1 November 2020
Penulis —  Mekangkang

Pesugihan Gunung Kemukus

Chapter 4: Gerbang Dimensi

Pukul 8:20

Sampailah aku dan ibuku di rumah sederhana kami karena jalan yang kulalui tadi sepi maka aku bisa sedikit ngebut.

Kemudian ibuku masuk rumah, sedangkan aku memarkirkan motor di samping rumah.

Seperti biasanya jam segini ayahku sudah berangkat ke sawah pak RT.

Bune: Gas, kamu lapar?

Aku: iya bune.

Bune: Yaudah, bune ganti pakaian, mandi dulu terus ke pasar, kamu pengen makan apa?

Aku: mau makan berduaan sama bune.

Bune: Hus, kalau dirumah jangan gombal gitu nanti ketahuan pakne lho.

Aku: hehehe.

Aku hanya cengengesan sambil duduk di ruang tengah, menyalakan TV, sambil nonton Tayo.

Lalu ibuku beranjak pergi ke belakang untuk mandi.

Setelah selesai mandi dan ganti baju, seperti ibu-ibu pada umumnya ibuku kini mengenakan baju dan rok panjang sopan tertutup dan tidak lupa seperti biasanya saat keluar rumah ibuku mengenakan jilbab.

“Kamu mau makan apa mumpung masih ada uang sisa kemarin?, jawab yang serius!”, kata bune.

“iya deh serius ni bune, emmm ayam kampung aja bune, udah lama kita nggak makan ayam kampung”, jawabku.

Ibuku menyaut ”oke deh, tapi nanti kamu yang bersihin bulu dan jeroannya ya!”

“Siap boss”, kataku.

Ibuku menghampiriku yang sedang asyik duduk di depan TV.

Lalu tiba-tiba ibuku menghalangi pandanganku dari layar TV.

Namun tak ku sangka, sesaat kemudian ibuku bilang “sayang, lihat nih belum bune copot bendungannya yg tadi malem”, sambil menyibakkan roknya tepat dihadapanku tak memakai celana dalam memperlihatkan memeknya yang masih ditutupi plaster tipis.

Lalu dia tersenyum, bergegas beranjak pergi ke pasar tanpa memakai CD.

“Gila, nggak dicopot plaster yang tadi malem, mana nggak pake cawet lagi, sepertinya akibat diperkosa orang2 asing waktu itu sisi exhibisionist ibuku mulai bangkit nih, aku harus memanfaatkannya”, kataku dalam hati.

Tak sampai 10 menit ibuku pulang sambil membawa keranjang berisi jago besar ayam kampung dan bumbu tradisional.

Memang pasar tradisional tak begitu jauh dari tempat tinggalku, Lalu aku menghampirinya, mengambil keranjangnya. Aku mengambilnya lalu memotong ayam tersebut.

Setelah selesai kubersihkan lalu ibuku mulai memasaknya cukup lama.

Saat ayam matang, ayahku pulang dari sawah lalu membersihkan dirinya dan segera menginterogasi ibuku.

Pakne: Tumben masak ayam, gimana ritual tadi malam sama si burhan bune?

Bune: Iya pakne sekali-kali makan ayam, ritualnya nggak gimana-gimana pakne.

Pakne: Ha?

Bune: Lancar maksudnya pakne.

Lalu ayahku tak berniat mencari tahu lebih lanjut karena kutahu dia terbakar api cemburu dengan burhan yang sebetulnya hanya karangan ibuku saja tersebut.

Ayahku tidak tahu bahwa akulah yang sebenarnya tadi malam melakukan ritual dengan ibuku.

Aku dan ibuku berniat menyembunyikan ini jangan sampai ayahku curiga perbuatanku dengan ibuku yang telah beberapa kali melakukan pergumulan terlarang.

Lalu kami semua makan nasi ayam dengan lahapnya karena tidak mesti setahun sekali dapat merasakan ayam.

Waktu demi waktu berjalan, disuatu pagi seperti biasa ayahku telah berangkat ke sawah dan dirumah hanya ada aku dan ibuku.

Aku melihat ibuku mulai mengeluh mual muntah, dan kutahu itu merupakan gejala awal wanita hamil. Ibuku berkata lirih “Gas, bune kayaknya hamil anakmu”.

Janin di perut ibuku bukan kaleng-kaleng, dia merupakan pemenang perlombaan ninja warrior antara sel spermaku dengan sel sperma lainnya yang kini telah memenangkan sel telur ibuku.

Aku minta ibuku merahasiakan hal ini dari ayahku dan aku punya rencana untuk mengelabuhi ayahku.

Aku: Bune, aku punya rencana sebelum kandungan bune membesar.

Bune: Rencana apa sayang?

Aku: Bune nanti malam menggoda pakne sampe muncrat.

Pas udah muncrat bune pura-pura masukin peju pakne ke dalam memek bune biar pakne ngira nanti hamil sama peju pakne, tapi jangan sampai pejunya masuk beneran karena itu dilarang di peraturan ritual.

Bune: Oke gas, sepertinya itu ide cemerlang.

Lalu malamnya aku pantau kegiatan mereka melalui celah pintu.

Seperti biasa ibuku hanya telanjang di depan ayahku yang sedang mengocok kontolnya sendiri, lalu ayahku muncrat, dimuncratkan ke celana dalam ayahku sendiri.

Kasihan batinku punya isteri tp isteri sahnya sendiri tidak mau dientot suami sahnya.

Lalu seperti rencanaku ibuku mulai mendekati ayahku mengamil CD ayahku yang ada spermanya.

Ayahku heran.

Lalu ibuku mundur ke belakang, mengumpulkan air liurnya sendiri secara sembunyi-sembunyi sambil tetap membawa CD ayahku di tangan kirinya.

Lalu dengan berpura-pura sambil mendesah-desah ibuku memasukkan lendir liurnya sendiri ke memeknya dengan tangan kanan.

Dan itu dilihat ayahku.

Ayahku terlihat senang, mengira bahwa yang dimasukkan ke memek ibuku itu adalah spermanya.

“Yes Berhasil, kita aman”, batinku.

Lalu satu bulan kemudian ibuku mengaku hamil karena kejadian palsu memasukkan sperma ayah ke memek ibuku.

Dan bagusnya ayahku percaya dan malah senang padahal janin itu sejatinya adalah anakku.

Hari demi hari, bulan demi bulan kami lalui. Dan setiap malam jum’at pon kami ulangi ritual terlarang antara ibu dan anak hingga lengkap 7x berulang di hotel mawar dengan uang dari ayahku dan uangku untuk menyewa kamar hotel tersebut.

Suatu pagi, ayahku dirumah dan tidak menggarap sawah pak RT karena pakne mengeluh sakit di kakinya, mungkin dia keseleo.

Aku bangun tidur, ayahku masih tidur di kamarnya. Sedangkan kulihat ibuku sepertinya bersiap untuk mandi.

Karena pembaca juga pasti tahu di pagi hari saat bangun tidur semua kontol pria normal pasti dalam keadaan tegang maksimal.

Dan ditambah lagi biasanya aku melakukannya dengan ibuku di pagi hari setelah ayaku ke sawah dan sebelum aku berangkat bekerja sebagai kuli.

Karena nafsu, aku nekat menjamah tubuh ibuku yang masih berbalut handuk di depan kamar mandi walaupun ayahku jelas-jelas di dalam rumah.

Tanpa ba bi bu kusingkapkan handuk bagian bawahnya, lalu ku arahkan kontol tegangku ke memek ibuku.

“Akkkkkkhhhh”, jerit ibuku terkaget dengan kehadiranku.

Kugenjot kasar, ibuku agak kesakitan karena memang tanpa foreplay terlebih dahulu.

Namun itu membuat memek ibuku makin terasa sempit.

Lalu dengan kontolku yang masih menancap di kemaluan ibuku dengan posisi dogy aku seret tubuh ibuku ke dalam kamar mandi sambil sesekali berhenti kusentak-sentakkan dalam-dalam ke memek ibuku, ku tutup pintunya lalu kulanjutkan genjotanku di dalam kamar mandi.

Aku lepaskan kontolku dari lubang vagina ibuku sejenak, lalu kesempatan itu digunakan ibuku untuk berbicara kepadaku.

“Sayang jangan sekarang, nanti kita bisa ketahuan pakne”.

Tanpa menggubris omongan ibuku aku tusukkan kembali kontolku, kali ini ke dalam anusnya yang merah muda.

Kupegang pinggang ibuku, setengah jam sudah aku melakukannya, sesekali ku elus-elus perutnya yang sekarang sudah agak membuncit, kugenjot maju-mundur sampai akhirnya aku merasakan ada yang akan keluar dari rudalku.

Aku genjot lebih kencang nan brutal dan detik-detik terakhir ketika sudah mau keluar aku cabut lalu hentakkan ke dalam lubang vagina ibuku aku dan ibuku sama-sama mengerang kenikmatan, dan crooooot croooot croooot croooot banyak sekali kurasakan spermaku mengisi rahim ibuku yang kini tengah hamil anakku disusul ibuku orgasme surrrrr, kulepas kontolku lalu mengalir cairan campuran spermaku dan cairan orgasme ibuku.

Puas sudah pagi ini aku dapat menuntaskan syahwatku kembali menodai ibu kandungku sendiri yang kini tengah hamil muda.

Lalu tiba-tiba tanpa kusangka ayahku agak berteriak memanggil bune.

“Bunee”, panggil ayahku yang masih terbaring di kasurnya karena beliau sakit.

Aku dan ibuku terkaget tapi aku mencoba untuk tenang.

“Lagi mandi pakne”, jawab ibuku sedikit berteriak.

“mandinya ditunda dulu bune, tolongin pakne, kaki pakne sakit sekali”, ucap ayahku.

Lalu ibuku yang tubuhnya kini penuh keringat dan tetesan spermaku di memeknya belum berhenti mengalir tanpa memperdulikannya langsung saja melilitkan handuk lalu meninggalkanku di kamar mandi, beranjak segera menemui ayahku.

Aku karena khawatir juga ikut menemui ayah dengan kondisiku masih bertelanjang dada dan tubuhku juga masih penuh keringat.

“Kalian habis ngapain kok ngos-ngosan & keringetan begitu?”, tanya ayahku.

“Emm tet tet tet tadi bune habis nyuci pakne,”jawab ibuku gugup.

“Bagas tadi habis olah raga lari kecil”, menyusul jawabku sekenanya.

Disusul ayahku menimpali, “oh gitu”.

Tanpa curiga sedikitpun apa yang barusan aku perbuat pada isterinya, bune tolong pijat kaki kiri pakne, sakit sekali rasanya sepertinya keseleo, kamu juga le tolong pijat kaki kananku le”.

Aku menurutinya, setelah kami pijat tetap saja kakinya tak kunjung sembuh malah kulihat kaki ayahku menghitam dari paha sampai ke mata kaki.

Lalu kami panggilkan bidan setempat, ternyata ayahku harus dibawa ke rumah sakit, bidan tersebut menelfon puskesmas dan menjelaskan apa yang terjadi.

Sejenak kemudian mobil ambulan datang, dengan ambulan puskesmas kami antar ayahku ke rumah sakit.

Aku dan ibuku kaget ketika menerima kabar dari dokter syaraf bahwa kedua kaki ayahku ternyata lumpuh total.

Karena tidak ada biaya untuk merawat ayahku di rumah sakit maka dengan terpaksa kami bawa pulang ayahku dan kami bermaksud merawatnya di rumah.

Ibuku masih setia menemani ayahku di kamarnya, merawatnya dengan kasih sayang dan itu membuatku sedikit cemburu namun kumaklumi karena kondisi ayahku saat ini sangat memprihatinkan.

Ini aneh, ayahku kemarin sehat-sehat saja namun tiba-tiba kok sekarang kedua kakinya bisa lumpuh total gini.

Lalu dukun pijat sekitar rumahku memberitahuku hal yang tak masuk akal.

“Le ayahmu itu kena santet rantai bumi, itu adalah santet tingkat tinggi yang susah diobati. berdasarkan pengalaman mbah, semua orang yang terkena santet ini akan lumpuh kakinya lalu menyusul seluruh tubuhnya menghitam secara perlahan kemudian mati.” Kata tukang pijat tadi.

Aku mendengarnya seakan tak percaya, air mataku menetes.

Ku rahasiakan informasi menyedihkan ini dari ibuku agar ibuku tidak tambah sedih.

Aku bersumpah akan mencari siapa pelaku santet ayahku ini dan memberinya pelajaran.

Dalam hatiku juga berkata, “apakah ini akibat ritual yang kami lakukan salah? Atau karena hal lainnya?”

Lalu dimalam hari yang sunyi aku merenung, meratapi nasibku, mencari kesalahanku sudah lengkap 7x aku ulangi melakukan ritual terlarang dengan ibuku setiap malam jum’at pon tetapi malah ayahku mendapat musibah besar seperti ini.

Lalu beberapa waktu kemudian mataku berat, aku akhirnya tertidur.

Dalam tidurku aku bermimpi, ada seorang pria didepanku dan wajahnya tidaklah asing.

Ya dia adalah diriku sendiri, wajah postur tubuh sama persis dengan diriku mengenakan baju putih.

Dia berkata kepadaku, malam ini pergilah kamu ke watu kumpul.

Yakinlah dan terjun ke bawah.

Lalu aku terbangun.

Mendapat mimpi itu seakan percaya tidak percaya namun mimpi itu begitu nyata.

Tanpa pikir panjang aku ambil senter lalu kulihat jam ternyata pukul 23:30 malam aku tinggalkan rumahku tanpa sepengetahuan ibu dan ayahku.

Kuberanikan diriku naik gunung hanya berbekal senter menuju ke watu kumpul di tanah milik ayahku.

Di perjalanan kurasakan beberapa kali bulu kudukku agak merinding.

Kegelapan malam menyelimuti perjalananku, tak ada sumber cahaya lain selain senter yang kupegang ini.

Cahaya bulan pun malam ini tertutup awan mendung, semakin tinggi ku mendaki semaki gelap dan berkabut.

Suara-suara aneh sesekali terdengar, mungkin itu hanya suara hewan atau… ah sudahlah.

Lalu setelah setengah jam aku berjalan, kini pukul 00:01 sampailah aku di tempat yang aku tuju yaitu watu kumpul.

Kulihat disitu ada tebing tinggi agak curam, dan terdengar di bawahnya gemercik suara air mengalir.

Hanya dua kemungkinanku saat aku nekat terjun nanti, hidupku berakhir disini atau hal misterius akan terjadi padaku.

Saat ini aku frustasi, hanya berfikir aku tak bisa lagi hidup dengan kutukan kemiskinan ini, dan ditambah lagi ayahku kini sakit parah dan konon ayahku akan mati perlahan karena santet rantai bumi.

Aku sebenarnya tak terlalu khawatir jikalau kutinggalkan ibuku, dengan wajah cantiknya yang masih awet muda, tanpa aku dan ayahku pasti dia suatu saat akan dilamar orang kaya atau paling tidak orang menengah dan hidupnya bakalan membaik.

Pokoknya ibuku pasti akan baik-baik saja, tanpaku dan ayahku.

Dengan perasaan dan pikiran kalut, ku letakkan senterku dalam keadaan menyala, kuberanikan diri untuk loncat, dan benar aku loncat.

Ketika melayang diudara proses jatuhku menuju ke bebatuan terjal dibawah, seperti slow motion ku teringat kenangan masa kecilku bermain dengan ibu dan ayahku dengan senyuman gembira di rumahku yang dulu.

Kuteringat kasih sayang mereka berdua, kuteringat kerja keras ayahku selama ini setiap hari membanting tulang di sawah.

Dan seketika BAM!!!! Tubuhku menghantam bebatuan terjal.

Kurasakan sekujur tubuhku sakit tak bisa bergerak, remuk semua tulangku, aroma amis dari darahku sendiri tercium di hidungku, lalu aku terpental, tenggelam kedalam air lalu semuanya gelap.

Kubuka mataku perlahan.

Ketika aku membuka mata kulihat sekelilingku sekarang ini adalah hutan rimba yang kelihatannya jauh dari peradaban manusia. Namun ini di siang hari.

“Sebenarnya dimana aku ini?

Dimana pakne dan bune?

Dimana Semua orang?

Apakah aku sudah mati?” risauku.

Lalu dari kejauhan kulihat seorang pemuda seumuranku mendekatiku dengan tangan dilipat ke belakang, aku heran dia tidak berjalan namun melayang.

“Selamat datang anakku” (kata anakku disini bukan berarti sebutan ayah kandung kepada anaknya, namun lebih ke pengikutku)

Namaku Samudro, Raja kerajaan kemukus.

Kamu adalah manusia pertama yang bisa sampai ke wilayah kerajaan ghaibku.

“Mari kuantar ke dalam kerajaanku”, kata makhluk tersebut.

Lalu dengan menunggang elang aku dibawa ke kerajaan megah khas jaman dahulu seperti yang aku tonton di film-film mengenai atlantis.

Raja tersebut tidak ikut naik elang karena belia bisa terbang melayang.

Didepanku kini kulihat dari udara terdapat kerajaan besar di tengah hutan.

Bahkan ini jauh lebih megah dari atlantis yang dibicarakan orang-orang.

Bangunan-bangunan disini semuanya terbuat dari emas.

Kulihat makhluk-makhluk melayang menyerupai manusia, ular, macan, dan lain-lain berkeliaran didaerah ini melakukan aktifitasnya.

Dan ketika aku dan raja ini lewat, mereka semua minggir dan memberi hormat pada rajanya.

Lalu sampailah ke singga sana raja Samudro, dia duduk di singgah sana kemudian aku dihadapannya kini diajak mengobrol.

Kamu adalah orang yang telah menjalani ritual berbeda dengan orang-orang pada umumnya.

Biasanya aku memberikan harta ke manusia rendahan yang berhasil menyelesaikan ritual gunung kemukus dengan perantara jin bawahanku.

Kali ini engkau mendapat penghormatanku, aku menemuimu dengan tubuhku sendiri.

Kali ini engkau telah menyelesaikan ujian yang berat dan berbeda dari yang lainnya yaitu menyenggamai ibu kandungmu sendiri, dan itu sangat membuatku gembira.

Sebelumnya akan kuceritakan fakta sebenarnya kepadamu.

Pangeran Samudra dalam sejarah kerajaan majapahit adalah manusia yang sholeh dan taat kepada tuhannya, sedangkan aku Raja Samudro sejatinya bukanlah manusia, aku adalah raja bangsa jin.

Kami berdua adalah orang yang berbeda, hanya takdir yang membuat nama kami mirip dan itu menjadikan manusia-manusia mendapatkan sejarah yang rancu karena bisikan syetan.

Sejak awal dilahirkan aku bukanlah manusia, dan ibuku juga bukanlah manusia. Ya, aku sejatinya dahulu mengawini ibu kandungku sendiri karena aturan di bangsa jin seperti aturan hewan, berbeda dengan aturan manusia yang merupakan makhluk sempurna, padahal manusia dalam hidupnya dituntun oleh kitab suci tapi masih saja banyak yang berbuat jahat.

Aku adalah jin terkuat di tanah jawa ini yang telah banyak mengalahkan jawara-jawara penantangku.

Dan jawara-jawara itu setelah kalah dariku, mereka tunduk menjadi pengikutku.

Kukumpulkan jin-jin dari seantero tanah melayu sampai papua membuat kerajaan jin di gunung kemukus, yang mana manusia biasa tidak bisa melihatnya kecuali kuberikan berkatku.

Aku belum pernah berbincang secara langsung dengan kaum manusia.

Aku tidak begitu tahu apakah kita jin dan manusia bisa berteman atau tidak?

Namun karena engkau telah sampai kerajaanku, maka aku mengijinkanmu memilih hadiah dari 3 pilihan ini:

1. Keris Empu Wibawa

Disepuh oleh empu terbaik dari kerajaan kami. Menjadikan siapapun manusia rendahan entah itu pria maupun wanita takhluk kepadamu, engkau bisa dengan mudah mendapat jabatan yang engkau inginkan. Menjadi bupati, gubernur, bahkan raja sekalipun yang diduniamu kini disebut presiden atau entah apa itu sangatlah mudah.

2. Banyu asih

Air pengasihan, bisa menyembuhkan penyakit apa saja, jika engkau orang sehat yang minum maka akan menjadikanmu awet muda. Tahukah engkau, dahulu air ini pernah diuji coba oleh bangsaku ke manusia sebanyak satu tetes. Dan manusia yang beruntung itu adalah manusia bernama indrayanti, ya dia adalah ibu kandungmu di dunia manusia.

3. Peti Emas

Didalamnya berisi harta berupa emas yang tidak akan habis 7 turunan. Semua manusia yang menjalani ritual gunung kemukus kebanyakan mengincar peti ini. Namun yang kuberikan pada manusia rendahan seperti mereka hanya serpihannya saja. Kali ini untuk engkau akan kuberikan satu peti penuh.

“Pilihlah dengan bijak!” Kata Raja tersebut.

Aku bingung dengan pilihan yang diberikan tersebut.

Jika aku memilih pilihan pertama aku mungkin akan jadi orang terkenal, dan bakal kaya dengan usahaku sendiri dari nol, namun jika aku memilih itu maka ayahku tetap mati karena santet rantai bumi.

Jika aku pilih pilihan ke dua maka ayahku bisa sembuh, namun keadaan keluarga kami tetap miskin.

Pun sama jika aku memilih peti emas, walaupun aku punya uang banyak dan bisa membayar biaya rumah sakit pengobatan ayahku sekalipun rasanya 50:50 ayahku akan sembuh dengan penyekit berat yang dialaminya.

Namun walaupun begitu sepertinya pilihan ke 3 lah yang paling menguntungkan bagiku.

“Apa jawabanmu manusia muda?” Tanya Raja Samudro.

Aku merenung, mencoba mengingat dan mencermati dengan detail kalimat pertanyaan Raja Samudro tadi. Tunggu sepertinya ada yang janggal.

Lalu aku tersadar dari buaian harta tadi, dengan yakin aku lalu menjawab pertanyaan raja tersebut.

“Ya, kita bisa berteman walaupun aku manusia dan engkau jin”, jawabku dengan yakin.

Aku menjawab dengan kalimat ini karena raja tersebut sebelum memberikan ke 3 pilihan itu menanyakan “Aku tidak begitu tahu apakah kita jin dan manusia bisa berteman atau tidak?”. (coba pembaca cek lagi kalimat di atas kalau tidak percaya, hehehe)

Lalu raja tersebut menghampiriku, dan mengatakan kepadaku”Sesungguhnya tak salah niatanku hendak berteman denganmu wahai manusia muda, engkau adalah orang bijak dan cermat”. Mulai sekarang ku anggap kau sebagai saudaraku.

Seandainya engkau memilih satu dari ketiga pilihan itu pun percuma, karena ragamu di dunia nyata telah hancur terkoyak batu di watu kumpul dan tenggelam.

Dan keserakahanmu hanya akan menuntunmu menjadi budak di kerajaanku sampai kiamat tiba.

Hanya dengan kekuatan sihirku, aku mampu menyusun kembali potongan tulang, daging, dan bagian tubuhmu dengan sempurna walaupun telah hancur sekalipun.

Karena engkau sekarang telah menjadi saudaraku, maka kuberikan semua dari ketiga hadiahku yaitu Keris Empu Wibawa, Banyu Asih, dan Peti Emas kepadamu.

Ku harap ketiga hadiah tersebut dapat engkau gunakan dengan bijak di dunia manusia.

Ketahuilah wahai saudaraku, peti emas ini tak akan mampu dibawa dan dibuka oleh manusia selain engkau.

Dan keris ini juga tidak akan keluar dari sarangnya tanpa perintahmu, air penyembuh ini pun jika manusia lain yang memegangnya maka khasiatnya seperti air biasa.

Namun tetap saja air ini hanya cukup digunakan 1x dan gunakanlah dengan bijak.

Aku akan menyusun kembali tubuhmu di dunia manusia lalu kembalilah ke rumah.

Lalu mataku ditutup dan tiba-tiba ketika aku membuka mata kini aku terbaring di atas tebing watu kumpul dan matahari sudah mulai terbit.

Bajuku terkoyak-koyak namun kulitku tetap mulus tanpa luka karena telah disusun kembali oleh raja samudro.

Disampingku kulihat ada air dengan wadah kulit hewan, peti warna emas, dan keris.

Aku menyisipkan keris dan air tersebut di pinggangku. Lalu aku memanggul peti tersebut.

Kukira peti itu berat, ternyata sangat ringan mungkin benar kata raja samudro tadi bahwa aku bisa membawa peti ini dengan mudah karena kini akulah pemiliknya.

Sampailah aku di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar ibuku dan ayahku. Mereka masih tertidur, dengan senyuman dan tawa girang aku panggil mereka berdua dan menceritakan hal ghaib yang barusan kualami namun tidak ku ceritakan tentang banyu asih dan keris wibawa kepada mereka. Aku hanya menceritakan peti emas yang kudapatkan.

Aku berniat memberikan air yang kupegang ini ke ayahku, namun aku berhenti sejenak, aku memegang banyu asih yang terbungkus kulit hewan ini sambil gemetar dan membayangkan sesuatu.

Tapi sejenak bisikan syetan menggema dipikiranku, jika ayahku mati maka aku dan ibuku akan lebih leluasa melakukan hal terlarang atau hal apapun yang kami inginkan dikemudian hari.

Namun jika ayahku sembuh maka hubunganku dengan ibuku akan renggang atau bahkan berakhir karena memang perjanjiannya hanya sampai 7x dan kini mereka tahu bahwa keluarga kami telah berhasil mendapatkan peti harta maka ritual terlarang itu tidak perlu dilakukan lagi.

Apa yang harus aku lakukan?

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu