1 November 2020
Penulis —  Rico Logan

Seranjang dengan Amel

Aku meraih Amel dengan agak kasar, memeluk dan mengulingkan tubuh indah telanjangnya telentang dibawah himpitan tindihan berat tubuhku.

“Rico… kamu mau apa?!” Amel bertanya seolah-olah dia tidak tahu.

“Kamu sudah tahu pasti apa yang aku mau Amelia …” kataku dengan mata lapar saat melihat sepasang payudara padat indahnya bergetar dan lekuk sempurna tubuhnya yang menggiurkan tergolek dibawah tindihannku.

“Aku akan bercinta denganmu seperti yang kamu minta… dan kemudian aku akan menumpahkan seluruh cintaku padamu melalui vagina kecil kamu yang ketat itu.”

“Tidak… Rico… aku” Amel tergagap, dia tampak gugup dan innocense.

Aku telah bersimpuh diantara selangkangan Amel dan aku mendorong menekan ujung batangku ke celah kecil di antara bibir belahan labia mayora vulva nya sebelum Amel mulai memprotes… namun semua kata-katanya seolah tak terdengar lagi ditelingaku.

“Aghhhh fuuuck Rico!! … Ud…” Amel mencoba berteriak, tapi aku menutup mulutnya dengan tanganku. Aku tidak ingin ada mendengar dan datang mengganggu.

Dengan kedua tangan di dadaku Amel mencoba mendorongku saat aku menyesakkan penis keraku ke dalam dirinya dengan satu hentakan stabil. Amel mengeluarkan teriakan yang teredam ke bekapan tanganku. Dengan satu tangan lain aku mengambil kedua tangan Amel atas kepalanya dan menekannya saat aku membungkuk di atasnya.

Aku tak tahu apakah tatapan Amel rasa cemas atau kesenangan atau mungkin juga merupakan gabungan ke duanya sekaligus. Amel mencoba menggeliat-liat meronta tapi justru malah menstimulasi batang penisku yang terbenam lebih jauh dalam tubuhnya. Aku melepaskan bekapan tanganku dari mulutnya dan mengantikannya dengan ciuman-ciuman buas.

“Aghhhh… fuck you Rico… Fuuuuck… ouuhhh owww… aaghhh… aku benci kamu Rico!” erang Amel mengeleng-geleng menghindari ciumanku.

Sementara pinggulku mulai mengentak-hentak kasar memompakan kenikmatan birahiku kembali mendaki menuju puncakku. Tangannya Amel tetap aku tahan di atas kepalanya, Amel menatapku pasrah menerima hentakan tak henti-hentinya yang kuberikan padanya..

“Jangan Rico…” Amel memperingatkan, matanya menatapku dengan tajam.

Tapi ku terus mengenjot dan Amel terus menggeliat erotis. Sensasi kenikmatan yang aku rasakan kian semakin menyesakkan namun entah mengapa tak juga merasakan mendekati puncak kimaks, meskipun aku terus memacu semakin cepat.

“Emphh… Emphhh” Amel berusa menahan rintihannya sendiri sambil menggaruk mencakar punggungku saat aku aku terus menumbuki liang sempit vaginanya yang begitu nikmat.. Saat kuku jari-jarinya mencakar kulitku, aku tahu pasti akan meninggalkan bekas. Namun Itu hanya membuatku menyetubuhi Amel lebih keras, lebih ganas dan lebih dalam. Kaki Amel mengangkang lebar, dan rambut lurus panjang yang selalu tertata rapi kini kusut dan basah. Dengan setiap doronganku, seluruh tubuhnya berguncang dan Amel tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya..

“Ouuuuuuwhhhh oouuuhhh …” Amel melolong, terengah-engah

Kedua paha-nya menjepit pinggangku dan aku bisa merasakan tumitnya di pantatku. Satu tangan Amel mencengram lenganku dan tangan lainnya menjambak rambutku.

Aku merasa penisku makin membengkak dan berdenyut di dalam jepitan liang vagina Amel. Aku mengerang akibat sensasi dasyat menyiksa saat desakan puncak ejakulasiku meledak menyembur dengan deras berulang-ulang. Setiap kali aku meyemburkan sperma kental, aku merasakan tubuh Amel tegang dan kedua tangannya meremas kencang.

Selama beberapa saat penisku menolak berhenti berkedut dan terus memancarkan benih ke rahim kakak sepupuku yang cantik dengan deras.

Aku hampir pingsan di atas tubuh Amel, napas kami sama-sama tertatih-tatih. Aku bisa merasakan tangannya memeluk lembut di punggungku, payudaranya terhimpit ketat beban tubuhku, kelamin kami masih menyatu bahkan sama-sama menekan lebih erat dan rapat. Panas lembab dan lemgket, namun begitu nyaman..

Entah berapa lama aku masih terlena dalam sensasi fantastis, sampai Amel menggulingkan tubuh kami. Penisku masih enggan untuk melunak, jadi ia tetap bersarang di dalam vagina ketatnya saat Amel bangkit mengangkat tubuhnya hingga penisku tertarik tercabut lepas dari liang vagina sempitnya.

Sekali lagi kami sama-sama terdiam. Cairan cinta kami merembes keluar dari bibir labia nya yang merekah mengalir perlahan di paha mulusnya. Perlahan Amel mengangkat wajahnya ke arahku. Aku menatapnya dengan saksama tanpa sekejappun berkedip dan tanpa sepatah kata pun.

Amel menyipitkan matanya padaku dan mengerutkan alisnya, dia tampak marah. Aku tidak bergeming. Dia mencoba mengintipidasi dengan menatapku lebih dalam..

Aku mengelus dan membelai-belai belahan memek Amel yang merekah becek; Matanya mengikuti tanganku. Aku melihat saat seluruh tubuh indahnya merinding.

“Kamu… BRENGSEK RICO!!”

Aku menyengir, “Apa yang aku lakukan?” Tanyaku.

“Ha!” Dia mengejek, “Apa kau serius? … Apakah… kamu… FUCKING… SERIUS?!…”

“Apa kamu selalu muncrat sebanyak ini?” Tanya Amel kesel tapi sangat lucu menggemaskan.

“Hmmm …” Aku merenung sesaat lalu tersenyum, “Nggak sih… cuma saat kakak sepupuku yang cantik bercinta denganku”

“Sialan!” Amel membentak, “Aku akan memberi tahu Tante Ratna dan Om Alex bahwa kau sudah meniduriku… tidak memperkosaku di kamar kost dan memuncratkan puluhan galon spermamu di rahimku!”

“Ha-ha ha… kamu mau bilang juga bahwa kamu tiba-tiba dtang numpang menginap dan terus menggoda adik sepupu kamu yang lemah ini?” sahutku

“Oh, diamlah!” Amel menyela kesal.

Aku hendak membujuknya, tapi aku tidak bisa menemukan kata-kata.

“Ini benar-benar kacau Rico… Ini parah. Coba pikirkan lagi yang akan kita hadapi nanti…” Amel menggigit sudut bibirnya dan berbicara lebih lembut.

Amel benar. Aku telah melakukan kesalahan fatal. Dan sekarang aku benar-benar memikirkannya. Tak lama akupun mengambil keputusan bahwa mau dan akan terus melakukannya lagi dengan Amel apapun resikonya.

****

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu