1 November 2020
Penulis —  Mekangkang

Pesugihan Gunung Kemukus

Chapter 8: Hari Bahagia

Esok harinya kuterbangun pukul 08.00 pagi.

“Wik wik wik wik wik, wik wik wik wik, wik wik wik wiiiiek”

Terdengar nada dering lagu thailand dari HP baruku lalu bergegas kubuka barangkali Veronica.

Ternyata bukan veronica, saat ku angkat ada seseorang yang memberitahuku bahwa mobil Lamborghini Veneno yang aku pesan sebelumnya pekan lalu telah datang dari Italia dan aku harus mengurus dokumen bea cukai dan Form A (berkas prosedur impor).

Padahal hari ini aku sudah ada janji dengan Veronica namun ada-ada saja kegiatan tak terduga hari ini.

Terpaksa aku bergegas menuju dealer Lamborghini dengan memesan layanan G*jek agar aku nanti bisa langsung membawa pulang mobil baruku.

Setelah sampai tempat aku langsung mengurus semua surat-surat sampai memakan waktu 1 jam lebih.

Setelah kuselesaikan semua administrasi tersebut aku segera menghampiri Veneno ku.

“Wow ini benar-benar keren”, batinku sambil menaikinya.

Aku memang sudah punya sim A karena saat masih menjadi kuli aku sering bolak-balik toko bangunan membawa besi, pasir atau semen dengan mobil pick up sewaan melalui medan yang terbilang sangat sulit menjadikanku sangat ahli dalam menyetir mobil.

Walaupun begitu tetap saja aku sedikit bingung dengan sistem operasi mobil Veneno ini karena begitu banyak tombol.

Aku pencet saja tombol “city” dan aku mulai mengendarainya, lalu dengan mobil baruku aku bergegas menuju ke Starbutt untuk menemui Veronica.

Kuparkirkan mobilku dan kutemukan di kursi outdoor kulihat seorang gadis sedang duduk sendirian dengan senyuman hangat menyambut kedatanganku. Segera ku duduk di kursi di hadapannya.

B: Maaf ve aku terlambat.

V: nggak papa kok, aku juga baru datang.

B: Kamu kesini naik apa?

V: Tadi di anter sama ayah, pulangnya nanti juga dijemput sama ayah.

Setelah beberapa menit kami berbincang akhirnya veronica mulai curhat tentang keluarga besarnya yang akhir-akhir ini selalu ribut berebut warisan.

Dia juga risau karena kehidupannya yang tidak bebas, kemanapun dia pergi harus lapor dan diantar ayahnya.

Lalu aku mendapat ide, hari ini aku harus menghibur gadis manis yang sedang sedih ini.

Kami habiskan kopi yang tadi kami pesan lalu aku mengajaknya masuk mobil baruku.

Sejenak veronica terkesan dengan mewahnya mobilku, lalu kubawa dia ke taman bermain.

Aku dan dia bermain sepuasnya seperti anak kecil sejenak menghilangkan duka yang dia rasakan.

Sampai sore kira-kira pukul 15.00 akhirnya ayahnya menelfon, kulihat veronica menatapku sambil menjawab telepon dari ayahnya.

“Aku nanti nginep di rumah temenku yah”, ucap veronica lalu menutup teleponnya.

“kode keras nih gas!”, batinku berseru.

Kami lanjutkan bersenang-senang di taman bermain ini.

Tak tersa waktu cepat berlalu sampai kini langit mulai gelap.

Ku ajak dia ke tempat karaoke, di dalam ruangan yang tertutup ini kami menyanyikan beberapa lagu sampai kelelahan.

Kupesan minuman kopi karena kami berdua tak terbiasa dengan minuman keras.

Saat beristirahat aku mencoba merapatkan tempat dudukku mendekatinya, tiba-tiba dia juga meresponku dengan menyenderkan kepalanya di bahuku.

“Makasih ya kak, udah buat aku seneng hari ini”, ujarnya.

Lalu kuberanikan diriku untuk menggeser tubuhku, kupegangi pelan kepala belakangnya untuk mengecup bibirnya.

“Cup”, bibirku menyentuh bibir manisnya.

Saat ku menciuminya, pergerakan bibirnya sangat aneh dan tidak beraturan.

Sepertinya dia pemula dalam hal ini.

Namun walaupun begitu, ciuman kami makin panas, kucoba mencari lidahnya namun sejenak kemudian dia menarik kepalanya.

“maaf kak”, ucapnya sambil tertunduk malu.

Lalu dia bercerita bahwa ciuman tadi adalah ciuman pertama dalam hidupnya, karena sewaktu masih sekolah dia benar-benar belum pernah pacaran.

Aku juga jadi salah tingkah dengan keadaan canggung ini.

Pukul 9 malam kubawa dia menginap di hotel berbintang dengan memesan kamar*“Presidential Suite”* yang biaya sewa semalamnya bisa mencapai 100jt.

Aku hanya menyewa satu kamar namun tidak terlihat penolakan dari veronica, dia tetap mengikutiku kemana aku pergi.

Kami mandi namun tetap masih memakai pakaian yang sama karena kami berdua tidak membawa baju ganti.

Lalu kami tidur berdampingan di kasur yang sama hanya terbatas 1 guling karena inisiatifnya meletakkan guling sebagai pembatas.

Walaupun aku sebenarnya tergolong orang mesum namun aku tak tega menodai gadis polos yang masih tak tahu apa-apa ini secara paksa.

Waktu terus berjalan dan semakin malam, kuamati dari balik guling dia sering mengganti posisi tidurnya tanda dia sedang gelisah.

Dari balik guling aku mencoba memulai percakapan:

B: belum tidur ve?

V: belum kak, nggak bisa tidur nih.

B: Iya wajar, hari ini kan kita minum kopi dua kali.

V: Gara-gara kakak sih tadi pesen kopi mulu (sambil cekikikan)

Kami berbincang sampai kami kehabisan bahan obrolan, kemudian suasana kembali hening canggung.

Lalu dengan nekat aku singkirkan guling pembatas diantara kami berdua, melemparnya ke lantai.

Kudekati tubuhnya, kuelus pipinya secara halus, lalu kembali ku cium seperti tadi waktu di room karaoke dan tidak ada penolakan darinya.

Kali ini ciuman kami terasa makin hot, kukecup bibirnya dengan lidahku kucari lidahnya kemudian lidah kami saling berpangutan sangat romantis.

Kurasakan nafasnya makin memburu tanda bahwa dia nafsu.

Aku coba memeluknya beberapa saat, kuhayati pelukan mesra ini terasa hangat tubuh mungilnya berada didekapanku.

Kutanggalkan semua pakaian yang melekat ditubuhku, lalu menyusul protes darinya.

“Mau apa kak?”, tanya veronica dengan nada khawatir.

“Sssst”, ku arahkan telunjukku ke bibirnya.

Setelah prosesi pelukan, ku mundurkan tubuhku, kuposisikan tubuhku kini tepat dibelakangnya.

Dari belakang kembali kupeluk mesra tubuhnya dan ku mencoba menggosok-gosok perutnya tak ada penolakan, semakin keatas dengan dua tanganku kuremas-remas dua bongkah payudaranya dari balik kaos yang dia kenakan, namun kekenyalannya terhalang BH yang dia kenakan.

“Dibuka aja ya sayang”, sambil ku mengecup menjilat telinganya.

Dia tidak menjawab namun malah mengerang keenakan saat kujilati telinganya.

Kini nafsu sudah menguasai dirinya.

Langsung saja ku buka kaosnya, terlihatlah kulit putih mulus tanpa noda sedikitpun dihadapanku.

Kupelorotkan celana jeans yang dia kenakan.

Kutanggalkan Bhnya kemudian kini tubuh mulus veronica telanjang hanya berbalut CD putih yang menutupi vaginanya.

Ku remas-remas dua bongkah payudara besarnya sambil kembali kujilati telinga dan pipinya.

“Aaahhhh”, desahnya.

“Enak sayang?”, tanyaku.

“Hmmmpsh he em kak, enaaak” ujarnya sambil mendesah.

Kubalikkan badannya namun masih tetap tanganku mengelus-elus tubuh mulusnya dan tak lupa meremas payudaranya.

Dengan mulut mungilnya yang masih terbuka mengeluarkan desahan-desahan menggoda aku kecup mulut manisnya untuk membuatnya diam.

Namun dia malah makin mendesah liar dengan mulutnya yang kini tertutup mulutku, “haaammmm mmmmm mmmm”, desahnya sambil tangannya memeluk erat tubuhku.

Kemudian ku baringkan tubuh mulusnya, ku renggut satu-satunya kain yang menutup tubuhnya.

Kulihat sudah becek, langsung saja ku arahkan kontol tegangku ke arah vagina gadis ini.

“Sempit sekali nih lubang”, batinku.

Kutusukkan saja kontolku ke dalam vaginanya dan blesssh masuklah kontolku ke dalam liang vaginanya, lalu dia tiba-tiba menjerit “aaaaaaakkkk sakiiit”.

“Ternyata seperti ini rasanya merawanin anak orang”, batinku dengan bangga.

Sebentar kemudian kuperhatikan dia menangis kesakitan.

Kucabut kontolku karena aku benar-benar kurang berpengalaman untuk menjamah gadis perawan.

Ditambah lagi aku sangat kasihan dengan melihat matanya mengeluarkan air mata, tak apalah kentang daripada melihatnya menderita.

Keluarlah darah perawan segar dari vaginanya saat kontolku kucabut.

Kuputuskan untuk tidak melanjutkan perbuatan mesumku kepadanya.

Lalu ku bersihkan darah perawan yang mengalir dari vagina veronica dengan handuk hotel.

Lalu ku kecup bibirnya sambil berkata “maafin aku ya ve”.

Dia hanya terisak menangis tanpa menjawab permintaan maafku.

Setelah kurasa vaginanya cukup bersih dari noda darah, kemudian dengan tubuh mulusnya masih telanjang ku selimuti tubuhnya.

Ku pakai celana dalamku kemudian aku mencoba tidur dengan posisi miring memunggunginya.

Sesaat kemudian aku terkaget di dalam selimut tiba-tiba dia memelukku dari belakang sambil mengecup leherku.

“Kak bagas aku sayang kamu, jangan tinggalin aku ya kak”, katanya dibalik selimut sambil memelukku dari belakang.

Kubalikkan tubuhku kupeluk dia, kuposisikan dalam posisi senyaman mungkin lalu akhirnya kami berdua tertidur dengan tubuhnya masih dalam keadaan telanjang.

Pagipun menjelang, ku antarkan veronica menuju ke rumahnya.

Di dalam mobilku kini aku dan dia tetap bisa bercanda seperti biasanya, dia seperti melupakan kejadian semalam.

“Kak, ini ku kayak ada yang ganjel gitu kak”, ucapnya sambil tersenyum mengacungkan jarinya ke arah vaginanya.

“Emangnya itu kamu kenapa ve?”, tanyaku pura-pura polos.

“Yee, kan kak bagas yang tadi malem nusuk, bikin ini ku sekarang jadi rasanya ganjel gini”, ucapnya sambil bercanda.

Aku merasa tenang karena veronica membuat perbuatan mesumku menjadi candaan yang berarti dia telah rela kuperawani tadi malam walaupun hanya satu celupan membuatku kentang.

“itu kamu masih sakit ve?”, tanyaku.

“Udah nggak sakit kak, cm kayak ada yang ganjel gitu, kakak harus tanggung jawab nih obatin aku”, katanya sambil cekikikan.

“Yaudah, besok-besok sering-sering aja latihan sama aku ya ve, nanti sambil ku obatin”, kataku bercanda juga.

“ih maunya”, jawabnya sambil tiba-tiba mengecup mesra pipiku.

Selesailah perbincangan kami, akhirnya kami sampai di rumah mewah milik orang tua veronica.

Entah ini rumah ke berapa karena menurut cerita veronica, di setiap kota besar pasti terdapat rumah milik orang tuanya.

Kulihat jam tanganku ternyata masih pagi, pukul 07.00 akhirnya aku beranikan diriku masuk ke rumahnya bertemu dengan ayah dan ibu kandung veronica.

Mereka belum berangkat bekerja karena masih pagi.

Pak Steven dan Bu Mira.

Mereka berdua menyambutku dengan hangat entah apa cerita yang dikarang veronica hingga aku yang mengantarnya pulang pagi-pagi seperti ini tidak dimarahi oleh kedua orang tuanya.

Mungkin dia mengaku menginap di rumah teman ceweknya, dan aku hanya mengantarnya saja.

Lalu aku diajak pak Steven berbincang mengobrol tentang bisnis.

Aku benar-benar tak paham dengan istilah-istilah rumit yang dikatakannya, namun walaupun begitu aku tahu bisnis apapun didunia ini pasti melibatkan uang.

Dan aku kini punya mesin pencetak uang.

Setelah mengobrol beberapa lama aku ditawari untuk memegang 1% saham M*tahari departmen store.

Aku mendengarnya mendapatkan ide cemerlang,”kenapa tak ku kuasai saja seluruh aset M*tahari department store di negeri ini, pekerjaan itu sangat cocok bagiku dengan keadaanku sekarang yang kaya raya.

Aku melihat sekeliling ruang tamu, hanya ada pak steven dan aku, entah dimana veronica dan ibunya.

Ku keluarkan kerisku dari balik jas belakangku, kuminta pak steven menurutiku.

Akhirnya dia jual seluruh aset M*tahari department store kepadaku 100%.

Sebenarnya aku bisa saja membuat dia menyerahkan department tersebut tanpa syarat, namun aku juga punya belas kasihan terhadap keluarganya.

Selama ini keluarga besar veronica bertengkar karena harta mereka masih dalam bentuk aset sehingga sulit dibagi, sekarang karena aku membelinya membuat bentuk hartanya kini menjadi bentuk uang.

Akhirnya aku bisa membantu menyelesaikan masalah internal keluarga besar veronica, satu kali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

Pak Steven mengambil kertas dokumen dan aku menandatangani dokumen tersebut sebagai tanda bahwa akulah sekarang pemilik sah dari Department tersebut.

Lalu aku berpamitan untuk pulang, aku menyalami kedua orang tuanya dan veronica mengantarku sampai depan mobilku.

Setelah itu aku pamit untuk pulang kepada veronica, lalu tanpa diduga didepan mobilku sebelum aku pergi, dia mengecup bibirku “cup”, “hati-hati kak”, ucapnya.

Dengan perasaan berbunga-bunga akhirnya aku menginjak gas menuju ke rumah.

Akhirnya aku sampai ke rumah, kuparkirkan mobilku dan aku masuk ke rumahku yang baru.

Kulihat di dalam ada ibuku duduk dengan perutnya membuncit karena sekarang sedang mengandung anakku yang umur kandungannya kini 7 bulan.

“Pakne dimana bune?”, tanyaku.

“Lagi ke sawah le”, sahutnya.

“Kesempatan emas nih, tadi malam kan aku kentang, sekarang disini ada wanita hamil terduduk sendirian yang sepertinya sebentar lagi bakal menampung sumbangan pejuku”, batinku.

Sudah lama aku tak menyentuh tubuh molek ibuku, sudah lama pula kontolku ini tak pulang ke rahim tempat lahirku dulu, kini kontolku sudah haus akan jepitan daging ibuku.

Kumatikan TV, mulai saja ku buka bajuku dan mendekati ibuku yang sedang duduk di sofa merah ruang TV.

Ibuku agak terkaget dengan ulahku, namun sejenak kemudian ibuku menatapku mengetahui kemauanku yaitu untuk menikmati tubuhnya.

Ciumanku mendarat di bibir merahnya, kuciumi ibuku sampai dia kehabisan nafas. Kuturunkan tanganku ke area dadanya.

Kuraba-raba kedua toketnya dibalik daster dan aku tak menyangka beberapa kali kuraba ternyata bagian depan toketnya makin basah.

Ternyata toketnya sudah mulai mengeluarkan ASI.

Kontolku tak butuh waktu lama untuk berdiri maksimal.

Bagaimana tidak, sekarang tepat dihadapanku tersaji wanita cantik montok dengan dua toket membengkak yang kini mulai mengeluarkan air susu yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.

Dengan tidak sabar ku buka dasternya lalu langsung ku kenyot puting payudara ibuku, sekali lagi aku kembali menyusu seperti waktu aku bayi, bedanya sekarang adalah keadaan kontolku yang menegang karena sangat bernafsu untuk menyenggamai ibu kandungku ini.

“aaahhhh pelan-pelan… sakit… jangan digigit”, perkataan ibuku disela-sela rintihan keibuannya.

Aku tak menjawab hanya tetap mengenyoti puting payudara ibuku secara bergantian kanan-kiri dengan sesekali kugigit kecil membuatnya sesekali menggelinjang kesakitan agak kegelian.

“Brakkkk”, suara jatuhnya vas bunga yang berada di dekat pintu.

Lalu tak ku sangka kulihat ayahku berdiri tegak di hadapanku dan ibuku.

“Apa-apaan ini bune?”, ucap ayahku dengan nada marah.

Ibuku buru-buru merapikan dasternya kembali namun masih sedikit terlihat bongkahan toketnya yang membengkak karena dia merapikan secara terburu-buru.

Tadinya aku takut dengan perkataan ayahku yang emosinya meledak-ledak.

Namun kuberanikan diriku agak sedikit menggertak.

Dengan detail kuceritakan apa yang terjadi sebenarnya di gunung kemukus, termasuk saat aku pertama kali menyenggamai ibuku, ibuku diperkosa orang banyak saat ritual, diperkosa saat diparkiran, diperkosa pak RT dan bodyguardnya kemarin, hingga persenggamaanku dengan ibuku yang secara sembunyi-sembunyi juga kuceritakan pada ayahku.

Kujelaskan kepada ayahku bahwa sudah berliter-liter sperma telah masuk ke tubuh isterinya tersebut dan aku juga mengaku bahwa anak yang dikandung isterinya adalah darah dagingku.

Seketika kemudian ayahku terduduk lemas tak bertenaga karena shock.

Ibuku juga terduduk lesu.

“Ini semua juga salahmu pakne, sejak awal pakne yang ngijinin bune melakukan ritual dengan orang lain, kalau orang lain yang nggak dikenal saja boleh menyenggamai bune kenapa aku anak kandung yang sudah pakne kenal sedari kecil nggak boleh?”, ucapku dengan nada tinggi juga.

“Sekarang semuanya sudah terlanjur jadi seperti ini, sekarang terserah pakne mengambil keputusan seperti apa kedepannya”, ucapku menambahkan sambil menurunkan nada tinggiku.

Lalu dengan terkaget aku lihat ayahku maju ke arahku, kukira dia hendak memukulku.

Ternyata dugaanku salah.

Ayahku menghampiri ibuku yang masih terduduk di sofa merah.

Dirobeknya dengan paksa daster ibuku, kini tubuh mulusnya, toket dan vaginanya terpampang dengan sobekan-sobekan daster yang compang camping robek dimana-mana.

“Dasar lonte!”, ucap ayahku kepada bune.

Segera ayahku lucuti pakaiannya sendiri dan langsung menusuk memek ibuku dengan kontolnya yang ukurannya sedikit lebih kecil dari punyaku namun tetap berurat, lalu dia maju mundurkan.

“Plok-plok-plok-plok”, bunyi kedua kelamin saling bertemu.

Aku masih terdiam berdiri membisu melihat adegan di depanku.

Tiba-tiba ayahku berhenti menggenjot, lalu melepaskan batang kontolnya dari vagina ibuku.

Dan hal tak terduga kembali ku dengar dari mulut ayahku.

“Ayo le kita entot ni lonte secara bergantian, sekarang giliran kamu”, kata ayahku.

“Gila ini sama saja ayahku mengajak three some”, ucapku dalam hati.

Mendengar persetujuan dari ayahku, aku langsung saja melucuti seluruh pakaianku lalu kuarahkan kontolku tepat ke lubang memek ibuku dan tanpa halangan blessssh.

Masuklah semua batang kontolku terbenam ke vagina ibuku lalu kupompa secara cepat.

“Plok-plok-plok-plok”, suara kelamin beradu kembali terdengar.

Suara desahan merdu dari ibuku langsung terdengar menggema di ruangan ini.

Kulihat ayahku menciumi bibir ibuku dan sesekali mengenyot air susu dari puting payudara ibuku.

“Aduh memek bune enak banget”, rancauku sambil menggenjot memek ibuku dan meremas-remas kedua payudaranya sampai air susunya muncrat kemana-mana membasahi sofa.

“Terus le genjot ni lonte biar kapok”, sahut ayahku.

Setelah beberapa lama ayahku meminta gilirannya.

“Gantian le”, ucap ayahku.

Lalu kami menggenjot memek ibuku secara bergantian setiap 5 menit sekali.

Setelah 2 jam dan beberapa kali bergantian, kurasakan ada yang ingin keluar dari kontolku. Kuremas-remas kedua toket bengkak ibuku dan kucium bibir manisnya sambil menyedot lidahnya.

“emmmh emmmh emmmh”, desahanyya tak jelas karena lidah manisnya ku kulum.

Kupercepat tempo tempurku dan akhirnya crooot crooot crooot crooot, spermaku muncrat sejadi-jadinya ke dalam rahim ibuku menyirami bibit tanamanku agar subur.

“Gantian le”, ucap ayahku kemudian memposisikan kontolnya tepat di depan vaginanya.

Belum sempat spermaku keluar, tiba-tiba ditusukannya kembali kontol ayahku yang berurat ke dalam vagina ibuku.

Kini kembali vagina ibuku digenjot cepat oleh ayahku dan dengan kecepatan penuh dan croottt croot crooot, ayahku juga mengeluarkan spermanya di vagina ibuku.

Kemudian kami bertiga kelelahan.

“Semua sudah terlanjur le, mulai sekarang pakne izinin kamu ngentot ibu kandungmu kapanpun dimanapun, lagipula kita bisa kaya seperti sekarang berkat kalian berdua, tapi kalian harus hati-hati jangan sampai tetangga ada yang tahu tentang hubungan sedarah kalian ini”, kata ayahku.

“iya pakne, makasih”.

Lalu ayahku berdiri lalu mengecup bibir ibuku dengan mesra.

“cup”

Kemudian beranjak meninggalkan kami berdua.

Kulihat tubuh ibuku terkapar memamerkan perut buncitnya, ceceran air susu ibuku muncrat dimana-mana membasahi sofa dan lantai.

Dari dalam vaginanya meleleh peju kental sisa pertempuran kami bertiga.

Lalu karena melihat ibuku dalam keadaan seperti itu aku jadi nafsu kembali dan dengan segera kusiapkan kembali kontolku.

Kuseka sperma yang meleleh tersebut dengan kontolku lalu ku hantam-hantamkan kepala kontolku yang belepotan sperma ke arah perut ibuku yang membuncit.

Kini perut ibuku menjadi mengkilap penuh sperma, kuarahkan kontolku ke anus ibuku.

“Aaaakkk”, rintih ibuku ketika terbenam seluruh kontolku ke anusnya.

Lalu tanpa bosan kembali ku genjot anus ibuku ini.

“Plok-plok-plok-plok-brooot suara merdu gesekan kelaminku dengan anus ibuku yang sesekali terdengar seperti orang kentut karena ada udara dari dalam anus ibuku.

Kembali kuremasi toketnya kali ini ku pilin-pilin putingnya dan kulihat ibuku mengejang prtanda dia orgasme.

Saat orgasme tubuhnya mengejang, air susunya muncrat lebih deras daripada saat ku pilin-pilin.

Air susunya muncrat kemana-mana membuatnya sangat erotis.

Dengan rangsangan visual semesum itu aku genjot kembali dengan kecepatan penuh dan kembali crooot croot crooot, spermaku kini menghujani anusnya yang merah merona.

Puas rasanya aku.

Lalu aku tertidur karena kelelahan, saat malam, tidurku terusik dengan suara berisik di sekitarku.

Ternyata ayahku kembali menggenjot tubuh mulus ibuku yang lemas sedari tadi belum beranjak dari posisinya di sofa.

“Sudah bangun kamu le? Sini bantu pakne muasi ibumu”, ucap ayahku sambil menggenjot anus ibuku.

Ku kembali bangun dan mempersiapkan kontolku.

Malam itu kami bertiga melakukannya sampai puas tiada tara.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu