-dorong bokong Doni dengan maksud agar lebih kuat lagi putra kami itu memompakan bokongnya.

“Beres ma… doni bikin lecet nih memek kak Nanda… huhk… huhk… huhk…” sesumbar Doni, sambil terus melakukan aksinya dengan kedua tangannya memegang kedua paha kakaknya itu. Sementara Nanda sepertinya begitu menikmati hantaman penis adiknya itu sehingga sama sekali tak menggubris atau menanggapi ocehan-ocehan adiknya selain hanya memejamkan mata sambil mulutnya separuh menganga dengan sesekali terdengar desahan nikmat, sedangkan kedua tangannya meremasi buah dadanya sendiri.

“Aaagghhhh… mama jadi gak nahan nih ngeliat aksi kalian…” gumam istriku, seraya bangkit dari posisi duduknya, lalu berdiri mengangkangi Nanda dengan posisi selangkangan tepat menghadap kewajah Doni.

“Ayo don… jilatin memek mama… mama udah gak tahan nih ngeliat kamu ngentotin Nanda… ayo sayang..” perintah istriku, diikuti dengan meraih kepala Doni dan diarahkan wajahnya pada liang vaginanya. Paham dengan yang diinginkan ibunya, lidah Doni dengan lincah mulai menari-nari menggelitik vagina istriku, hahkan sesekali terdengar bunyi sedotan saat dirinya menyedot dengan cukup kuat liang vagina istriku sampai-sampai bokong istriku ikut berkedut-kedut seiring kuatnya sedotan dari mulut Doni.

Sambil menikmati aksi oral anak kandungnya, istriku menoleh kearahku yang berada disampingnya, atau tepatnya menoleh kearah lensa handycam yang kupegang, senyum menggoda menyeruak dari bibirnya, diikuti dengan kerlingan genit matanya, sedang tangannya tetap meremasi rambut Doni.

“Uuuuggghhhhhh… nikmatnya pemirsa… anak saya ini memang paling pinter jilatin memek mamanya… terutama sedotannya itu lho pemirsa… isi didalam memek saya serasa ikut tersedot kedalam mulutnya… uuuugghhhh… rasanya gimana gitu pemirsa… sulit dilukiskan… aaaaagghhhhh… sedaaaaaapppp…

Hingga beberapa menit kemudian Nanda menahan laju gerakan bokong Doni dengan kedua tangannya dengan maksud agar Doni menghentikan aksinya itu.

“Stop dulu don… sekarang entot lubang anusku don… cepet don.. aku gak tahan pingin ngerasain kontol kamu ngentotin lubang pantatku… cepetan ah…” pintanya, seraya mendorong Doni hingga jatuh terduduk dengan batang penis sudah terlepas dari jepitan vagina kakaknya itu.

“Eiitt… tunggu dulu sayang… mama punya ide yang lebih menarik… mama yakin kamu pasti suka deh…” ujar istriku, seraya menengok kearahku.

“Papa… kamu taruh dulu handycamnya disofa… tapi tetap on fokus ya…” perintah istriku, yang segera kuturuti dengan meletakan handycam diatas sofa dengan fokus kamera tetap mengarah pada mereka.

“Ide apa lagi nih ma…?” tanyaku penasaran.

“Begini pa… papa ngentotin memek Nanda.. Lalu biar Doni yang ngentot lubang pantat Nanda…” terang istriku

“Ooowwhh… double penetration nih…” ujarku

“Ya, begitu deh pa…” balasnya lagi.

“Gimana Nanda… kamu berani enggak dientot berbarengan memek sama anus kamu…?” tanya istriku pada Nanda

“Siapa takut… kayaknya asik tuh, memek sama anus Nanda dientot bersamaan… nikmatnya jadi dobel deh…” sambung Nanda.

“Bagus deh kalau begitu, mama sudah duga, anak kemaruk ngentot kayak kamu

pasti suka… hi.. hi.. hi.. Ayo deh.. sekarang gini aja, papa tiduran telentang… Terus Nanda, kamu masukin kontol papa kememek kamu… baru deh Doni yang ngentotin pantat kamu dari belakang… oke? Paham enggak? Gimana guys… kalian paham kan?”? terang istriku.

“Oke deh ma… Nanda ngerti..” jawab Nanda.

Seperti yang diusulkan istriku, kini aku berbaring telentang diatas lantai dengan batang lenis yang mengacung tegak.

“Ayo sayang… langsung kamu tunggangin papa kamu tuh… tunggu apalagi, kontol papa kamu udah siap lho…” ujar istriku, yang segera dituruti oleh Nanda, yang dengan sigap segera berjongkok diatas tubuhku, digenggamnya batang penisku yang telah berdiri tegak dan blessss… dengan mudah batang penisku telah lenyap tertelan kedalam liang vaginanya.

Paham akan apa yang harus dilakukan, Nanda menundukan tubuhnya hingga buah dadanya tepat menempel diwajahku, bokongnya sengaja sedikit ditunggingkan sehingga memperlihatkan liang anusnya yang siap menerima hujaman batang penis adiknya itu.

Sementara Doni terlihat masih sedikit ragu untuk memposisikan dirinya, sehingga hanya menatap kearah wajah istriku.

“Kamu kesini sayang… langsung tancep tuh, lobang pantat kakakmu… ayo sini..” ujar istriku, seraya meraih batang penis Doni, lalu menarik, dan mengarahkannya tepat didepan anus Nanda.

“Aduuuhh.. pelan-pelan dong ma… masa’ kontol Doni main dibetot aja sih… sakit kali…” protes Doni

“Abis kamu bengong aja sih… Lihat tuh, kakakmu udah enggak sabar minta disodomi… Ayo langsung toblos..” balas istriku, dan blesss.. dengan mudahnya batang penis Doni menembus masuk kedalam liang anus Nanda yang memang sangat fleksibel itu, dan memang jauh lebih fleksibel ketimbang otot-otot vagina, aku tau betul itu, itulah yang membedakan Nanda dengan kebanyakan wanita-wanita lain.

Tanpa dikomando lagi, Doni langsung memompakan bokongnya maju mundur, sedangkan aku lebih banyak terdiam dengan batang penis menancap didalam liang vagina Nanda, guncangan-guncangan yang dihasilkan dari goyangan Doni kurasakan sudah cukup memberikan efek gerakan maju mundur bagi tubuh Nanda sehingga batang penisku juga ikut terkocok-kocok didalam vaginanya.

“Oke pemirsa, sekarang putri kami sedang di DP (double penetration) oleh papa dan adiknya… wooww.. so sweet ya pemirsa, bagaimana tubuh imut Nanda dijadikan sanwich oleh tubuh besar papa dan adiknya yang bongsor ini… Woow, dahsyatnya.. Bagaimana batang kontol Doni dan papanya menyumbat kedua lubang nikmat Nanda…

“Wooww… pemirsa, betapa indahnya pemandangan disini… dua buah kontol yang berukuran besar bergerak keluar masuk didalam lubang anus dan lubang memek yang imut ini.. so sweet pemirsa…” paparnya, seraya diraihnya handycam diatas sofa dan diarahkan fokusnya pada organ-organ intim kami dari jarak yang cukup dekat.

” ”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu