1 November 2020
Penulis —  thealfonso

Nenek Gendut

Aku lihat Lukman demikian cepat memberisihkan sesuatu dan menyimpannya dengan rapi dan mencuci yang kotor, seperti piring gelas dan semuanya. Setelah dia susuan di sebuah peti di dalam warung, dia cepat membersihaknnya. Aku tersenyum.

Aku yakin dia sudah sangat bernafsu dan ingin bersetyubuh lagi.

Sama saja denganku, sebenarnya aku juga ingin mengulangi seperti apa yang kami lakukan tadi.

Kenapa tidak? Sebelas tahun lebih aku tidak mendapatkannya dean kini aku bis amendapatkannya, kenapa harus aku sia-siakan. “Kamu sudah tak sabar ya,” aku mulai menggodanya. Aku sudah semakin berani. Dia tersenyum dan mengangguk kecil. Aku pun tersenyum dan membantunya menyiapkan segala sesuatunya dan apa yang harus dibawa pulangh sudah kusiapkan di luar warung.

Begitu siap pintu warung terkunci, kami langsung naik Suzuki Pick Up ke atas rumah kami. LUman membawanya dengan kecepatan tingi. Aku mengerti atas ketidak sabarannya, namun akhirnya dia bisa kuyakinkan.

“Kamu jangan buru-buru. Memek nenek yang kamu inginkan tidak lari kemana-mana,” kataku semakin menggudanya. Lukman tersenyum dengan ucapan kotorku itu. Dan kami pu8n tiba di rumah. Setelah mobil oick up terparkir di sisi rumah yang hanya ditutupi oleh atap seadanya tanpa dinding, kami cepat memasuki rumah. Terlebih angin berhembus kencang membuat udara sangat dingin, ditambah lagi gerimis mulai turun.

Pintu ditutup, semua jendela juga ditutup. Tetangga juga melakukan hal yang sama dan susana demikian sepi. Hanya terdengar suara desau teh yang melaga-laga dedaunan teh. Aku membuat teh panas untuk sekedar menghangatkan tubuh. Saat aku membuat teh, Lukmat mulai bekerja di belakang tubuhku. Dia melepas stagen kain batikku dan melepas pakaianku satu persatu sampai aku telanjang bulat, sembari menyedu teh. Kamu sudah tak sabar sayang? katanya. Pakaianku berserrakan di lantai, termasuk braku yuang besar dan celana dalamku. Lukman dia saja dan dia juga melepas semua pakaiannya sampai kami sama- sama telanjang bulat. Dia menempelkan tubuhnya di belakang tubuhku dan aku merasakan betapa kerasnya kontol yang sedari tadi aku inginkan.

Lukman meminta aku agar membawa dua gelqas teh itu ke kamar tidur. Sambil bertelanjang bulat kami menuju kamar tidur. Di luar hujan mulai turun renyai-renyai. Setelah meletakkan teh di meja, kami berciuman. Lama lidah kami saling bertautan di dalam rongga mulut kami. Perlahan, rasa dingin berubah menjadi rasa hangat dan aku merasakan betapa rakusnya Lukman mempermainkan lidahnya dan lidahku. Kami berdua sudah berdua sudah berada di atas tempat tidur. Kami saling berpelukan dan aku mulai pula mengelus-elus tubuhnya.

Lukman meminta agar aku mengulum kontolnya. Aku terkejut atas permintaannya itu. Aku mengulum dan menjilati kontolnya? Apa permintaan ini tidak salah. Aku belum pernah melakukannya selama ini. Aku bingung. Saat itu, Lukman mengangkangkan kedua kakiku dan memaksakan kepala berada di sela kedua pahaku. Dan..

oh… apa ini? Ternyata lidah Lukman sudah menjilati bibir memekku. Aku terkejut. Aku juga belum pernah melakukan ini selama hidupku. Setelah aku tak mampu menolak kepala Lukman akhirnya kau mampu menikmati jilatannya.

Lendirku keluar seperti dipompakan dari dalam tubuhku dan aku sendiri dapat mencium aromanya yang mesum itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu