31 Oktober 2020
Penulis — king2001
Waktu yang kulalui berjalan dengan kesendirianku, terasa sungguh lama. Walau detik jarum jam tetap saja berputar, namun aku tetap saja merasakan kegundahan yang teramat menggigit seluruhku. Aku mulai terbiasa dengan kesendirian setelah de Lilis menjauh dariku, walaupun cukup berat harus kehilangan sesuatu yang sangat aku rindukan kembali, Pelukan Hangat Seorang Wanita Berumur.
Entahlah apa yang sebenarnya aku rasakan. Dengan semakin jauhnya de Lilis dari kehidupanku, aku begitu kehilangan seorang suhu yang dengan kelembutan tangannya menyuguhkan kenikmatan yang mendayu tatkala membelai penisku. Dan dengan keranuman kedua payudaranya itu, de Lilis menjadikan dirinya sebuah sensasi yang tak pernah kurasakan sebelum dengan dia. Dulu desahan dari bibir mungilnya masih terasa jelas di telingaku, tatkala mulut ini mengecup kasar liang kenikmatannya. Ya. Aku belajar secara otodidak bagaimana membahagiakan wanita dari de Lilis.
de Lilis aku berusaha untuk mulai menyadari, jika bude Lilis adalah istri pakde Narto. Dan aku harus bias memulai untuk menerima kenyataan ***** Walaupun senyuman manisnya masih saja sering lewat di depan teras kamarku, ataupun payudaranya yang terbentuk jelas saat dia melintas menuju kamar mandi, meninggalkan tatapan erotis seorang lelaki muda sepertiku.
Aku berusaha keras mengalihkan pikiranku dan hasratku akan kerinduan melakukan hubungan terlarang dengan de Lilis, walau akhirnya jebol dengan kenakalanku menjamah tubuh tua milik mbok Tun. Ahhh. kenapa hasrat itu terlalu indah.
Kamarku kini mulai sepi kembali kehilangan penghuni.
Aku kini mulai enggan menempati kamarku, karena aku bertekad akan melupakan semua kejadian yang telah kulakukan dengan de Lilis. Ketika malam tiba, karena liburanku masih panjang, aku lebih banyak menghabiskannya bersama kawan-kawanku di organisasi sosial kemasyarakatan yang kugeluti selama ***** Ataupun jika harus tidur, aku banyak tidur di sofa tengah, di ruang keluarga, di depan televisi.
Kusibukkan diriku dengan kegiatan organisasi yang kuikuti selama ***** Organisasi yang kugeluti adalah organisasi kepemudaan, yang jika menganut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, usia anggotanya adalah berkisar antara 17 hingga 40 tahun. Namun karena organisasi ini masih rintisan, maka ada beberapa anggota yang usianya di atas 40 tahun. Hal ini wajar, karena kami merasa membutuhkan bimbingan dan bantuan senior untuk mengembangkan organisasi *****.
Jadwal yang cukup padat di organisasiku, memang bisa membuatku untuk selalu siap fight jika dalam hal organisasi. 24 jam aku siap memberikan bantuan penyuluhan kepada masyarakat, ataupun mengadakan kegiatan sosial seperti pengobatan massal ataupun penjualan pakaian murah kepada msyarakat miskin.
Di suatu malam, datang surat dari pimpinan organisasiku di tingkat kabupaten, yang isinya menghimbau agar kepada semua pengurus wilayah di tingkatan kecamatan, untuk segera melakukan reorganisasi. Setelah diadakan rapat mendadak, salah seorang kawanku, Gunawan, disepakati untuk dijadikan ketua panitia pelaksana reorganisasi dan aku ditunjuk sebagai sekretaris. Kamu khan yang paling muda Dit, lagian kamu saat ini sedang libur panjang dan di rumahmu ada komputer dan line telp langsung ke kamarmu, ujar Gunawan meyakinkanku.
Aku langsung tancap gas untuk mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan hajatan reorganisasi ***** Mulai dari tenaga, pikiran dan tentu saja fulus. Karena organisasi nirlaba yang kugeluti ini belum mendapatkan supply pendanaan dari tingkat kabupaten. Sehingga memang mengharuskan kami untuk pintar-pintar mencari dana, atau paling tidak mengeluarkan dana dari kantong pribadi masing-masing.
Acara ini rencanaya akan diadakan bebarengan dengan bhakti social di suatu kampung yang cukup terpencil.
Setelah semua persiapan aku kira OK, mulai dari jadwal kegiatan, tempat acara, penginapan hingga masalah materi yang akan dibahas nantinya, aku berdiskusi dengan Gunawan di kamarku tentang satu hal yang belum bisa kami atasi, yakni masalah anggaran. Aku dan Gunawan hampir menyerah bagaimana caranya menekan anggaran reorganisasi ini, karena hampir ¾ rencana anggaran tersedot untuk konsumsi. Apalagi reorganisasi ini direncanakan akan dilangsungkan selama 3 hari Gimana kalau kita meminta bantuan tiap kampung untuk menyediakan nasi kotak, satu kampung satu kali makan, ujarku memecah kebuntuan kami. Usul saya sepertinya disambut baik Gunawan, dan kamipun segera keluar kamarku dan menghubungi ketua organisasi di tingkatan kampung. Para seniorpun sepertinya tidak keberatan dengan hal *****.
Pada hari H acara, ratusan kawan-kawan seorganisasi sudah berkumpul di sebuah gedung serbaguna yang lebih tepatnya disebut balai desa yang berada di desa cukup terpencil.
Acara pada hari pertama ini berlangsung cukup sukses.
Menjelang senja, Gunawan menghampiriku; Dit, saya minta tolong kamu jemput mbak Tami di rumahnya ya.
Nanti malam jam 10, Mbak Tami akan memberikan sedikit materi kepada kita, ujar Adit.
Mbak Tami ini usianya sekitar 39 tahun. Aku tidak begitu mengenal senior kami yang satu ini, namun kami sangat menghormatinya. Selain karena kepandaiannya dalam membimbing kami, juga karena keloyalannya dalam memperjuangkan organisasi kami. Akhirnya dengan sedikit kecewa, karena jauhnya jarak dari kampung ini ke rumah Mbak Tami, aku berangkat ketika rona merah mentari mulai hilang di ufuk barat.
Setelah melalui jalanan yang cukup sulit dan terpencil, tibalah aku di rumah mbak Tami. Aku disambut kedua orang tua mbak Tami. Setelah berbasa-basi sebentar, aku dan mbak Tami segera keluar dari rumahnya. Mbak Tami malam itu memakai celana panjang berbahan kain berwarna hitam, kaos panjang berwarna putih yang cukup longgar serta membawa tas tangan yang berukuran sedang. O.. ya Dit. Materiku masih di kepingan CD belum aku print ini gimana, ujar mbak Tami. Waduhbatinku menggerutu.
Nambah pekerjaan lagi nih Hufff. Di tempat kamu ada printer khan Dit.. ujarnya menambah kepenatan hatiku.
Dengan berat hati aku menganguk dan segera memboncengnya menuju rumahku. Aku diam membisu saja selama perjalanan, untuk menghilangkan kegundahanku.
Jarak dari rumah mbak Tami ke rumahku sekitar setengah jam.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba gerimis turun di tengah sepinya malam Sial gak bawa jas ujan, umpatku lirih.
Aku tetap saja melanjutkan perjalanku. Mbak gerimis, terus saja ya ujarku kepada mbak Tami tanpa menoleh.
Iya Dit… jawab mbak Tami. Setelah beberapa waktu, Dit, kita berteduh dulu, sudah basah kuyup ujar mbak Tami seraya sedikit mencolek punggungku.
Colekan tadi sedikit mengagetkanku Bukan colekannya, namun sepertinya ada benda empuk yang dingin sedikit menempel di punggunggkuSerrr. Aku akhirnya menghentikan laju motorku di sebuah pos di tepi jalan kampung ***** Aku dan mbak Tami segera berteduh dalam pos tersebut. Mbak Tami rupanya basah kuyup, sama denganku.
Kulihat dengan perlahan, kaos putih panjang mbak Tami yang cukup longgar sudah mencetak bentuk tubuhnya Aduhaiiiii Ludahku kutelan berkali-kali, melihat tubuh mbak Tami. Ya ampuuunnn mbak Tami tubuh mbak indah. Kenapa saya tidak pernah memperhatikan mbak selama ini batinku. Di temaram lampu pos, kulihat bh mbak Tami berwarna krem yang menyangga kedua payudaranya yang sintal. Payudara itu tercetak jelas di kaosnya, dan putingnya sedikit menyembul indah. Perut mbak Tami sedikit agak gendut, namun itulah yang mengundang reaksiku untuk menarik bajuku ke sedikit ke bawah, menutupi gumpalan di celanaku yang membesar.
Rambut lurus mbak Tami digerai agar sedikit kering.
Namun karena tidak ingin dianggap kurang ajar, aku hanya sekilas melirik tubuh sintal itu, dan mulai membuka percakapan dengannya. Mbak gimana cara berorganisasi biar loyal seperti mbak tanyaku membuka percakapan dengannya. Setelah mbak Tami menjabarkan teori-teori tentang keloyalan itu, tiba-tiba mbak Tami berkata,: Dit, sebenarnya saya aktif di organisasi ini untuk mengalihkan rasa luka yang cukup menyakitkan, ujarnya.
Loh.. maksudnya?, tanyaku tanpa ekspresi. Akhirnya mbak Tami bercerita jika dirinya adalah seorang janda yang ditinggal menikah lagi oleh suaminya, dan organisasi ini dijadikannya semacam alat untuk menghilangkan duka yang cukup menyakitkan itu. Tapi jangan cerita kepada teman- teman ya Dit ujarnya.
Yang kami tahu selama ini, mbak Tami mempunyai seorang suami yang bekerja di luar pulau dan jarang pulang. Ada lagi yang mengatakan jika suami mbak Tami kerja di kapal pesiar internasional yang merapat ke jawa hanya 9 bulan sekali.
Karena semakin malam, akhirnya aku berinisiatif menerobos hujan untuk menuju ke rumahku. O iya Dit gak apa-apa Mbak bawa baju ganti kok, ujarnya. Aku sedikit memundurkan dudukku agar mendapatkan sedikit rejeki lagi. Namun entahlah, sepertinya mbak Tami duduk semakin ke belakang. Aku tak berekasi apapun, hanya terdiam.
Setelah tiba di kamarku, aku segera menuju kamarku melalui pintu samping. Aku mempersilahkan mbak Tami masuk di kamarku. Sedikit canggung, mbak Tami kaget ketika tahu pintu samping itu menuju ke kamarku. Mungkin dipikirnya itu pintu samping menuju ruang makan atau ruang belakang. Ayo mbak ndak apa-apa Printernya ada di kamrku kok, ujarku meyakinkan.
Mbak Tami akhirnya duduk di lantai, dan aku segera berlari ke lemari untuk mengambil 2 handuk dan baju ganti. Mbak Tami segera menuju kamar mandi dan aku menunggu di kamar, sembari mencetak materi yang akan disampaikan mbak Tami malam ***** Setelah selesai, kudengar mbak Tami menuju kamarku. Mbak Tami mengenakan celana panjang berwarna coklat dan baju lengan panjang yang cukup membentuk tubuhnya. Dari sela-sela kancingnya dapat kulihat behanya yang kini berganti menjadi kuning.
Setelah menyerahkan printout, akupun segera menuju kamar mandi dan ganti pakaian. Ketika selesai aku memasukkan pakaianku yang basah ke mesin cuci, dan aku teringat pakaian basah mbak Tami apa dibawa ya Mbak, pakaian basah mbak Tami dimasukkan mesin cuci saja…
ujarku. Gak usah Dit, ini mbak bawa saja, ujarnya. Aku memaksanya dengan mengatakan jika nanti kalau dibawa kesana dalam kondisi basah, aku khawatir pakainnya berjamur. Mbak Tami sepertinya menerima penjelasanku dan segera memasukkan pakaiannya ke dalam mesin cuci, bercampur dengan pakaianku.
Setelah selesai mencuci aku bermaksud memindahkan pakaian ke dalam tabung pengering. Di depan mesin cuci, aku melihat bh mbak Tami dan cd yang ternyata juga berwarna krem bercampur dengan pakaian dalamku. Biar saya saja yang mengeringkannya Dit, ujar mbak Tami.
Mbak Tami memindahkan satu persatu pakaian tersebut, dan akhirnya setelah proses pengeringan selesai, aku berkata kepada mbak Tami,: Dijemur sebentar saja mbak, besok baru diambil, ujarku. Akhirnya, baju-baju tersebut dijemur mbak Tami di teras kamarku dan kami berangkat menuju acara reorganisasi.
Malam itu, setelah selesai acara, kami menuju penginapan kami yang berupa rumah-rumah penduduk yang kami pinjam dan menggantinya dengan uang ala kadarnya.
Esoknya, tugasku adalah mengambil konsumsi untuk siang hari. Sekitar pukul 7 pagi, setelah sarapan, aku merokok di dekat pagar balai desa. Dit, nanti antarkan saya pulang ya..
sekalian mampir rumah kamu mengambil pakaian saya…
ujar mbak Tami yang tiba-tiba berdiri di belakangku. Aku menganguk perlahan. Iya mbak nanti saya juga mau mengambil konsumsi untuk siang harinya, ujarku. Setelah kejadian di pos semalam, aku merasa nyaman berdekatan dengan wanita paruh baya ***** Setelah berbicang beberapa lama, tiba-tiba muncul otak kotorku.
Aku berlari menuju ruang panitia dan menghampiri Gunawan. Gun, aku pamit mengantarkan mbak Tami sekalian ngambil konsumsi untuk ntar siang, ujarku.
Gunawan yang sibuk dengan acara tanda tangan sertifikat tersebut, hanya menganguk. Aku sedikit berlari menghampiri mbak Tami. Mbak saya anter sekarang ya, kata saya. Loh katanya ntar siang sekalian mengambil nasi kotak? ujarnya. Ada sertifikat kosong yang tertinggal di rumah mbak. jawabku sekedarnya.
Mbak Tami naik ke boncengan sepedaku, tas tangan mbak Tami sudah disi kawan-kawan dengan banyak sekali kue- kue kering yang tidak termakan di arena reorganisasi. Aku meraih tas itu dan meletakkannya di depanku. Seperti biasa, kami diam selama perjalanan. Namun aku memberanikan diri sedikit bergeser ke belakang dengan sedikit spontan, mbak Tami kaget ketika tahu punggunggu sudah menempel di buah dadanya.
Mbak Tami sedikit bergeser ke belakang, namun aku nekat terus menggeser ke belakang. Aku mulai mencari-cari kesempatan dengan sedikit mengerem sepeda bebek ***** Dada mbak Tami seperti berguncang mengoyak-koyak punggunggku, seperti merobek-robek nafsuku. Akhirnya Mbak Tami sepertinya menyerah, karena jika dia semakin ke belakang dia akan terjatuh. Mbak Tami juga terdiam ketika tangannya kulingkarkan di pingganggu dan kuarahkan untuk memegang pahaku.
Sesampainya di rumahku, kulihat rumah dalam kondisi sepi.
Ayah ibuku sudah berangkat ke kantor, adikku tentu bersekolah dan nenekku sudah pasti jam segini ke rumah omku. Aku dan mbak Tami tidak langsung menuju kamarku, namun melalui ruang tamu. Hal ini kulakukan agar tetanggaku tidak mencurigai keberadaanku di rumah bersama mbak Tami. Sepatu mbak Tami kubawa ke belakang, dan mbak Tami duduk di ruang tengah.
Mbak, bajunya mau diambil sekarang,? tanyaku. Iya Dit, ujarnya. Aku mengajakna menuju kamarku untuk mengambil baju. Sebelum sampai di kamarku, aku mampir di kamar semi gudang untuk mengambil setrika. Setelah di kamar, aku memberikan setrika itu kepada mbak Tami, menutup pintu, menyalakan computer dan memutar beberapa lagu. Aku mengambil kain sarung dan sprei untuk alas setrika.
Mbak Tami menyetrika bajunnya menghadap ke computer, dan aku rebahan di kasur. Kulihat mbak Tami sepertinya tidak kehilangan daya pikatnya. Dari belakang kusaksikan mbak Tami bersila, dengan sedikit membungkuk ketika melakukan aktiftasnya. Rambut mbak Tami diikat ke balakang, terlihat jelas lehernya yang jenjang nan indah.
Teringat kejadian semalam dan di atas motor ketika perjalanan menuju rumahku, aku sepertinya sudah tidak tahan lagi menyaksikan ***** Apalagi kejadian basah kuyupnya mbak Tami dan terlihat jelasnya lekuk tubuhnya ahhhhh.
Akhirnya aku membuka percakapan dengan dia. Mbak, tentang semalam, jadi benar suami mbak menikah lagi…
Pertanyaanku mengagetkannya, Ee iya Dit. Tapi jangan cerita ke orang-orang ya, ujarnya. Percakapan itu mengalir apa adanya. Akhirnya kuberanikan diri agak mendekat kepadanya. Aku duduk di belakangnya. Dit..
Kamu kok pindah kes*****., ujar mbak Tami. Enggak kok mbak, pingin deket aja sama mbak, ujarnya. Mbak Tami terdiam dan melanjutkan aktifitasnya. Saat itu kulirik mbak Tami sedang menyetrika bh kremnya. Mbak, yang di tangan mbak itu isinya apa ya, ujarku sambil cengengesan. Mbak Tami tertawa dan menjawab dengan becanda, Gak tau.
Dengan keberanian yang kukuatkan, aku memeluk tubuh mbak Tami dari belakang. Mbak Tami kaget bukan kepalang. Dilepaskannya setrika di tangannya dan menampik tanganku, Awas mbak setrika lho Adit nanti kalau nakal, ujarnya. Aku kembali cengengesan. Namun aku kembali melingkarkan tanganku di tubuhnya.
Adiiitt katanya. Maaf mbak ya, ujarku. Namun mbak Tami terdiam seribu bahasa.
Sepertinya nafsuku sudah mengusasi diriku. Ketiga kalinya kulingkarkan tanganku di tubuhnya, dengan perlahan kubelai perut mbak Tami. Kulirik Mbak Tami terus saja melakukan aktifitasnya. Seperti tak ada reaksi, kukecup tengkuk mbak Tami Cup. Sedikit kujilat dengan lidahkuahhhdia menggelinjang, namun tetap tanpa suara.
Mbak Tami belum mandi ya tadi, kok bau ujarku.
Dijawab pertanyaanku dengan tertawa kecil. Perlahan lahan kudekatkan tubuhku Kuselonjorkan kakiku, sehingga penisku yang tegak menempet ketat di pantatnya.
Tanganku semakin cepat membelai dan sedikit meremas perut janda yang telah lama ditingal suaminya ***** Diantara kancing bajunya, aku mencolek lembut perut itu uhhhh lembuuutttt. Tepat di pusarnya, kumainkan tanganku cukup lama Mbak Tami merasa geli dan sedikikit mengangkat tubuhnya ke atas Mulutku langsung menyambut tengkuk mbak Tami dengan perlahan.
Gesekan penisku di pantatnya semakin lama semakin beriramaahhhhh.. aku menaham nafsu dan kenikmatan yang sangat. Perlahan-lahan, kusapu lembut perut itu dengan tanganku Kulihat payudara yang cukup ranum dalam bajunya Mbak Tami terus melakukan aktifitasnya Rabaanku kulanjutkan sedikit ke atas Di pangkal payudara, aku memainkan jemari tanganku dengan perlahan-lahan Kusentuh perlahan payudara itu dari luar bajunya, kuraba dengan lembut. Tangan kananku memegang payudara kanan mbak Tami, kusapu perlahan-lahan. uhhhh sekalnyaaaaaa.
Mbak Tami sepertinya tidak beraksi dan berkomentar atas apa yang aku lakukan. Tangan kiriku dengan leluasa menjamah bentuk payudara kiri yang ditinggalkan cukup lama itu Aaaaahhhhh masih padat berisi.
Nafsuku sepertinya sudah semakin membuncah, namun aku mencoba untuk menahan diri. Tangan kananku naik ke pundak mbak Tami dan bibirku tak berhenti menyapu tengkuknya. Kuraba payudara kanan itu dari atas perlahan-lahan sembari mencari kancing bajunya Dan yup, kancing baju nomor dua dari atas ketemu. Kubuka perlahan-lahan. serrrrr jantungku berdegup kencang.
Jemariku mulai lincah meraba dan mencari kancing baju yang lain.
Setelah tiga kancing berhasil terbuka, kulihat belahan payudara mbak Tami yang menantang aaahhhh indah.
Kumasukkan tangan kananku dalam baju itu, kuraih payudara kiri mbak Tami dari luar bh kuningnya. Kuelus- elus gundukan menantang ituperlahan-lahan dan akhirnya aaahhh ketemu putting susu yang tidak pernah digunakan untuk menyusui anak itu Kupinin-pilin Mbak Tami sedkit mendesisssssssssuara yang membangkitkan nafasku yang tak teratur.
Kukoyak perlahan payudara putih mulus itu jemariku sampai di pangkal payudaranya. Tangan kiriku menggapai kancing baju yang berada di bawah payudaranya, dan kulepas hanya dua kancing baju mbak Tami yang tersisa.
Kukeluarkan perlahan buah dada kiri mbak Tami.
Kusambut lembut dengan belaian-belaian yang penuh nafsu.
Mulutku akhirnya mencapai pipi mbak Tami. Kucium penuh gairah pipi putih nan mulus itu mbak Tami menolah ke arahku. Entah ada apa dalam tatapan matanya namun yang jelas aku menyambut bibir yang indah itu dengan bibirku Aku cium bibir itu kumasukkan lidahku ke dalam mulut mbak tami. Kusapu bersih gigi- giginya dan tanganku tak berhenti meremas-remas payudara milik senior yang harusnya kuhormati ***** Tangan kiriku masuk dalam cup bh kanan mbak Tami kukeluarkan dan kuremas-remas. Hingga jemariku seakan menari dengan sendirinya di payudara mbak Tami.
Kuarahkan tangan kiriku turun ke bawah Kutempatkan di peut mbak Tami, perlahan-lahan sembari berpagutan dan meremas, untuk aku tempatkan di selangkangan mbak Tami. Sampailah di selangkangan itu, kubelai-belai dengan lembut, kuusap, kuelus, dan sedikit kutekan-tekan Kurasakan dari luar celana panjangnya, sedikit basah.
Kuelus dan kuraba selangkangan itu.. ahhhhhhhh basaaaaaaaahhhhh. Mungkin karena mbak Tami lama tak dijamah laki-laki.
Dengan posisi seperti itu, tangan kiriku aku naikkan sedikit ke atas berhenti di atas pengatit celananya, kubuka perlahan. clikahhhhhhberdebar jantungku.
Kuturunkan resulting selana mbak Tami dengan mudah, karena posisinya yang bersila Kulirikaaaahhhhh Mbak Tami mengenakan cd kuning, sewarna dengan bh yang menutupi payudara yang saat ini kuremas-remas dengan tangan kananku. Jemari tangan kiriku masuk menyelinap dalam celana dalam itu Kutemukan bulu-bulu agak lebat yang menjadikanku semakin naik tinggi ke awang-awang. Dan akhirnya lipatan lubang nan sempit itu mulai kuraba. Ahhhhh. basaaahhh sekali. Kuraba perlahan dan kucolek-colek dengan jemariku.
Kukulum terus menerus mulut mbak tamidan sepertinya mbak Tami menggingit bibir dan lidahkuuhhhhhh. Mbak Tami mulai mengimbangi sensai dan godaan yang kuberikan Gigitan Mbak Tami terasa menyakitkan, namun aku tak ingin merusak suasana yang indah itu gigitan itu kurasakan bagai sensasi baru dalam berhubungan seks. Aaaaaaaaahhhhhhhh slrupppppsssssssBibirmu mbak.. aaaaahhhh. lidahmu lihai. uh.
Goyangan penisku di pantatnya terus menerus, dan masih teratur. Tangan kiriku tak henti bermain di gua garbanya yang berairclep clep clep clepsuara tanganku naik turun memainkan vaginanya Aku menjilati lehernya dan terus saja kudengar desisan suara mbak Tami sambil menggigit bibirnya Tiba-tiba mult mbak tami menggigit telingaku uhhhhhdijilat, digigit dan dijilat lagiah sensasi yang baru kudapatkan Kutarik tubuh sintal itu ke belakang dengan sedikit kuseret Aku selonjrkan kakinya kucabut setrika dari stop kontak listrik.
Kubuka pakaianku perlahan.. Dan mbak Tami rebah di lantai Mbak Tami Mbak cantik dan menggairahkan.
Aaaaaaahhhhhh Aku segera mengubah posisiku dalam posisi merangkak Langsung kuserbu puting susu mbak Tami yang berada diatas payudara montoknya kujilati dengan penuh nafsu.
Payudara kanannya sudah basah oleh lidahku slrupppsss. ahhhh ahhh ahh ahh Mbaaaaakkkk. Puting itu bukan main kerasnya kupindah mulutku ke payudara kirinya yang cukup sekal dan menantang Kulumanku cukup keras karena montoknya buah dada itu Kupindah mulutku untuk melayani ciumannya yang mulai membara dahsyat. Gigitannya melukai bibirkuuhslurps us ahhhhh esssssss zzzzz ahhhhh Aku bangkit aku melepas celanaku dan cd ku aku telanjang di hadapannya. Kuangkat sedikit pantatnya, Dit jangan Dit Kita main luaran saja Dit.
Jangan di dalam, ujar mbak Tami. Dalam kesempitan pikiranku karena besarnya hasrat, aku berkata kepadanya.. Iya mbak kita main luar, tapi celana panjangnya dilepas, mbak pakai cd saja, ujarku.
Dan akhirnya kulepas celana panjang mbak Tami uh indahnya Kulihat mbak Tami terlentang dengan posisi baju yang sudah hampir terbuka, payudara yang sudah keluar dari bhnya dan celana dalamnya yang indah.
Ahhhh semakin menambah gairahku Aku merangkak dari bawah kujilati kaki mbak Tami uhhh geli Dit.. perlahan-lahan ke atas sampai di pahanya yang kenyal dan putih mulus, jilatanku semakin tidak teratur karena bau vaginanya yang semakin menantangku. uhhhh slruupsssss Paha itu semakin memerah karena gigitanku tangan kiriku berpindah dari lantai menuju payudaranya yang masih keras menantang Kuciumi perlahan celana dalam mbak Tami yang sangat basah itukujilati dari luar. Bau itu semakin keras dan tak kuasa kubenamkan wajahku di vagina yang masih tertutup celana dalam Mbak Tami hanya mendesis dan menggigit bibirnya sendiri uhhhhh seksinya mbak Tami Kujilati celana dalam itu kembalidari sela-sela pangkal pahanya, terlihat beberapa helai bulu kemaluannya yang keluar kuelus bagian dalam celana dalam itu dengan teratur ibu jariku sedikit mencolak masik ke dalam celana dalam yang basah itu. terasa basah namun ahhhhh Aku jilati kembali vagina dari luar celana dalam itu.
LIdahku mulai menjulur-julur menyapu.. di pinggir celana dalamnya, dengan lidahku, kugeser sedikit celana dalam itu uhhhh akhirnya.. vagina mbak Tami terlihat separuh.. kusapukan lidahku ke vagina mbak Tami.. uhhhh slruuupsssss. ahhhh nikmaaaattttttttt Jari telunjuk tangan kananku menanah celana dalam itu agar tidak menutupi kembali vaginanya.
Tangan kiriku masih meremas, memilin dan mengoyak payudara mbak Tami, kiri dan kanan Tak lupa dengan tangan kiriku, kubuka kancing baju mbak Tami perlahan- lahanBh-nya masih berada di tempatnya, Mbak Tami sedikit mengangkat tubuhnya ketika tangan kiriku berhasil menemukan kancing bhnya Kubuka dan mbak Tami melepas sendiri bh itu.. Jilatanku di vaginanya semakin kuatapalagi setelah kutemukan klitorisnys kusedottt. mbak Tami menggelinjang hebat, mengangkat pinggulnya yang akhirnya semakin membenamkanku dalam lubang kenikmatannya. Tangan mbak Tami menuju ke arahku, aku semakin membenamkan wajahku di vaginanya Ternyata tangan itu ikut menahan celana dalamnya agar tidak menutup Kupindah tangan kananku ke payudara kirinya uhhhhh Nafsuku semakin membuncah.
Cairan yang keluar dari vagina mbak Tami semakin deras sederas hujan yang menyirami kita berdua saat diatas sepeda dan beberapa waktu berselang Mbak Tami sepertinya akan segera mencapai klimaksnya..
Kuhentikan sapuanku di vaginanya, aku naik di tubuhnya Aku menindihnya dengan pelan-pelan. kugesek-gesekkan penisku di celana dalamnya dengan cepat Aku sudah tidak kuat menahan hasrat itu Dari luar celana dalamnya kurasakan denyutan vagina mbak Tami yang sangat kencang. Mbak Tami sepertinya akan mengalami klimaks, kuangkat perlahan pinggulku, kurapatkan kakinya dan kutarik celana dalam mbak Tami Mungkin karena sudah sangat terangsang dan akan mencapai klimaksnya, mbak Tami membiarkan apa yang kulakukan kepadanya celana dalam itu sudah terlepas Mbak Tami sepertinya juga sudah tak karuan menahan nafsunya perlahan-lahan kugesek-gesekkan penisku di vaginanya yang basah. Clep clep clep. sss suar apenisku menggesek vaginanya Ahhhhh.. slrupssss kuhisap kembali dalam-dalam susu yang ranum itu bergantian Ahhhh mbak Tami seakan akan menggelinjang namun dengen perlahan-lahan segera kumasukkan penisku ke vaginanyauhhh sempit Ahhhh, suara mbak Tami seperti menahan kesakitan.
Akhirnya perlahan-lahan penisku masuk dalam vaginanya yang cukup sempit Blessss Sleeeeeeepppppsssss.. Entah apa yang difikirkan Mbak Tami, larangannya tadi kulanggar Tapi yang kudengar hanyalah eluhan mbak Tami ah uh uh uh ahsssss sembari menggigit bibirku Aku memeluknya dengan kuat kumaju-mundurkan peniskuclop.. clop.. clop.. clopp uuuhhh nikmaaaaaattttt.
Mbak Tami mengimbangi gerakanku dengan menggerakkan pinggulnya kiri kananuhhh nikmaaaattttt.. Penisku bagai dicengkeram roda-roda bergigisakit namun menyenangkan. clop clop.. cloppss Dan akhirnya aku sudah tak kuat lagi menahan konakku. Mbak dan kurasakan jepitan vagina mbak Tami semakin kuat dan vaginanya semakin basah aaaaaaaaahhhh suara mbak Tami beriringan dengan desisan nafasku yang masih memburu. uh ahmbak Tami menggelinjang hebat, pahanya memeluk tubuhku erat beberapa detik kemudian.. aahhhh mbaaaakkkkk kumuntahkan semua air yang ada dalam penisku ke dalam vagina mbak Tami. Aku tegang meeggelinjaaaanggggg..
Akhirnya aku ambruk di tubuh mbak Tami, kuciumi bibirnya, pipinya setelah tersadar aku berkata, Mbak, dia hanya membalas senyumanku. Aku cukup lama di atas tubuhnya Dengan posisi itu, penisku berangsur-angsur mengecil, dan akhirnya kutarik sedikit dan keluar dari vagina mbak TamiCukup lelah aku merasakan tulang-tulangku Setelah lima menit di atas tubuhnya dengan terus berpelukan Aku bediri dan mengambil kain sarung yang digunakan alas setrika mbak Tami kuserahkan ke mbak Tami untuk membasuh vaginanya.
Ujung yang satu kubasuhkan di penisku Dan akhirnya aku segera beranjak mengumpulkan pakaian mbak Tami, dan menyerahkan kepadanya. Mbak Tami segera berlari menuju kamar mandi rumahku dengan hanya menggunakan sarung kotorku tadi Setelah beberapa waktu, kulihat mbak Tami masuk kamarku dengan hanya menggunakan handuk dengan rambut basah setelah dia mandi.
Kukecup keningnya dan dia berkata,: iiihhhhjorok baumandi dulu ujarnya. Aku mencolek pantatnya dan segera berlari menuju kamar mandi dengan hanya menggunakan celana dalam.
Setelah itu, kami berdua keluar menuju rumah mbak Tami.
Selama perjalanan mbak Tami memelukku cukup erat Pasca kejadian itu, mbak Tami sepertinya semakin sayang kepadaku. Di organisasi, aku selalu menunjukkan rasa hormat kepada mbak Tami, namun diluar, aku juga menunjukkan rasa hasrat ku kepadanya. Kini hari-hari kami selalu indah dijalani.
Ada rahasia yang akhirnya kuketahui dari mulut mbak Tami yang terucap saat kami berpelukan telanjang di kamarnya ketika kedua orang tuanya pergi untuk dua hari setelah sekian lama terpendam Ternyata mbak Tami mandul aahhhh. Di satu sisi aku merasa sangat surprise dengan kenyataan ini artinya aku tak perlu menggunakan pengaman, tak perlu mengeluarkannya di luar vagina, tak perlu mengatur waktu sewaktu-waktu bias Namun aku juga bersedih, karena mbak Tami tidak bisa menjadi wanita seutuhnya.
Ah mbak Tami Namun kenapa kesedihanku itu selalu sirna jika sudah bergumul manja, mesra dan ganas denganmu.