1 November 2020
Penulis —  Rico Logan

Seranjang dengan Amel

Kakak sepupuku Amel menatapku sesaat dan tampak agak ragu-ragu saat berkata “Kita bisa, um… tidur bareng diranjang… eh emm… maksud gue lo gak harus tidur di lantai… cukup kok disini… gak sempit”

Aku juga ragu dengan sarannya itu. Dengan kakak sepupu secantik Amelia, tidur sekamar dia saja sudah membuatku gelisah panas dingin. Apalagi tidur seranjang bareng dia…

Tapi lantai kamar kost ku terasa sangat dingin dan keras dan bahuku terasa sakit.

“Ehmm… Iya deh. Emang dingin banget sih di ubin… Sorry ya Mel..” sahutku, akhirnya menerima tawarannya dengan canggung.

“Hihihi… Kok sorry sih. Ini kan kamar lo. Gue lah yang makasih banget udah ditolong dikasih tempat numpang nginep” kata Amel sambil tersenyum sangat manis.

Saat itu Amel berbaring di dekat tepi ranjang untuk berbicara denganku, masih terbungkus selimut tebalku yang sepertimya sangat nyaman. Karena dia tidak bergerak minggir aku memanjat melangkahi tubuhnya untuk mengambil sisi ranjang yang menempel ke dinding kamar kostku.

Amel membuka dan mengulurkan berbagi selimutnya di atas tubuhku. Hanya sedikit jarak pemisah diantara tubuh kamiberdua. Aku bisa merasakan kehangatan yang keluar dari tubuhnya, tapi aku mencoba mengeluarkannya dari kepalaku.

“Selamat malam Mel,” kataku.

“Selamat malam Rico.”

***

Aku hampir saja tertidur saat kurasakan tubuh Amelmakin mendekat merapat. Amel meringkuk menyamping memunggungiku dan menyandarkan pantatnya ke pangkal pahaku. Aku merasakan tubuhnya yang begitu hangat melalui kemeja katun longgar yang aku pinjamkan padanya. Mataku masih terpejam, aku merinding dan jantungku mulai bergedub lebih kencang, Entah bagaimana dia menariknya dan meletakkan telapak tanganku di tulang rusuknya.

Untuk waktu yang lama aku hanya menahan posisiku di sana, tidak berani bergerak, merasakan kulitnya yang halus lembut hanya beberapa sentimeter dari payudaranya. Segala sesuatu telah hilang dari eksistensi kecuali sensasi di ujung jari-jariku. Aku bahkan tidak bernafas karena takut kehilangan momen itu.

Lalu aku merasakan sesuatu yang lain. Penisku mulai cepat membengkak mengeras. Pantat Amel menekannya dengan lembut, reaksi instat itu tidak mungkin kuhindari atau sembunyikan. Seiring bertambahnya ereksiku, “adik”ku itu semakin mendesak di gundukan lembut pantat kakak sepupuku Amel.

Aku merasakan napas Amel semakin cepat, jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya tegang.

Aku tetap tak bergerak, takut akan apa yang terjadi tapi lebih takut kehilangan sensasi fenomena langka ini.

Amel mulai bergeser, dan aku merasak mulai panik saat berpikir semua ini akan hilang berakhir. Tentunya dia akan menjauh dariku.

Namun diluar dugaanku, Amel malah mengayunkan menggoyangkan pantatnya, mendororong, menekan dan mengesek penis tegangku yang sudah sangat keras. Pada saat yang sama, Amel menarik tanganku lebih jauh ke dalm kemejanya yang entah bagaimana sudah terbuka beberapa kancingnya. Tangannya membimbing tanganku meluncur masuk dan naik sampai jari Aku menempel di bagian bawah lekuk payudaranya.

Aku bisa merasakan setiap bagian tubuhnya, dari tangannya sampai ke kakinya jadi lebih tegang dari sebelumnya. Meski sama sepertiku Amel tetap terbaring meringkuk tak bergerak. Bisa kurasakan juga degup jantung kami seolah saling berpacu makin cepat.

Amel sudah mengambil langkah Inisiatif awal; Mungkinkah Amel sedang menunggu untuk melihat apakah aku akan cukup berani mengambil langkah lebih lanjut…

Dengan sangat perlahan, canggung dan agak ragu-ragu aku mulai menggerakkan jariku ke buah dadanya, aku menunggu ada tanda-tanda penolakan dari Amel. Setelah cukup yakin tak merasakannya, aku semakin berani dan kembali menggerakkan tanganku. Dengan hanya menggunakan ujung jari, aku membelai sisi buah dadanya, dengan ketakutan setiap saat Amel akan menarik diri menghindar menjauh dariku.

Jarij jemariku mengitari payudaranya, aku mulai memijatnya dengan lembut di telapak tanganku. Jari-jariku perlahan-lahan mengelilingi areola sebelum telunjuk dan jempol memilin lembut putingnya.

Aku tidak pernah merasa lebih terstimulasi seperti ini sepanjang hidupku. Peniskku terasa makin mengeras mendesak menekan gundukan pantat Amel. Aku mulai menangkup meremas-remas lembut payudara kencang namun halus lembut kakak sepupu cantikku itu dan makin berani memainkan puting susunya. Amel menarik napas pelan dan juga makin berani meliuk mengesek penisku dengan pantatnya.

Tangan kananku yang sedari tadi pasif karena terhimpit tubuhku sendiri diposisi meringkuk mulai menyelinap dari bahunya dan membuka kancing atas kemeja yang dikenakannya, dan langsung menyambar payudaranya Tangan kiriku membuka sisa kancing-kancing yang lebih rendah dan menguakkan kemejanya terbuka.

Setelah beberapa saat tanganku bermain di kedua buah dada Amel perlahan aku menggerakkan tanganku ke perutnya dan merasakan sisi karet celana pendeknya.

Aku menahan tanganku beberapa detik sebelum kemudian mulai menggerakkan jemariku lebih jauh menyelinap merogoh masuk ke dalam celana pendek Amel. Aku merasakan bulu-bulu jembutnya yang halus. jari-jariku menembus belukar itu melanjutkan perjalananku lebih rendah menelusuri lembah surgawi.

Aku merasakan sensasi dorongan adrenalin terbesarku saat mencapai gundukan lembut belahan vagina Amel. Dengan hanya menggunakan dua jari, dengan lembut aku menelusuri satu di setiap sisi belahan bibir vagina Amel.

Amel agak tersentak gelisah dan berhenti menggerakkan pantatnya. Aku juga jadi ikut tersentak gelisah dan aku mulai ragu. Aku sadar yang aku lakukan salah dan ingin menghentikannya sampai disitu saja sebelum jadi jauh lebih parah… Tapi sudah tak mungkin lagi aku mampu melawan desakan godaan maha dasyat itu.

***

to be continue… cari ide dulu

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu