1 November 2020
Penulis —  Mekangkang

Pesugihan Gunung Kemukus

Chapter 7: Pertarungan Sengit

Aku mulai berjalan menyusuri garis petunjuk yang berwarna merah dari benda pusaka yang kumiliki.

Suara petir berbunyi bak lonceng penanda, kumpulan awan hitam menyelimuti langit yang tadinya biru kini menjadi gelap, tanda akan turunnya air hujan dari langit.

Bressss!!!

Suara air hujan yang tiba-tiba sedikit demi sedikit membasahi kaos yang ku kenakan.

Sekitar 15 menit sudah aku berlari dengan kecepatan penuh secepat yang ku bisa.

Kini perjalananku semakin sulit dengan adanya hujan ini.

Kini saatnya aku mulai memasuki area sawah.

Jalan di depanku mulai becek karena adanya air hujan membuatku sesekali terpeleset, dengan langkah cepat tetap ku berlari walaupun nafasku mulai berat karena lelah.

Dari kejauhan kulihat ayahku telah dikepung 5 orang berbadan tegap dan Jumadi terlihat santai memerintahkan anak buahnya tersebut.

Syukurlah ayahku belum mereka bunuh.

Dengan kondisi lelah aku keluarkan karung perlengkapanku, walaupun dalam kondisi darurat seperti ini aku harus tenang dalam memikirkan strategi.

Didalam karung ada caping (topi khas petani), kukenakan caping itu berharap bisa menyamar agar mereka mengira aku sebagai petani yang kebetulan melintas.

Hujan semakin deras, sepertinya mereka mulai menyadari keberadaanku.

Namun Jumadi belum mengetahui identitasku yang sebenarnya adalah anak dari Pak Suhendro yang kini sedang mereka kepung.

Kulihat sepertinya ayahku berteriak minta tolong, wajahnya menghadap kepadaku.

Derasnya hujan membuat suara teriakannya sama sekali tidak terdengar.

Dua dari ke lima preman tersebut mulai memegangi tangan ayahku.

Kutahu sebenarnya mereka mengira aku adalah petani yang kebetulan lewat, dan mereka menungguku sampai pergi baru mereka akan membunuh ayahku.

Aku mengincar Jumadi, karena aku tahu bahwa dia adalah boss nya dan dendamku hanya padanya.

Aku berpura-pura membetulkan aliran air sawah, semakin mendekat semakin mendekat akhirnya aku kini tepat di belakang Jumadi lalu dari belakang kutusukkan pisau dapur ke arahnya.

Namun betapa malang nasibku, aku terpeleset dan tusukanku meleset ke arah lengan kirinya. Mengalirlah darah segar dari lengan kiri Jumadi membuatnya seketika menyadari ancaman di dekatnya.

Lari Pakne!!!! Teriakku.

Seketika kelima preman mengacuhkan ayahku yang kini lari atas perintahku.

Sehingga mereka hanya tertuju padaku.

Karena jumadi mengenaliku bahwa aku adalah bagas anaknya suhendro, dia mulai menjauh lalu kini aku dihadapkan dengan mimpi terburuk, aku harus melawan 5 preman bertubuh besar.

Walaupun tubuhku mulai kekar, namun bentuk tubuhku jelas kalah jauh daripada mereka.

Tubuh mereka bagaikan The Rock sedangkan mereka melihatku seperti young lex.

Ku menyadari kebodohanku, seharusnya aku gunakan saja fitur dari keris pusakaku untuk menundukkan mereka sekaligus sedari tadi.

Karena emosi aku benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.

Aku berpikir mungkin ini belum terlambat.

Ku keluarkan pusakaku, berharap bisa menundukkan mereka.

Sebelum ku berucap sepatah kata kepada kerisku bogem besar mendarat di kepalaku, kepalaku dipukulnya dengan sekuat tenaga mengakibatkan tubuhku sampai terpental ke samping dan keris wibowo pusakaku terlempar entah kemana.

Ku ambil lagi pisau dapur yang jatuh di sekitarku, tanpa menyerah kuberlari kuincar kembali Jumadi.

Namun dia lari seperti pengecut, lalu kakiku diseret, kembali bogem keras mengenai kepalaku, perutku, dadaku, sekujur tubuhku rasanya sakit karena mereka pukuli.

Setelah babak belur aku masih belum menyerah, dengan langkah lemas kubangunkan tubuhku yang sudah rusak parah ini kudekati Jumadi dengan merangkak.

Kulihat senyuman sinis dari jumadi alu tanpa kuduga, dia mengeluarkan Pistol dari sakunya.

Lalu Dor Dor Dor! 3x tembakan tepat di perut, jantung, dan kepalaku.

Mataku mulai berkunang-kunang, gemuruh air hujan mengiringi sakaratul mautku.

Darah mengucur dari lubang-lubang peluru yang Jumadi tembakkan kepadaku.

Aku bisa melihat aliran darah tersebut namun sama sekali tak bisa bergerak.

Lalu Gelap, ku buka mataku, kini aku berada di tempat yang aku kenal, di dalam istana.

Terlihat disampingku Pangeran Samudro membuatku terjaga.

“Wahai saudaraku aku tahu engkau sedang dalam kesulitan, apakah aku perlu membereskan manusia-manusia rendahan yang mencelakaimu tadi?” Kata raja tersebut.

“Tidak perlu engkau mengotori tanganmu, bantulah aku menyusun tubuhku kembali dan segera kembalikan aku wahai saudaraku, biar aku yang menyelesaikan masalahku sendiri dan satu lagi, untuk sementara buatlah tubuh manusiaku kebal!

“Baiklah, sampai jumpa lagi saudaraku!” Kata raja.

Seketika aku terbangun di tanah sawah berlumpur dengan tangan kananku memegang kerisku yang entah datangnya darimana karena tadi kutahu sempat terlempar.

Kurasakan lukaku mengeluarkan peluru dari dalam tubuhku.

Bekas tembakan di kepala, jantung dan perutku menutup dan sel-sel tubuhku beregenerasi dengan cepat sampai akhirnya aku pulih kembali.

Hujan mulai mereda, kupanggil jumadi yang kini sedang beranjak pergi meninggalkanku

“Jumadi!”, seruku.

Mereka heran kebingungan karena mengetahui aku yang telah tertembak di 3 bagian vitalku tetap masih bisa berdiri.

Jumadi mengacungkan kembali pistol yang dia miliki dan menembakannya ke arahku.

“Dor-dor-dor-dor-dor-dor-klik-klik-klik”

Pelurunya sampai habis namun tak satupun peluru tersebut melukaiku.

Kurasakan tadi hanya sedikit geli ketika dia menghujaniku dengan peluru.

Aku berpikir jika aku membunuh mereka sekarang juga bisa-bisa aku dipenjara, dan lagi kalau aku bunuh sekarang aku tak dapat melihat jumadi menderita.

Lebih baik kusiksa sedikit demi sedikit tubuhnya dan mentalnya, kini pikiranku benar-benar seperti psikopat.

Dengan keris saktiku kutubdukkan ke 5 preman bertubuh besar tersebut, sehingga kini mereka menurut padaku dan tidak lagi menuruti perintah Jumadi.

Kuperintahkan ke 5 preman tersebut untuk membawa tubuh Jumadi dengan paksa ke rumahnya.

Pukul 18.00

Setelah sampai rumah Jumadi, kami masuk.

Didalamnya terdapat 4 isteri jumadi yang cantik-cantik, hanya satu yang terlihat seperti ibu-ibu tua.

Yang tua tersebut adalah isteri pertama dari jumadi bernama Yatini, dan tiga yang muda bernama Intan, Yuni, dan Vina.

“Wah lumayan nih”, batinku melihat kemolekan 3 dari 4 wanita di depanku.

Ke 4 wanita tadi seketika terkaget melihat 5 preman yang biasanya melindungi jumadi kini membawa jumadi dengan paksa dan ke 4 wanita tersebut juga mulai merasa ketakutan.

“Bagas? Ada apa ini? Lepaskan suamiku!” perintah isteri tua yang bernama Yatini.

Kucabut kerisku, kutundukkan isteri jumadi yang pertama tersebut dan memerintahkannya pergi ke luar.

Aku memerintahkannya keluar karena dia benar-benar cerewet dan aku tak nafsu sama sekali dengan bentuk tubuhnya.

Kuperintahkan ke 5 preman tersebut mendudukkan jumadi di kamarnya, dan dengan kawat yang ku bawa tadi mereka lilitkan kencang ke tubuh jumadi.

Kini jumadi hanya bisa duduk dikursi dengan ikatan tali kawat yang sangat kencang menghadap tepat ke arah kasur.

Kucari disekitar rumah tersebut lakban dan aku menemukannya di laci, kusobek sedikit lalu kututupkan ke mulut jumadi.

Kuperintahkan peman-preman berjaga di depan rumah dan di dalam rumah agar perbuatan mesumku berjalan lancar.

Kugiring kemudian 3 wanita cantik isteri Jumadi menuju ke dalam kamarnya.

Ku ke kamar mandi lalu membersihkan tubuhku yang penuh lumpur, dengan bertelanjang bulat aku berjalan kembali ke kamar jumadi.

Kututup pintu kamar.

Di kasur sudah dihidangkan 3 daging montok yang wajahnya cantik-cantik.

Ku menatap tubuh jumadi yang kini ke 3 isterinya akan kucicipi.

“Makannya jangan cari masalah denganku, Jumadi!”, ejekku.

Perlu diketahui bahwa ke 3 isteri muda jumadi dan jumadi sendiri tidak dalam pengaruh kerisku.

Dengan sadar mereka akan melayaniku malam ini.

“Jangan gas, jangan perkosa kami, kami mohon”, ucap ke 3 wanita muda tersebut bersautan.

Aku tak peduli dengan rengekan mereka, aku sobek baju piyama yang mereka kenakan hingga telanjang lalu ku ciumi satu-satu.

Ku keluarkan lidahku namun mereka menolak untuk ku cium.

Akhirnya kupaksa saja memasukkan kontol tegangku ke vagina intan.

“Blesssh”

“Aaaak sakit”, jerit intan tertahan, kumaju mundurkan kontolku dengan irama pelan.

Walaupun tadi intan menolak diperkosa namun kulihat sekarang malah dia ikut menggerak-gerakkan selangkangannya untuk mengimbangi gerakanku.

Dan kini kuciumi bibirnya, tidak ada penolakan sama sekali, malah sesekali di mengeluarkan lidahnya melumat lidahku.

Setengah jam kugarap tubuh mulusnya aku hendak muncrat, lalu crot 1x tembakan spermaku aku tahan muncratanku karena akan bagi-bagi ke wanita yang lain, kucabut kontolku dari liang Intan.

Kulihat perasaan kecewa dari wajahnya yang cantik.

“cukup ya mbak intan sayang, biar isteri pak jumadi yang lain juga merasakan nikmatnya kontolku”, sambil ku elus pipinya.

Kini kuarahkan kontolku yang masih keras ke arah vagina Yuni.

Dengan berontak yuni meronta-ronta saat proses kumasukkan penis ini ke vaginanya.

“Jangan gas, kami ini bu RT”, kata Yuni.

“Diamlah sayang, bu RT yang dikenal kampung ini itu cuma bu Yatini.

Kalian bertiga sebenarnya Cuma dijadikan pelampiasan nafsu oleh si bangsat Jumadi ini”, kataku sambil tatapanku mengarah ke jumadi yang kini berbicara di balik lakban tak jelas.

Lalu setelah rontaan Yuni berkurang ku tusukkan langsung ke vaginanya dan Blessss, masuklah kontolku sepenuhnya ke vagina Yuni yang cantik jelita.

Dia kembali meronta-ronta, langsung saja ku maju mundurkan penisku di dalam lubang surgawinya, akhirnya setelah 5 menit berlalu rontaannya berhenti berubah menjadi rintihan kenikmatan dari mulutnya.

Lalu setelah setengah jam aku keluar crot, 1x semprotan ke rahim yuni, lalu sejenak kemudian kucabut, dari wajah Yuni juga tergambar wajah kekecewaan saat penisku ku cabut dari vaginanya.

Sekarang giliran Vina, kurasa vina merupakan gadis penurut.

Postur tubuhnya yang mungil dibandingkan dengan Intan dan yuni membuatku makin bernafsu menjamahnya.

Aku ciumi bibirnya, aku raba toketnya yang ranum, dia sedikit menolak.

Lalu aku dudukkan dia kuelus-elus poninya.

Sepertinya Vina sangat suka ketika kuperlakukan seperti ini, karena ku tahu dia suka dilelus elus kepalanya maka aku usap lebih lama dan mulai mencium bibirnya yang tipis manis.

Ummmuwah kucium, kujilati bibirnya yang manis, sambil ku elus-elus lehernya dia benar-benar telah takhluk.

Kumasukkan penisku ke vaginanya dan blesssssh, tanpa penolakan Vina ikut mengimbangi grakanku.

Vina benar-benar membuatku melayang, setelah beberapa kali menggenjot kasar vagina vina akhirnya setelah 2 jam penuh keperkasaan kontolku diuji, ada sesuatu yang ingin keluar dari kontolku ini. Aku keluarkan spermaku dalam-dalam tepat ke vagina sempit vina dan crot, baru satu kali semprotan aku menahannya sebentar.

Lalu aku cabut dari vagina vina, sambil aku mengocok kontolku tanpa kuminta ke tiga wanita cantik dihadapanku ini Intan, Yuni dan Vina kini terduduk mendongakkan wajahnya & menjulurkan lidahnya berebut ingin mendapatkan spermaku.

Lalu aku muntahkan spermaku kepada mereka crooot croooot crooot crooot. 7x semprotan sperma aku bagi rata ke lidah-lidah mereka.

Kini lidah mereka bertiga belepotan spermaku dan masih memainkannya dilidah mereka dan memamerkannya dihadapan suaminya yang masih terikat kencang di kursi.

“emmwwww wwww ewww www”, perkataan jumadi tak jelas dari balik lakban yang menutup mulutnya.

Kuludahi jumadi agar dia diam.

Lalu aku geledah lemari jumadi, aku ambil beberapa baju dan celana, aku memakainya dan pulang.

Sebelum aku pulang aku mempersilahkan ke 5 preman tersebut untuk ikut memperkosa wanita-wanita cantik di kamar jumadi kalau mereka mau dan kalau sudah selesai bebaskan jumadi dan sembuhkan luka dilengannya.

Dan mereka kegirangan, entah berapa kali malam itu mereka menuntaskan hasratnya ke ketiga isteri jumadi yang cantik-cantik.

Dan aku berpesan kepada mereka bahwa buat jumadi sehari-harinya tetap menjadi RT namun harus kalian awasi kemanapun dia pergi.

Ku tawarkan preman-preman tersebut bahwa besok-besok aku akan membayar dengan bayaran 3x lipat dari bayaran Jumadi biasanya jila menuruti perintahku.

Aku akan menyiksa mentalnya secara perlahan.

Dengan baju jumadi aku berpakain lalu pulang kerumah dengan perasaan lega.

Pukul 22.00 aku sampai rumah.

Tak terasa sudah beberapa jam aku menggarap wanita-wanita cantik tadi.

Dirumah kulihat pintu terkunci, lalu aku mengetuk pintu, mereka mengira yang mengetuk ini adalah jumadi dan preman-premannya.

Akhirnya setelah beberapa lama aku berteriak bahwa aku ini adalah bagas.

Kulihat pintu dibuka secara perlahan, ayah dan ibuku ketakutan memelukku.

“Gimana tadi le?”, ujar ayahku.

“Sudah tak usah dipikirkan pakne, bune. Jumadi sudah kubereskan.”kataku.

“Apa? Kamu membunuhnya gas? Bune nggak mau kamu dipenjara”, kata ibuku khawatir.

“tidak kok bune, aku tidak membunuh jumadi. Jumadi sudah kuselesaikan dengan cara halus”, kataku.

Kemudian pakne dan bune mengajakku berpeukan lagi.

Saat sesi pelukan bahagia tersebut, aku iseng meremas-remas toket ibuku dari balik dasternya.

Dia tersadar dengan perbuatan isengku ini namun pura-pura biasa saja karena ada ayahku, jika saja tidak ada ayahku pasti dia sudah mendesah manja.

Lalu mereka beranjak tidur, dan aku juga beranjak ke kamarku.

Kuihat Smartphone baruku, 11 panggilan tak terjawab, Pesan WA yang isinya:

“Hai kak Bagas”

“P”

“P”

“P”

Banyak sekali huruf P di pesan aplikasi WA ku.

Ku sadar “ini kan Veronica!”, gadis yang tadi siang kutemui di Starbutt.

Lalu aku segera balas pesan tersebut (B: Bagas, & V: Veronica):

B: Maaf tadi lagi pergi ve

V: Oh gitu kak

B: Hehe iya, kamu belum tidur?

V: Belum kak

B: Kok belum tidur, belum ngantuk ya?

V: Ga bisa tidur, aku sekarang lagi nangis nih kak

B: Kenapa nangis ih?

V: Jadi gini, tadi ayah dan ibuku bertengkar karena ibu menganggap ayahku tidak pecus dalam

Pembagian warisan kakekku.

B: Yaudah daripada kamu makin nangis lebih baik kamu sekarang tidur besok ngomong langsung aja ke aku.

V: oke deh kak, besok di tempat kemarin kita pertama bertemu ya jam 11 pagi. Awas kalau nggak dateng. (emot senyum)

B: Janji aku bakalan dateng kok ve. (emot senyum)

Lalu chat pun berakhir, aku tidur nyenyak karena kelelahan dan akhirnya mimpi indah.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu