1 November 2020
Penulis —  Rico Logan

Seranjang dengan Amel

***

Amel menggeliat meronta turun dari posisi duduknya di sisi meja belajarku. Namun aku cepat meringkusnya kembali dan memeluk pinggang rampingnya dari belakang dan mendorongnya kembali ke arah meja belajarku.

“Sialan Rico! …”Rico, aku peringatkan!” Amel mengerang.

“Memperingatkan apa Amel? Bahwa kamu mengoda aku dan puas setelah mendapat semua yang kamu inginkan dan kemudian pergi begitu saja?”

Gundukan pantat Amel menempel ketat mengesek penis kerasku. Begitu lembut, halus namun sekaligus juga padat, kencang dan kenyal.

Dengan kasar aku mendorong punggung Amel hingga membungkuk berpegangan di sisi meja belajarku. Aku menggenggam penis kerasku menggesek dan mengarahkan ke gundukan belahan memek kakak sepupu cantikku itu

“Rico… eghhhh… ooouwwhhhhh!!!.”

Aku tidak akan pernah melupakan erangan manja suara Amel yang begitu merdu saat pertama kali merasakan penisku mendesak menyusup ke dalam liang vagina sempit kakak sepupu cantikku itu. Vagina ketat Amel yang membungkus rapat batang penisku sama sekali tidak seperti apapun yang pernah kurasakan atau bayangkan sebelumnya dalam hidupku.

Penis kerasku akhirnya di dalam tubuh kakak sepupuku sendiri. Ini sangat salah, tabu, penuh resiko dan konsekuensi.. Tapi aku sangat menginkannya.

Aku tidak kejam, aku tahu bahwa Amel perlu menyesuaikan diri dengan batang kerasku yang menusuk dalam tubuhnya. Kali ini, Amel tahu bahwa aku memegang kendali. Selama beberapa saat kami sama-sama tidak bergerak, karena kami sama-sama menerima kenyataan bahwa kami akhirnya melakukan hubungan terlarang ini.

Aku mencengkeram pinggul Amel, perlahan aku menekan mendesak memaksakan mili demi milimeter batang penis kerasku menyusup lebih dalam ke liang vaginanya yang mungil.

“Ouuuwwww… Aduh Rico… berhenti… tolong… sakit Rico… udah cukup” rintih Amel memelas.

Vaginanya sangat ketat hingga terasa menyesakkan dan agak membuatku ngilu. Aku pikir aku mungkin klimaks segera. Perlahan aku menarik beberapa cm penisku dari dalam tubuhnya sebelum menusukkannya kembali sedalam-dalamnya.

“Ouuuuuwahhhhh… fuckk Rico… ughhh… jahat… tega kamu memperkosa aku!!..”

“Kamu sudah tahu bahwa aku akan melakukan ini Amel …” Aku berdebat, “kamu terus menggoda dan menggoda aku”

“Cobalah untuk jangan terlalu tegang supaya gak menyakitkan sayang” bujukku

Aku tidak mengharapkan Amel akan menuruti saranku, tapi dalam beberapa detik aku bisa merasakan bagian dalamnya mengendurkan cengkeramannya. Benar-benar seperti dia mengizinkan aku melanjutkan.

Aku memompakan penisku dengan perlahan-lahan, menikmati sensasi gesekan-gesesan ketat kedua kelamin kami yang menyatu. Amel nampak sangat cantik. Dia lebih sempurna dan lebih nikmat dari pada yang aku impikan dan khayalkan sekian lama sebelumnya…

“Aghhh… you are fucking asshole Rico…” Maki Amel meringis.

“Apa itu Amel,” tanyaku sinis dengan nafas sesak, “kamu mau aku gituin pantat kamu?”

Aku segera meraih pinggulnya untuk berpegangan erat dan terus memompa menyetbuhi Amel karena mungkin ini adalah kesempatan terakhirku untuk melakukannya.

Dengan sia-sia tangan kanan Amel masih berusaha mendorong pinggul dan perutku yang menempel ketat dipantatnya dari belakang.

Setelah beberapa dorongan aku akhirnya ikut membungkuk menindih, tanganku memeluk sambil meraih buah dadanya yang sempurna. Aku merenggut kancing kemejanya dan bra nya yang menghalangiku dari payudaranya dan kemudian meremasnya gemas. Jari-jariku menemukan putingnya dan aku mencubitnya, mendengar erangan merdu manjanya.

“Ahhhhhh… oh fuck Rico… aku… ohhh… shit… udah… berhenti… aku mau …”

Tidak mungkin. Tidak mungkin aku akan berhenti. Aku hanya menahannya lebih erat. Amel menggeliat dengan satu tangan mencoba mendorongku menjauh. Usaha Amel sangat tidak terkoordinasi, dan masing-masing dorongan hanya membuat gerakannya semakin putus asa.

“Rico jangan… ouhf… fuckkkk… Ric… Rico… tolong …” rintihnya. Amel tidak tahu apa yang dimintanya; Kami sama-sama tidak pernah merasakan hal seperti ini. Ini adalah dunia baru asing yang belum pernah kami kunjungi Aku tidak bisa berhenti. Aku akan membawa Amel kepuncak tertinggi disini bersamaku, walaupun harus dengan cara menyeretnya.

“Ohhh tolong Rico… pleaaaase.. oooOOOUUUW.”

Aku memeluknya lebih erat karena aku bisa rasakan lututnya menyerah lemas di bawah tubuhnya. Tanganku melingkari dadanya dan perutnya; Pinggulku terus berayun menyodoknya.

Amel gemetar dan kejang di pelukanku. Amel meraih lenganku yang memeluknya dan menahannya erat-erat. Kukunya mencengram erat tanganku sampai sakit. Kepalanya kembali terkulai, lehernya yang anggun begitu dekat denganku sehingga aku bisa mencium bau sisa wangi parfumnya.. Aku memegangi tubuh lemas gadis muda yang cantik itu begitu kencang sehingga tubuh kita saling menyatu dalam gairah.

Terowongan cintanya berkedut meremas penisku dengan kegemasan yang hampir menyakitkan. Aku bisa merasakan dinding rongganya bergetar. Orgasme Amel akhirnya perlahan mereda. Aku bisa merasakan kekuatan kembali ke tubuhnya. Napasnya yang terengah-engah semakin dalam, dan cengkraman kukunya akhirnya terlepas dariku. Aku telah berhenti menggerakkan pinggulku, sesaat aku merasa kasihan dan ingin membiarka Amel beristirahat, namun aku seperri tersangkut didalam pelukan erat liang mungilnya.

Aku bisa merasakan tubuh kecil Amel berjuang untuk untuk pulih sepenuhnya; Kerentanannya sangat menggemaskan. Aku juga tidak keberatan, karena aku mengambil kesempatan untuk terus memijat lembut payudaranya.

Yang membuatku cemas, Amel meraihnya kembali dan meletakkan telapak tangannya di pinggulku. Dengan usaha yang cukup, dia mendorongku menjauh dan berdiri tegak, penis bengkak tergelincir kesat perlahan. Setiap sentimeter yang terpapar terasa dingin dan tidak nyaman saat tidak lagi dalam cengkraman kakak sepupu cantikk. Aku khawatir, saat ujung kepala penisku akhirnya muncul dari lubang kecil Amel dengan suara isapan samar. Aku tidak akan pernah masuk lagi.

Sekarang giliranku untuk menahan napasku. Aku rindu untuk menyelesaikan gairah birahi di dalam Amel dan aku cemas tentang apa yang akan kakak sepupuku itu katakan saat dia berbalik ke arahku.

Saat dia berbalik, awalnya Amel tak melihat wajahku, dia hanya menunduk menatap penis kerasku ku menempel di perutnya. Penis adik sepupunya yang telah menyerang vaginanya dan memaksakan orgasme padanya.

Ketika akhirnya Amel mendongakke atas, aku tidak bisa menebak membaca ekspresi di wajah cantknya. Kami kembali terdiam, tatapannya membuatku kikuk salah tingkah dipenuhi rasa bersalah yang mendalam. Amel mengulurkan tangan untuk berpegangan dipundakku padaku saat bibirnya dan bibirku bersatu. Aku merasa penisku tergelincir ke celah yang sangat basah di antara kedua kakinya.

“Kamu bajingan Rico…” katanya sambil cemberut manja saat aku mencoba untuk memperpanjang ciuman kami namuan diamengelak menarik wajahnya menjauh.

“Apa?” Tanyaku dalam kegalauan mencoba membela diri.

“Aku tidak percaya kamu melakukan ini!” Kakak sepupu ku itu melanjutkan

“Melakukan apa?”

“Kamu memperkosa kakak sepupu kamu sendiri, dan kamu meniduriku tanpa kondom …” katanya dengan alis terangkat. “Belum lagi sangat kasar memaksa.”

“Tapi… aku pikir …”

Amel mencubit pinggangkuu dengan gemas dan tertawa terbahak-bahak, “Kamu adik sepupu yang terburuk!”

Amel terlihat sangat cantik dan telanjang indah mempesona, di bersandar manja di dadaku. Aku menariknya erat-erat dalam dekapanku dan sempat melihat wajahnya bersemu memerah.

“Apa kamu khawatir akan lemas orgasme sebelum aku klimaks?” Tanyaku sarkastis.

“Oh, astaga, sombong sekali kamu Rico!” seru Amel.

Dengan gerak tiba-tiba Amel mendesak dan mendorongku hingga terduduk di atas ranjangku. Tanpa ragu, Amel duduk mengangkangiku dengan gerakan yang sangat erotis.

Aku terpesona oleh si cantik binal yang sulit dipahami ini. Otak sadar aku masih berjuang untuk menerima bahwa aku baru saja menyetubuhi kakak sepupuku ini dengan paksa dan kini tubuh Amel diiatas tubuhku dengan perlahan meliuk melindas menggiling penisku. Aku ingin memohon Amel untuk membawaku kembali ke dalam dirinya, tapi dia belum bisa karena Amel sudah terlebih dhulu menekuk membukkuk melumat bibirku dengan penuh gairah. Aku merasakan celah belahan memek Amel menggesek penisku begitu rapat hingga terasa menyiksaku.

Akhirnya dia berhenti untuk menatap mataku, dia mengangkat pinggulnya untuk memposisikan dirinya. Aku bisa melihat dn merasakan Amel gugup saat dia meraih batang penisku dan mengarahkan ke gerbang sempitnya. Ketik aku rasakan liang vagina Amel sudah menempel kepala penisku aku mengangkat pinggulku dengan tak sabar mendorong menyesakkan u dalam tubuhnya sebelum dia sempat bereaksi. Tubuhnya tersentak dan dia mengangkat tubuh lebih tinggi untuk melepaskan kepala penisku dari dalam dirinya.

“Aghh you are So damn big,” Amel merintih.

Aku meraih pinggul Amel dengan kuat dan menarik tubuhnya ke bawah sampail separuh penisku tertancap dalam saluran ketat mungilnya.

Amel memelukku, menciumi leherku. Dia masih menyesuaikan diri, Aku merasa puas cukup menahannya dan merasakan tubuhnya kembali bersatu denganku.

“Janji ya kamu gak boleh nembak didalem, oke?” bisik Amel

“Kenapa enggak?” Tanyaku menggoda.

“Karena… karena nanti aku bisa hamil.”

Aku tidak yakin kenapa, tapi tiba-tiba pikiran tentang benih spermaku membuahi kakak sepupu cantikku ini justru membuatku makin bergairah terangsang dari sebelumnya. Aku menggenggam pinggulnya setegas mungkin dan membantunya di sepanjang jalan penisku. Amel mulai memutar meliukkan pinggulnya membuat lingkaran-lingkaran kecil ..

“Aghhhh Amel …” geramku saat pinggulnya meliuk makin lindah.

“Hmmm… ada apa d Rico?” Tanya Amel dengan senyuman menggoda.

“Aghhh… Amel!”Aku makin sesak saat Amel menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah memompakan penisku dalam tubuhnya berulang-ulang.

Tanganku mengembara memjelajahi di sekujur tubuh indah sempurna Amel. Terumama Amel adalah payudara terindah yang pernah aku lihat. Beberapa kali aku meremas lembut dan dengan ringan menjilat putingnya pinky mungil tegak. Dia mencoba membantu aku mengaksesnya, mengangkat pinggulnya sampai penisku hampir keluar dari tubuhnya. Aku mengmuti dengan gemas sesekali menggigitnya kecil-kecil di mulutku.

Amel dan aku sama-sama terengah-engah. Amel meraih daguku dengan agresif di tangannya dan menciumiku, lalu lidahnya mengeliktik leher dan telingaku dengan jilatan dan hembusan desahan erotisnya yang membuatku berdebar-debar.

Kupikir Amel bisa tahu dari ekspresi wajahku bahwa aku benar-benar makin terbuai kenikmatan karena caramya menggiling di atasku. Amel memperlambat tempo.

“Apa kamu sudah dekat Ric?”

Aku mengangkat pinggulku menyodok mempertahankan kecepatan dan kenikmatanku.

“Ohhh Rico… jangan didalem sayang?”

“Agh… Belom… Amel sayang!” sangkalku. Namum Amel menggeleng

Meskipun aku mencoba untuk menahan Amel di atas aku, kulitnya halus licin meluncur dari genggaman aku saat dia dengan anggun mengangkat dirinya dariku dan penisku tiba-tiba terlepas dari himpitan liang vaginanya. SIAL!!! Aku berbaring tak berdaya seiring puncak klimaks kenikmatanku mereda menjadi kentang.

Amel pasti tau dari dari ekspresi wajahku bahwa aku sangat kecewa. Dia mencoba menghiburku saat dia berlutut dan membungkuk untuk mencium pipi dan bibirku.

“Kamua tahu kita tidak boleh Rico, aku sedang masa subur dan kita bisa dapat banyak masalah nanti.” Dia berkata dengan mata memelas memohon yang sangat aku suka.

“Aku tahu Amel, kamu benar” kataku sambil meletakkan kedua tangannya di pinggulnya dan memaksanya untuk bersandar padaku “tapi aku masih ingin…”

***

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu