1 November 2020
Penulis —  DemitKembar

Namaku Syam

Ijin melanjutkan kisah Syam…

Bagian 9 : Ratu Citra

Aku tersadar perlahan, tampak belasan pasangan bertelanjang bulat dan masih dalam posisi bersenggama bergerak dalam irama menjadikan sosok Pak Tabak dan Citra sebagai pusat lingkaran dan panduan gerakan. Posisi kali ini, Pak Tabak dalam posisi terlentang, Citra menduduki pinggul Pak Tabak, kelamin mereka saling bertemu, badan Citra membentuk sudut 90 drajad dengan tubuh Pak Tua Tabak.

Pasangan lain mengikuti posisi itu. Pinggul Citra bergerak lembut maju mundur perlahan diikuti ayunan tubuh yang tampak seperti liukan rumpun bambu tertiup angin. Pendar energi kali ini lembut mententramkan, apakah mungkin posisi wanita mendominasi berpengaruh pada energi yang dihasilkan? Entahlah yang pasti suasana ini kembali membakar birahiku, kelaminku kembali mengeras sekeras-kerasnya mendongak tegak laksana tugu batu.

Diantara sadar dan tidak, sesosok perempuan tiba-tiba muncul dari keremangan, perempuan berambut panjang terurai dengan kain putih tak berjahit menutupi sebagian tubuhnya, melangkah menuju ke arahku, menatapku lekat dengan pandangan lembut cenderung sayu. Begitu dia mendekat perempuan cantik yang mirip dengan Citra berucap, “ijinkan hamba, melayani paduka atas perintah Ratu Citra”.

Aku mengangguk mengijinkan perempuan itu melakukan misinya. Dalam gerakan gemulai seiring suara denting genta ia membuka kain putih hingga kini telanjang. Tubuhnya sempurna sebagaimana imajinasi kebanyakan pria. Wajah nya bersih dengan mata optimis, hidung sedang dengan pipi berisi. Kedua payudaranya besar menggantung kuat di dadanya, perempuan subur dengan susu melimpah, perutnya rata sedikit sekali lemak di sana, rambut kemaluannya lembut dan rapi, tampak terawat.

Dia mendekatiku, membuka seluruh pakaian yang aku kenakan, bahkan hingga tambalan kain pembalut luka di bahuku turut dibukanya. Kelaminku masih ngaceng tegak berkedut-kedut, aku sudah tidak lagi memperhatikan belasan pasangan yang sedang bercinta massal di sana, aku memperhatikan perempuan cantik berbadan bagus di dekatku kini.

Dengan kain putih yang tadi dikenakannya, dia mengusap kepalaku, wajah dan leher. Terasa dingin seolah kain itu basah menyegarkan, aku berasa menjadi sangat bersih tersucikan. Lalu usapan pada bahuku yang luka berkali-kali ternyata menyembuhkan dan sekaligus menghilangkan pengaruh racun ular laut, usapan ke seluruh tubuh membuat aku sungguh menjadi sehat kembali dan segar, aku belum pernah merasakan sesehat ini sebelumnya.

Perempuan cantik itu menindihku, mulutnya menciumi kening, mata, pipi dan berakhir di bibir. Bibirnya yang lembut mengulum bibirku, lidahnya menjilati dan menelusuri rongga mulutku dengan lembut. Terasa hangat dan basah disertai sensasi luar biasa. Diteruskannya kemudian menciumi leher, menjilati kedua puting, mengecup-ngecup perut dan kemudian mengulum kelaminku hingga hangat dan basah.

Kulumannya biasa saja, lembut perlahan tidak penuh emosi dan semangat seperti perempuan lain, dia begitu tulus dan ikhlas memberikan kenikmatan untukku seolah tanpa butuh kenikmatan untuk dirinya. Aku agak canggung jadinya, namun aku justru memejamkan mata, membiarkan berbagai rangsangan dan sensasi mendera tubuhku.

Tidak lama kemudian, penyatuan lingga yoni pun terjadi, kelaminku terselubungi kelaminnya yang hangat dan basah. Terasa bertekstur lembut dengan beberapa kali kedutan otot vagina aku rasakan. Gerakannya begitu lembut memaju mundurkan pinggul mencengkeram lembut penisku dan matanya menatapku sambil tersenyum seolah berkata, “enak kan mas?

Kedua telapak tangan kami bertemu, saling mencengkeram dan dia menjadikan tanganku tumpuan untuk membebaskan beban pada pinggulku, dengan itu gerakan pinggulnya menjadi semakin bebas. Diputar-putarnya, naik turun ia, juga maju mundur dengan ritme lembut.

Cengkerama tangannya kemudian semakin kuat, gerakan pinggulnya semaken cepat dan tekanan semakin kuat kurasakan pada setiap hentakan yang dia lakukan. Mulutnya menjadi meracau dengan kata-kata tidak jelas, kepalanya mendongak, susunya berayun-ayun kencang. Ketika aku merasakan hendak mencapai ejakulasi, begitu pula perempuan itu tampaknya juga mau sampai.

Sebuah teriakan dan cengkeraman kuat menandai perempuan itu mencapai orgasme, aku pun mengerang puas seiring muncratnya cairan kehidupan dari batang kemaluanku. Mataku terpejam menikmati kenikmatan tiada tara, ketika mataku terbuka seiring dengan kedutan terakhir kelaminku, aku sungguh terkejut, sosok perempuan itu ternyata berwujud seperti sosok Calon Arang dalam pertunjukan sendra tari di Bali, rambutnya hitam awut-awutan, wajahnya menakutkan, giginya bertaring menyeringai, susunya kendor panjang bergelantung, tangannya berkuku panjang.

***

Ketika mataku kembali terbuka dan kesadaranku kembali pulih, aku telah berada di pompong yang sudah bergerak meninggalkan Gili Labak. Tampak Citra mengemudikan pompong, auranya sungguh berbeda, kali ini dia tampak tangguh dengan wajah optimis.

“Selamat pagiii” sapa Citra ketika melihatku terbangun. Aku tersenyum dan bangun mendekatinya. Ingin aku mengecup keningnya, namun dia menatapku tajam dan berkata, “aku adalah ratumu, tidaklah boleh menyentuhku kecuali kuperkenankan”

Aku menghentikan gerakanku, lalu duduk di sisi kanan pompong. Memikirkan perubahan situasi yang terjadi.

“Jangan heran Syam, aku telah ditakdirkan menjadi Ratu Citra yang memiliki bijaksana dan warisan ilmu, kamu boleh memilih menjadi hambaku atau nanti meninggalkanku menjadi orang bebas begitu turun dari kapal ini”

“Baiklah, kanjeng Ratu Citra, saya ikuti kehendakmu” aku menjawab asal saja dengan sedikit kesal. Kenapa perempuan ini menjadi delusional.

Citra tersenyum, merogoh tas disebelahnya, mengambil sesuatu yang ternyata kepingan emas dengan berat sekitar 50 gr per keping dan memberikan kepadaku 5 keping sambik berkata, “ini ganjaranmu telah membawaku bertemu jodoh perkasa abadiku Pak Tabak, aku juga dibekalinya ilmu dan emas, lalu aku dimintanya pergi ke Temasek untuk tinggal dan berperan di sana, kamu mau ikut atau tidak itu kehendak bebasmu, kelak kamu akan datang kepadaku suatu saat”

Aku diam tak berkata-kata lagi setelah itu, kapal pun sampai di pelabuhan Kalianget, pemilik pompong telah menunggu di sana mungkin mendengar suara dari kejauhan. Mobil sewaanku beserta sang Pengemudi telah standby juga di sana. Kami turun, Cak Kandar sopirku membereskan pembayaran sewa perahu karena memang dia telah kutitipi uang cukup untuk itu, Citra tegak berdiri anggun dengan sedikit response terhadap situasi, aku mengatupkan kedua tangan berpamitan kepada Ratu Citra di Pelabuhan Kalianget, Citra mengangguk sambil tersenyum.

Masih akan bersambung

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu