1 November 2020
Penulis —  oedipussy

Mamaku Ratuku

Sementara itu di suatu tempat…

Sambil berbisik dengan pelan, pemuda itu bilang*“Ahhh… sshhh… pokoknya jangan bilang sama mamah yah bunda? Ssshhh… owhhh”.*

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Wanita itu pun kemudian memutar kepalanya yang bersanggul kecil itu menghadap wajah pemuda itu. Lalu menatap mata pemuda itu dalam-dalam. Kemudian dengan raut wajah yang terlihat mengiba, wanita itu pun menarik nafas sebentar sambil menempelkan bibir berwarna ungu tua itu ke telinga pemuda tersebut.

_“sshhh… iyah sayanghh. Bunda ngerti nak”._Kemudian sambil memejamkan matanya yang berhiaskan maskara lentik itu, wanita itu pun lanjut membisikkan pemuda itu dengan pelan dan penuh rasa kasih sayang

_“tapi kamuh jangan kenceng-kenceng entotin bunda yah nak? Shhh… nanti kedengeran loh sayang… shhh… ya sayang?”._

Pemuda itu pun lantas mengangguk sambil mendengus pelan dan tertahan. Kemudian pemuda itu tiba-tiba menggerakkan kepalanya, mengarahkan mulutnya untuk menjilati anting wanita itu sebentar. Wanita itu pun terkaget dan langsung terpejam, lalu mengkerutkan dahinya sambil menggigit bagian bawah bibirnya yang berwarna ungu tua itu.

Pemuda yang berada di belakang wanita itu pun perlahan mengendurkan kedua cengkraman tangannya pada lekukan rok span satin hitam yang melingkari pinggul indah wanita anggun itu. Pemuda itu pun secara perlahan mulai menurunkan sedikit tempo genjotannya pada pantat sekal wanita anggun itu. Kemudian pemuda itu berbisik

“mau segini aja bunda?”._Wanita itu pun langsung mengangguk pelan sambil berbisik“iyah, shhh… segini aja sayang. Mmhh… shhh… pinter anak bunda… shhh”._

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Wanita itu pun kembali menoleh ke arah cermin besar yang terpajang tepat di hadapan mereka. Lalu sambil melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, wanita itu pun menaikkan suaranya.

“Iyah haloh? Kenapa tadi sayang?”. Lalu sambil tersenyum nakal melihat pantulan wajah pemuda yang berada di belakangnya, wanita itu pun melanjutkan

“owh enggak, itu… mmhhh… tadi ada temen bunda yang lewat. Kenapa sayang?”. Wanita yang sambil menerima telepon itu pun, kembali tersenyum melihat cermin sambil perlahan menaikkan sebelah tangannya, lalu mengelus-elus pipi pemuda itu.

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

“Iyah, ini bunda masih di Rumah Sakit kok sayang. Kamu emang masih di situh sayangh?”

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Pemuda yang sedang mengentoti wanita itu pun, perlahan mengangkat sebelah kaki wanita tersebut. Wanita yang masih menempelkan telepon genggamnya ke telinganya itu pun, terlihat menoleh dengan senyum yang menganga. Sambil tetap menggenjot wanita itu, terlihat sepatu ‘Stiletto’ ungu mengkilap yang menghiasi kaki mulus wanita itu turut berayun-ayun seirama entotan lembut yang diterimanya dari pemuda itu.

“bunda, ssshhh… bunda kok iseng banget sihhh? Jam segini kok ssshhh… kok malah minta buat dientotin gini sihhh? Malah tempatnya di sini lagi… bukannya ini masih jam prakt… hmmpppff”.

Belum selesai pemuda itu berbisik nakal di telinga wanita tersebut, telapak lentik wanita itu menutup mulut pemuda tersebut. Lalu sambil menatap pemuda itu dari cermin, wanita itu memasang muka cemberut sambil memonyongkan bibir seksinya yang mengkilap. Seakan-akan bibirnya itu adalah isyarat untuk menyuruh pemuda itu diam dulu.

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Lalu sambil membungkam mulut pemuda itu, wanita itu menempelkan pipi mulusnya ke pipi pemuda itu sambil berkata

“Hah? Iyah kenapa sayang? Owh kamu di situh? Ya udah, nanti kalau bunda udah selesai sama pasiennya bunda, nanti bundah langsung hmmm pulanghh…”. Selama mengatakan itu, wanita tersebut tidak berhenti mengelus-elus wajah pemuda itu dengan pipinya yang lembut itu.

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Karena merasa gemas dengan tingkah wanita itu, perlahan tangan pemuda itu pun menurunkan sebelah kaki mulus yang tadi diangkatnya itu. Lalu tangan pemuda itu pun perlahan naik lalu meremas busungan dada wanita itu dari jas dokter putihnya yang masih melekat itu. Dokter cantik itu pun lalu mengernyitkan dahinya melihat tingkah pemuda itu dari cermin.

“Shhh… ya ampun sayang, uuuhhh… sabar dulu dong sayang! Mmhhh… bunda masih nelfon loh ini sayang… sabar dulu ya nak? Yah? Tungguin bunda dulu yah… kamu masih sayangnya bunda kan nak? Shhh…”. Selama mengatakan itu, dokter cantik itu pun tidak henti-hentinya membelai-belai lembut pipi pemuda itu dengan telapak lentiknya.

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Melihat pemuda itu mulai menurunkan tangannya, wanita itu pun tersenyum penuh keibuan, lalu membelai kepalanya. Kemudian sambil melihat ke cermin kembali dokter cantik itu mendekatkan kembali telepon genggamnya.

“Iya Haloh? Iyah kenapah? Hah? Ohh enggakh, ini bundah lagi sambil periksah pasien bunda soalnyah… iyah… kenapah? Mmmhhh gituh…”. Dokter cantik itu pun kembali melanjutkan percakapannya sambil tetap dientoti dari belakang.

Cplok… cplok… cplok… cplok… cplok…

Pemuda yang masih sibuk mengentoti Ibu Dokter itu pun perlahan mulai menjilati anting berlian dan bergerak menyedot lembut leher dokter cantik itu. Sementara dokter cantik itu pun masih tetap sibuk berbicara sambil melihat aktivitas mereka di depan cermin Ruang Praktek itu.

“Owh gituh? Hmm terus gimana? Ohhh ya udah, kamu masih sama Nisa kan?”.

Plokplokplok… Plokplokplok… Plokplokplok…

Pemuda itu pun lanjut menggenjot dengan tempo yang semakin cepat. Sementara tangannya kembali diarahkan ke jas dokternya. Dokter itu pun lalu melotot melihat pemuda itu dari cermin. Tapi pemuda itu malah semakin bernafsu dan meremas kencang busungan dadanya yang kenyal itu. Dokter cantik itu pun lalu menoleh dan menjauhkan kembali teleponnya.

“iiihhh kamuhhh… sshhh… bunda bilangin juga jangan sambil digrepehin iiihhh, sshhh… nanti baju kerja bunda kan lecek sayang! Lagian nanti Laras curiga!… Shhh… kamu mau mejuin bunda tapi pakai baju lecek gini?”

Pemuda itu pun menggelengkan kepalanya.

“Makanya, sabar yah sayang ya? Bentar lagi kok ini nak. Ya sayang yah? Shhh… kamu anak bunda yang mau tetep lihat bunda tampil cantik buat dipejuin sama kamu kan sayang?”

Pemuda itu pun menganggukkan kepalanya.

Dokter cantik itu pun lalu tersenyum penuh keibuan sambil membelai pipi pemuda itu. Kemudian dengan mendekatkan teleponnya kembali, dokter cantik itu pun menoleh ke cermin sambil tersenyum. Lalu dengan raut wajah sedikit binal, dokter cantik itu pun melirik nakal ke wajah pemuda itu melalui cermin sambil berucap tanpa suara “entotin lagi”.

“Iya haloh?… sorry itu tadi ada pasien bundahh”.

Plok… plok… plok… plok… plok…

“Hmmm… ya pokoknyah kalian jangan sampai kemalemanh aja yah sayanghh?”

Melihat pemuda itu menganga, dokter cantik itu pun lalu memasukkan jarinya yang lentik itu ke mulut pemuda tersebut.

“Iyahh… bunda takut nanti si Ummi khawatir.”

Dokter itu pun melirik pemuda itu dari pantulan cermin dengan senyuman nakal.

“Okeh, iyah, gitu aja? Iyah sayangh. Hati-hati yah nak… Iyah, byeee… mhhhh”

Tut… tut… tut… tut… tut… tut…

Pemuda yang mendengar nada sambungan telepon yang sudah terputus itu pun sontak membabi buta menggenjot Ibu Dokter cantik itu dengan gemas.

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Sssshhh… uuuhhh bundah… bunda nakal… ssshhh… owh, owh, owh, shhh…”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Sambil menatap cermin dengan senyum menganga, Dokter Seksi itu pun menaikkan kedua lengannya sambil meremas rambut pemuda itu

“Hihihihih… owh, sshh, owh, sshhh, owh, iiihhh langsung semangathhh anak bunda… hah, hah, owh, sshh… gimanah? sshhh… enakh gak sayanghh?”

Pemuda itu hanya bisa menganga, sambil tetap menggenjot dengan lebih cepat.

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Sambil bercermin dengan memasang wajah binal, Ibu Dokter yang seksi itu pun berkata*“Bunda seksi gak kalau dientotin kayak gini sayang?”*

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Owwhhh… shhh… bunda gak cuma seksihhh, tapi bunda kayak lonte! Ohhh…”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“iiihhh mulutnya… kalau lagi ngentotin bundanya harus sopan dong sayanghhh…”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Oohhh fff… Bunda Silvihhh… anjjj… oohhh”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Hihihihhh… owwhhh… sshhh… gimanah sayanghhh? Kado buat bunda udah mau dikeluarin? Hihihihh… shhh…”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Arrgghh… shhh… bunda, shhh… dah mau sshh… dah mau kkk… ssshhh… di muka bunda yah bundhhh?! please ya bunda? yahh?… shhh…”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Shhh… jangan sekarang ya nakhh, nanti makeup bunda semunya lunturhhh… bunda telen aja yah sayanghhh?…”

Plokplokplok… plokplokplok… plokplokplok…

“Owhhh… nih bunda, nih bunda, cepetthhh…”

Pemuda itu pun menarik kontolnya dari jepitan memek keibuan itu. Lalu bergerak mundur dan menyenderkan pantatnya di meja ruang praktek Tante Silvi itu. Lalu Tante Silvi membalik badannya. Sambil perlahan menurunkan kembali rok span satin hitamnya yang sedikit ketat itu, Tante Silvi membenahi sedikit lecekan roknya.

Cklak… cklak… cklak… cklak… cklak…

Suara sepatu Stiletto ungu yang mengkilap itu pun lalu terdengar di ruang prakrek itu. Sambil tersenyum menganga, Tante Silvi kemudian memegangi rok spannya sebentar, menurunkan badannya, dan berlutut begitu anggun tepat di depan kontol pemuda itu. Lalu dengan melirik ke wajah pemuda itu, Tante Silvi pun tersenyum nakal sambil menjulurkan sedikit lidahnya dari bibir berkilau itu.

“Mana kadonya anak bunda? Aaaakkkk…?”

Pemuda itu pun langsung mengarahkan kontolnya ke dalam kehangatan dan kelembutan mulut Tante Silvi yang keibuan itu. Bibir ungu berkilau Tante Silvi pun menyelimuti batang kontol yang mulai berkedut itu. Lalu sambil tersenyum, Tante Silvi pun memandangi wajah pemuda itu dengan tatapan syahdu.

Glgk… glkg… glkg… glkg… glkg… glkg…

Pemuda itu pun menumpahkan semua pejunya di dalam mulut Tante Silvi. Tante Silvi yang menerima peju pemuda itu pun memejamkan matanya yang dihiasi oleh maskara lentik itu. Wajah Tante Silvi pun terlihat sangat menghayati proses itu. Pipi Tante Silvi pun terlihat mengempis, berusaha menyedot sisa-sisa percikan peju di dalam mulutnya itu.

Ploppp…

“duuhhh makasih yah sayang udah mau mejuin bunda. Bunda jadi terharu dikasih vitamin awet muda gini. Hihihihi… maafin bunda juga yah udah nelen jatah mamah kamu hari ini… Hihihihih.”

Tante Silvi pun dengan secara perlahan bangkit berdiri dan mulai merapikan rok span hitamnya yang berbahan satin itu. Lalu Tante Silvi pun perlahan beranjak ke arah cermin.

Cklak… cklak… cklak… cklak… cklak…

“Sayang, ambilin lipstik bunda di laci meja dong nak. Bunda mau ngerapihin bibir bunda nak.”

Sembari pemuda itu mencari lipstik Tante Silvi, pemuda itu pun bertanya*“Oh iya bunda, mamah sama tante Nita ada acara apaan yah hari ini ke rumah si Dave? Si Dave mau diajakin jadi bahan Arisan juga bun?”*

Lalu Tante Silvi yang mendengarkan pertanyaan Leon itu pun, mendadak tersenyum mingkem sambil meliriknya dari pantulan cermin.

“Hihihih… hmmm… kasih tau gak yah?”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu