1 November 2020
Penulis —  Chenot

Sepenggal kisah hidupku

Part 6

Sudah entah beberapa bulan kisah percumbuan antara aku dan bibi. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka.

Dari yang pertama kali kami lakukan dirumahku, dan entah telah berapa kali terulang kembali.

Yang jelas aku dan bibi sama sama menikmati perbuatan itu, dan tanpa ada rasa paksaan..

”.. Hemmm…”.. panas bangget hari ini…” gumamku saat berjalan pulang dari sekolah.

Walaupun sudah beberapa hari yang lalu sempat hujan, akan tetapi masih sangat terasa terik dikala siang hari… ya semoga saja musim hujan akan segera datang.

Dan setelah sekitar 30 menit berjalan aku pun telah sampai dirumah.

Dan setalah aku masuk kedalam, kulihat kakek dan nenek sedang duduk santai diruang depan, dimusim seperti ini kakek tidak setiap hari keladang.

Ya karena untuk saat ini ladang hanya ditanami sedikit sayur mayur saja, dan itu tidak memerlukan perawatan setiap hari.

”.. eh… wis mulih to ndri…” (.. eh.. udah pulang to ndri) sapa neneku setelah melihatku pulang.

”… iyo lah mbah… wis jam loro iki.. moso arep turu neng sekolahan..” (.. iya lah nek, udah jam dua ini.. masa mau nginep disekolahan) jawabku dengan sedikit candaan.

”… oalah iso wae koe iki… oh yo ndri, iki mbokmu kirim layang..” (.. oalah bisa kamu ini… oh ya ndri.. ini ada surat dari ibumu..) ucap neneku lagi sambil menyerahkan sebuah amplop yang memang kulihat sudah ada dimeja sejak aku memasuki rumah.

Dan setelah aku menerima surat dari nenek, aku pun bebegas membuka dan membaca surat tersebut. Ibu dan bapak memang sudah agak lama tidak berkirim kabar padaku…

”.. Bagaimana kabarmu Nak, semoga selalu sehat.. kakek nenek serta bibi juga mudah2an selalu dalam keadaan sehat.

Ibu dan bapak dikota juga dalam keadaan baik, walapun 2 minggu yang lalu bapakmu mengalami kecalakaan.

Bapakmu terserempet mobil pas hendak menyebrang jalan sepulang dari menarik sampah, tapi ibu harap Andri tidak terlalu memikirksn masalah ini.

Dan alhamdulillah bapakmu juga sudah hampir pulih, mungkin lusa juga sudah bisa mulai bekerja lagi.

Dan Andri jangan lupa untuk selalu rajin belajar ya Nak, karena cuma kamu satu2nya harapan ibu sama bapak, semoga kelak kamu bisa lebih baik dari ibu bapakmu.

Dan usahakan juga untuk sekalu membantu kakekmu ya Ndri…

Sampaikan salam ibu dan bapak ke kakek nenek dan bibi…


Aku sangat terkejut setelah mengetahui kabar bapaku mengalami kecekakaan melalui surat yang dikirim ibuku.

Walau ibuku menyuruh untuk tidak menghawatirkan keadaan bapakku, tapi sebagai anak, aku tetap merasa khawatir dan sedih pastinya.

”.. lindungilah selalu kedua orang tuaku Tuhan..” doaku dalam hati..

Aku masih terduduk dibale dan dengan masih memandangi surat dari ibuku, dan sedikit melamun karena memikirkan kondisi bapaku.

Karena melihat kondisiku yang berubah, nenek pun kemudian menanyakan perihal isi surat tersebut.

”… piye ndri, ko ketok sedih ngono… simbok mu piye keadaane..” (gimana ndri, ko keliatanya sedih gitu.. ibumu gimana keadaanya) tanya nenek ku.

”… yo iki mbah, aku rodo sedih.. jare simbok bapak lagi bar kecelakaan..” (.. iya ini nek, aku sedih.. kata ibu bapak habis ngalamin kecelakaan) jawabku dengan tidak semangat.

”.. tapi jare simbok, bapak wis meh mari mbah..” (tapi kata ibu, bapak udh hampir sembuh nek) lanjutku lagi.

”.. lah emange kapan bapakmu ciloko, ko wis meh mari..” (.. lah emangnya kapan bapakmu kecelakaan, ko udh mau sembuh) tanya nenek.

”… jare simbok wis meh rong mingumgunan mbah…” (kata ibu udah hampir dua mingguan nek) jawabku singkat…

”.. ooalah… yo mugo2 wae simbok bapakmu diparingi kewarasan sing neng gawe urip..”

(ooalah… ya mudah2an saja ibu bapakmu selalu diberi kesahatan oleh San pencipta) ucap kakek menimpali percakapanku dengan nenek, dan terlihat sedikit khawatir juga.

”.. yo wis kono ndri… ndang salin trus maem.. wis awan iki.. telat leh maem melu loro ngko..” (.. Ya udah sana ndri.. buruan ganti baju terus makan.. udah siang ini, telat makan nanti kamu sakit) kata nenek kepadaku.

Akupun bergegas mengikuti apa yang disuruh nenek..

Setelah selesai makan akupun baru tersadar kalo ternyata bibi tidak ada dirumah.

Dan setelah selesai mencuci piring yang habis ku pakai, aku kembali ruang depan untuk menanyakan keberadaan bibi.

”.. mbah, bibi ko ra ketok, agi neng ndi to..”

(nek, bibi ko ga keliatan, lagi kemana ya) tanyaku pada nenek

”.. oh, bibimu mau lungo neng alas, jare arep golek lombok karo tomat..” (.. oh.. bibimu tadi keladang, katanya mau metik cabe sama tomat) jawab nenek

”.. nek ora koe susulono bibimu ndri.. sopo reti bibimu kangelan..” (kalo ngga kamu susul bibimu ndri, siapa tau bibimu butuh bantuan) ucap nenek lagi.

”… iyo mbah… aku tak nusul…” (iya nek.. aku mau menyusul) jawabku.

Akupun bergegas menuju ladang kakek untuk membatu bibi.

Tapi baru kira2 separuh pejalanan, kurasa cuaca sedikit berubah.

Yang tadinya cuaca panas terik, kini sudah mulai nampak redup dan cendrung mendung..

”.. wah.. harus cepet2 nih.. kalo ga nanti keburu hujan..” pikirku

Akupun mempergegas langkah kaki ku dengan harapan akan sampai ladang dan langsung pulang kembali kerumah bersama bibi sebelum hujan turun.

Akan tetapi, belum juga sampe ladang gerimis sudah mulai turun.

Kini, aku telah sampai di ladang, dengan keadaan hujan yang mulai deras…

Ku lihat bibi sedang menjinjing bakul yg berisi tomat. Akupun bergegas kearah bibi dan langsung menggambil bakul tersebut dan membawanya kegubug yang berada ketepi ladang.

(Oh ya, karena cuaca diladang panas terik, maka kakek membuat gubuk disalah satu sudut ladangnya.)

”.. ndang bi, ngayub sik neng gubuk…” (ayo bi, berteduh dulu didalam gubuk) ajaku ke bibi. dan diikuti oleh bibiku.

Karena posisi bibi tadi berada di tengah ladang, maka ketika kami sampai didalam gubuk baju kami sedikit basah. dikarenakan hujan yang mulai lebat.

”… koe ko ndadak nusul mbarang ndri…” (kamu ko pake nyusul segala ndri) tanya bibiku.

”… iyo bi ra popo, aku kewatir nek bibi perlu direwangi..” (iya bi ga papa, aku kawatir kalo2 bibi butuh bantuan) jawabku.

”… bibi wis meh rampung ko yo ndadak udan toh yo..” (.. bini udah hampir selesai gini ko ya pake hujan segala) keluh bibi lagi..

”.. yo ra popo to bi, dewe ngiyub sik wae neng kene tekan terang…” (ya udh bi gapapa, kita neduh dulu disini sampai hujan reda) ucapku berusaha menenangkan bibi.

Aku dan bibi duduk diatas jerami ya

ng berfungsi sebagai alas. Dan sambil membicarakan beberapa hal, bibi juga sempat menayakan isi surat dari ibuku, dan setelah kujawab kami pun sama2 terdiam untuk beberapa saat.

Kurasa hampir 15 menit sudah aku dan bibi meneduh didalam gubuk ini. tapi belum terlihat jika hujan akan segera usai.

Dan karena posisi kami hanya berdua, maka akupun mulai melirik ke arah bibi, apalagi saat ini, ya sudah hampir 1 minggu kami tidak bercumbu, karena ku tau bibi sedang dapat halangan. padahal jika bibi sedang tidak halangan, kami bisa melakukan percumbuan 3/4 hari sekali.

Tapi meski begitu, aku belum pernah berani secara terang2an meminta jatah kepada bibi.

Sama seperti sekarang ini, yang berani kulakukan hanya mencuri2 padang kepada bibi.

Tapi setelah beberapa saat, bibi sepertinya sadar jika aku terus memperhatikanya.

”… hemm… ngopo to ndelok bibi tekan koyo ngono…” (hemm.. ngapain sih ngeliatin bibi sampe segitunya..) ucap bibi mengagetkan ku, dan sambil tersenyum.

ya, mungkin bibi sudah tidak kesal lagi dengan hujan yang tadi datang tiba2.

”.. ahh ora bi, ra popo…” (ahh engga bi, ngga papa) jawabku…

”… ngomong wae kangen karo bibi… iyo to…” (… ngomong aja kangen sama bibi… iya kann..) tanya bibi lagi sambil mulai terlihat menggodaku..

Aku yang merasa mulai mendapat respon dari bibi pun mulai berani.

”… ngerti wae bibi, nek aku lagi kangen karo bibi…” (.. ngerti aja bibi, kalo aku lagi kangen sama bibi) jawabku dengan tersenyum pada bibi…

”… kangen bibi opo kangen iki karo iki ne bibi…” (.. kangen bibi apa kangen ini sama ininya bibi) goda bibi lagi dengan salah satu tanganya mengerak gerakan payudara dan satu tangsn lainnya mengusap bagian pangkal pahanya.

”… iyo bi.. kui…” (iya bi.. itu..) jawabku dengan perasaan gembira karena bibi mengetahui kemauanku..

Tapi perkataan berikutannya dari bibi tambah membuat nafsuku naik.

”… oalah ndri, ndri… ngomong wae nek arep nyusu karo ngentu bibi…” (.. oalah ndri, ndri.. bilang aja mau netek sama ngewe bibi) ucap bibi dengan lirikan mata yang menggoda.

”.. iyo bi, maksudku yo kui…” (iya bi, makdudku juga itu) balasku lagi.

Dan seketika itu pun tubuh ku sudah mendekat ke arah bibi.. dan langsung memeluk tubuh bibiku.

Beberapa saat kami saling padang dengan jarak yang sangat dekat.

Dan entah siapa yang mulai, kami sudah saling berciuman dengan sangat mesra…

..”.. eemmmuuaachhh… eemmmuuaacchh…”

Kurasakan juga kalo bibi sebenarnya juga sudah sangat bernafsu.

dengan posisi saling berciuman, akupun sudah mulai meraba dan meremas2 payudara bibi. demikian pula dengan bibi, dia juga meraba2 kemaluanku yang masih tertutup.

Setelah merasa puas berciuman, kemudian kudorong tubuh bibi agar tidur telentang diatas jerami.

Dan setelah itu kunaikan kaos yang dipakai oleh bibiku beserta bhnya sampai ke atas dada..

”.. hemmm..” dengusku kagum.

Walapun sudah berkali2 aku bercumbu dengan bibi, tapi tetap saja aku selalu kagung kalo melihat ke dua payudaraku ini.

Setelah puas memandangi kedua benda tersebut untuk beberapa saat, kemudian kudekatkan wajahku untuk mulai mencium dan menjilati payudara bibiku ini…

”… hummmmppp… slluurrpppp… ssllluurrppp…” suara2 jilatanku yang terdengar dari aktifitasku.

”… sssttttt… ssstttt… oohhhh… ohhhhh…”

Jawab bibi dengan desahnya karena rangsanganku.

Dengan posisi seperti ini, tanganku pun tak tinggal diam. ku telusupkan salah satu tanganku kedalam rok yang dipake bibiku.

Kurasakan cd bibi sudah sedikit basah.. ku usap2 kemaluan bibi dari balik cd nya.

”… ssseetttt… ohhh… ndriii… ssseerrttt… ohhhh…” desah bibi menikmati rangsanganku.

Setelah kurasa puas bermain2 dengan payudara bibi, akupun melepasnya..

Kurasakan hujan semakin deras, tapi didalam gubuk justru terasa semakin panas..

Posisi ku sekarang masih disamping bibi dengan setengah berdiri dengan lutut sebagai tumpuanya..

Kurasakan bibi mulai menurunkan celana berikut cdnya, burungku sudah sangat tegang, dan terlihat mengacung acung seperti mencari sangkarnya..

Melihat burungku yang sudah mengeras bibi pun tersenyum dan menggodaku..

”… wis tangi ngono ndri.. wes ra sabar to arep mlebu tempike bibi…” (… udang bangun ndri.. udah ga sabar ya pengen masuk memek bibi)…

”.. iyo lah bi… kan wis seminggu ra tau ngenthu tempike bibi…” (iya lah bi.. kan udah seminggu ga pernah ngewe memek bibi) jawabku dengan vulgar karena sudah terpancing ucapan2 bibiku ini.

Setelah itu kulihat bibi sedikit membangkitkan dan memiringkan tubuhnya ke arah burungku. Beberapa saat bibi memandangi dan membelai2 burung ku.. dan kemudian..

”… cup… cup… sluruppp… slluurrpp… cup…”

Bibi mengkecup2 dan menjilati burung ku..

Akupun merasakan nikmat yg begitu luar biasa ketika bibi melakukan hal itu padaku.

”… ahhh… ahhh… bi… enak bi… ahh…” desahku sambil memegangi kepala bibiku.

Kejadian itu kurasakan tak begitu lama, karena bibi tiba2 melepas burungku dari kulumanya..

”… ayu ndri.. langsung wae… bibi yo ga sabar pengen dikenthu pelimu…” (ayo ndri.. langsung aja.. bibi juga udah ga sabar pengen diewe kontol kamu) ucap bibi dengan senyum nakalnya

Akupun bangkit menuju kebawah bibiku, dan melepas celana yang masih melorot diatas lututku. setelah berada dibawah bibi kusibakan rok bibi sampai atas perutnya. dan kemudian ku tarik cd bibi yang masih menutupi kemaluanya.

Kini dihadapanku tersaji tubuh bibi yang terasa sangat menghoda. merasa terus diperhatikan olehku, bibi pun kembali tersenyum padaku.

”… ayo cayank… cepet…” hanya itu yang terucap dari bibiku

Dan tanpa membuang buang waktu… ku pegang leher burungku dan kugesek gesekan pada bibir kemaluan dan kelentit bibi… kurasakan kemaluan bibi sudah sangat basah dan becek..

Dan setelah puas, ku dorong secara perlahan burungku kedalam kemaluan bibiku.

”… sssllleeebbbb… bbllleeessss…“…

”… aahhhh… aaahhhh…” desah bibiku ketika ku berhasil menancapkan burungku

Kurasakan kehangatan yang sungguh nyaman dalam posisi seperti ini.

”… ssttt… ohhh…” nikmat sekali kelamin bibiku ini, rasaku dalam hati

Dan secara perlahan ku gerakan burungku agar mendapat rasa yang lebih nikmat lagi.

”… pllookk… pplllloookkk… crrrokkk… croookkk…“terdengar suara2 alat kelamin kami beradu.

”… sssttt… oohhh… ndriii… enak tenan pelimu ndri… ssttt… ahhh…” desah bibi yang membuat ku tambah semangat menggenjot kemaluan bibiku…

Hampir 15 menitan aku menggalui bibiku dengan gaya seperti ini. akupun sangat2 menikmati persetubuhan ini…

”… ohhh… biii… ohhhh… enak bii… ohhh… ahhh… ahhhh…” desahku sambil terus mempercepat kocokanku…

”… plllokkkkkk… pllookkkkk… pplllloookkkkk… ashhhh… aahhh…”

Kurasakan gerakan2 bibipun semakin liar dan..

”… ohhh… ohhhh… ndriiii… ahhh… sseerrrr… ssseerrrr… creeettt… crrettt… hhahhh… haghhh… hhhahhh…” desah bibi ketika sampai pada orgasmenya..

Mengetahui bibi telah sampai, akupun mempercepat kocokan ku lagi… dan..

”… pplllokkk… pllllooookkk… plokkkk… ohhh… bii… biiii… bii.. murniii… ohhhh… ahhhh… crrroootttt… crrooottt… crrottt…” kuhujamkan burungku sedalam dalamnya ke kelamin bibiku… kudiamkan beberapa saat burungku didalamnya, sampai kurasa pejuhku sudah tak mentes.

Setelah beberapa saat beristirahat, aku pun bsngkit dari atas tubuh bibi dan mecabut burungku dari dalam kemaluan bibiku.

Kulihat pejuh dan cairan nikmat bibi ikut mengalir keluar.

Aku kemudian kembali memakai celanaku, dan

Kulihat bibi juga meraih cd nya untuk digunakan membersihkan kemaluanya…

”… ihhh… akeh tenan toh pejuh mu ndrii…”(banyak banget pejuh nya ndri) ucap bibi sambil tersenyum…

”… iyo lah bi… wis seminggu kan ga entok jatah…” jawabku dengan ikut tersenyum..

Setelah selesai mengelap kemaluannya, bibi kemudian menurunkan rok dan kaos yang td tersingkap, dan tak memakai cd nya karena kotor.

Sejenak kulihat keluar gubuk untuk memeriksa suasana.. walaupun sudah tidak lebat, namun masih gerimis.

”… ejih gerimis bi.. piye iki…” (masih gerimis bi.. gimana ini) tanyaku pada bibi saat kembali kedalam gubuk..

”… iyo wis gapopo lah ndri, mulih wae.. wis sore iki…” (ya udah ndri gapapalah, pulang aja.. udah sore ini) balas bibiku..

Walau sedikit gerimis ahirnya, ahirnya kamu putuskan untuk segera pulang. kubawa bakul besar yang berisi tomat dan beberapa syur lainya. Sedangkan bibi membawa bakul yg ukuranya lebih kecil.

Kami pun menelusuri jalan setapak yang agak licin karena habis diguyur hujan.. aku berjalan dibelakang mengikuti bibiku.

Selama perjalanan terus kuperhatikan bokong bibi yang tanpa cd, dan terus begerak2 seakan2 meminta diremas… dan sedikit membangkitkan nafsuku lagi..

Ahirnya kami sampai dirumah, dengan keaadan basah karena gerimis, aku dan bibi masuk dari pintu belakang untuk menuju dapur.

Setelah di dapur, kami meletakan barang bawaan kami…

”… langsung adus ndri.. loro ngkoan…” (langsung mandi ndri… sakit nanti) suruh bibi..

”.. iyo bi…” jawabku.

Akupun berjalan kedepan dengan niat mengambil handuk untuk mandi.. tapi setelah disana, kulihat kakek dan nenek tertidur dibangku panjang ruang tamu.

Melihat keadaan itu akupun mengurungkan niatku untuk langsung mandi dan kembali kedapur menuju bibiku berada. aku yang sepanjang jalan disuguhi bongkahan indah milik bibi memang sudah kembali sangat bernafsu..

Didapur kulihat bibi masih memberesi barang2 bawaan kami.. bibi terlihat sedikit kaget saat aku datang..

”… lah kon adus malah mbalik neh, piye toh ndri…” (.. lah disuruh mandi malah balik lagi, gimana sih ndri) ucap bibi..

”… simbah podo turu bi… aku arep iki neh…” (kakek nenek pada tidur bi, aku mau ini lagi) jawabku dengan pelan dan sambil meremas bokong bibiku.

Tanpa berlama lama, segera kunaikan rok bibi sampai ke pinggangnya… dan dengan cepat aku juga memlorotksn celanaku.

Rasanya ingin segera kumasuki kelamin bibi dari posisi belakang…

Kuremas2 bokong bibiku, kemudian ku arahkah burungku ke arah kemaluan bibi da… sssllleeebbb… bbblllessss… ahhhhh… ahhhh…” desah kami bersama2 tapi dengan suara yang lirih…

Sambil memaju mundurkan burungku dikemaluan bibi, aku pun meremas2 payudara bibi dari luar bajunya…

… plllokkk… plllokkkm. pplllokkkm… suara kelamin kami beradu… walaupun aku mengocok secara perlahan, namun suara itu tetap terdengar.

Setelah kira2 15 menitan.. ahirnya kurasaksn nafsuku sudah tak dapat ku bendung lagi…

”… plllokkkkk… ppllloookkk… crrootttt… crrroottt… ohhh… ohhhh…

Dan… ohhh… ohhhh… serrr… serrr… crretttt… crrtt…

Desah kami karena mendapat orgasme bersama sama…

”… uhhh… enek simbah loh, kobangan piye…” (uuhhh ada kakek sama nenek, ketahuan gmn) protes bibi tapi tidak terlihat marah.

”… wis ra tahan bi… ndelok bokong bibi kawit neng dalan…” (udah ga tahan bi, lihat bokong bibi dari masih dijalan) jawabku dengan tersenyum puas…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu