1 November 2020
Penulis —  oedipussy

Mamaku Ratuku

Setelah mama kembali ke kamarnya untuk merapikan penampilan dan riasan wajahnya yang tadi kupejui itu, mama pun kini terdengar datang kembali ke ruang makan untuk menhampiriku.

Cklak… cklak… cklak… cklak… cklak…

Ah, bunyi ini! Setiap aku mendengar “bunyi itu” kontolku yang tadi sempat konak, otomatis semakin berdenyut seirama dengan suara itu.

Cklak… cklak… cklak… cklak… cklak…

Ya, suara itu. Tidak salah lagi, itu adalah suara High Heels mama yang selalu sukses membangunkan Libidoku. Bunyi “Sepatu Binal” itu seakan-akan adalah panggilan syahdu bagi para pemilik kontol untuk mengajak pemiliknya berbuat mesum!

“Mama kalau gini cantik gak sayang?”

Uhhh, dari jarak sejauh ini saja aku sudah mencium parfum mama yang berkelas itu. Setelah aku berbalik badan untuk melihat mama, tiba-tiba saja mulutku menganga dan terbengong-bengong melihat penampilan mama kali ini.

Aku memandangi mama dari atas sampai bawah. Rambutnya yang panjang itu kini diikat ke atas, sehingga menampilkan anting mutiara mama. Dandanan mama pun lebih “genit,” mulai dari pipinya yang dibuat merona, warna bibirnya yang merah gelap, sampai maskara dan alisnya yang tampil sempurna.

Dandanan mama ini semakin mempertegas betapa cantik, dewasa, dan anggunnya wajah mamaku ini sekarang. Seakan-akan dandanan wajah mama itu adalah panggilan untuk berbuat mesum bagi siapa saja yang melihat make up mama.

Lalu Tanktop mama yang berdada rendah itu, dilapisi dengan blazer biru tua terbuka, seakan-akan membantu memamerkan betapa cantiknya kalung mutiara mama yang terpajang sangat elegan di atas belahan bukit toketnya yang membusung itu.

Penampilan mama pun semakin sempurna karena mama memakai Rok Span ketat selutut yang warnanya senada dengan blazernya. Sehingga kaki mulusnya yang terbalut Stoking gelap itu membuat High Heels hitamnya tampil semakin sempurna untuk menggoda.

Aku masih saja terkesima dengan penampilan mama, padahal penampilan mama itu sudah sering kulihat setiap mama berangkat ke kantornya. Ya, itu adalah seragam kantor mama.

“Iiihhh… ya ampun, kamu biasa aja kali ngeliat mama! Udah sering liat juga! Hihihi…”. Mama pun lalu menghampiriku dan mengacak-acak rambutku sambil bersiap untuk duduk di sampingku.

“Loh, kok mama pakai seragam kerja mama? Bukannya mama mau ke Arisan?”

Lalu sambil mama mengambil sepasang roti di meja untuk menyiapkan sarapannya, mama pun berkata “oh iya, mama lupa bilang ke kamu sayang, kalau sekarang Arisan grup Mama itu sekarang mau pakai Dress Code segala sesuai profesi anggotanya gitu. Ada-ada aja yah mereka? Hihihihi…”.

Aku yang kaget dengan informasi itu, lalu langsung mulai mengelus penisku.

“Wah, berarti Tante Gina bakalan pakai seragam pramugarinya yang seksi itu dong? Shh…”

“Iya sayang, Tante Silvi bakal pake seragam Dokternya, Tante Lucy bakal pake seragam PNSnya, Kalau Tante Nita sih paling seperti biasanya pake bajunya pas waktu mau baca berita di TV gitu. Yaaa palingan cuma Ummi Ijah aja yang gak perlu pakai seragam segala, kan dia Ustadzah! Hahahah…”

Aaahhh… aku yang mulai membayangkan mereka akan datang ke “Arisan Binal” itu dengan memakai seragam profesinya, dibuat semakin belingsatan dengan mempercepat kocokan pada kontolku.

Melihat tingkahku yang mulai semakin bernafsu karena imajinasi liarku pada mereka, membuat mama yang sedang menyeduh kopinya pun hanya tersenyum sambil geleng-geleng melihatku.

“Ya ampun sayang… sabar atuh nak! Pasti pikirannya kemana-mana ya sekarang? Hihihihi…”

“Aaahhh mama, aku ya mana tahan kalau bayangin mama dan mereka bisa dipejuin sesuka hati sama si Leon mah… ssshhh… mamah mah… aku boleh ikut ya mah? please mah… ssshhh…”

Lalu mama yang menatapku dengan rasa iba akibat tidak boleh hadir di Arisan Spesial mereka itu, memutuskan untuk menggantikan tanganku dengan jarinya yang lentik itu. Mama lalu menepis tanganku dan menggantikannya dengan elusan-elusan nakal pada kontolku yang semakin menegang.

“Yeee… kan aturannya emang udah gitu dari sananya sayang, berondongnya kan cuma boleh ada satu! Hihihi…”

“Ahhh… mamah mah… sshhh… tega… sshh…”

“Hihihihi… kaciaaannn anak mama gak bisa mejuin mama sama temen-temennya… hihihi”

Mama hanya mengelus-elus saja kontolku. Tidak menggenggam atau bahkan mengocoknya. Bahkan, mama kadang dengan iseng sengaja menggesek-gesekkan Cincin Nikahnya di kontolku yang semakin ngiler itu.

“Aaahhh… mama tega… ssshhh…”

Mama pun hanya tersenyum mengiba menatapku yang sedang tersiksa dengan kenikmatan ini. Mama benar-benar memperlakukanku sebagai Boytoy alias ‘mainan’ seksualnya.

“Kamu udah mau keluar ya sayang? Hihihi…”

“Ahhh… ssshhh… iya mah… mejuin muka mama boleh gak mah… sshhh?”

Lalu sambil tetap mengelus kontolku dengan Cincin Nikahnya, mama bilang “Heeehhh… enggak boleh! Mama males ah dandan lagi sayang…”

“Ooohhh… ssshhh… terus mejuin mama di mana dong? Di dalem memek mama aja gimana mah? Shhh… Oohhh… mamah…”

“Aaahhh… kamu mah, kalau mama dientotin kamu, mama takut nanti jadi horni ah, kan mama bentar lagi udah mau jalan. Terus, mama ribet bersihinnya. Takut kena rok mama juga. Udah rapi gini juga! Masak mamanya yang udah cantik dan kelihatan profesional gini mau dibuat blepotan peju kamu lagi sih sayang?

Aaahhh… ucapan mamaku memang sukses membuat hasratku melambung tinggi. Terbukti dengan kontolku yang semakin berdenyut akibat ulah Finger Job mamah.

“Ya udah, shhh… terusss mau dipejuin di mana mah? Ooohhh… mamah… enakhhh…”

Dengan tersenyum genit, mama melepaskan jari lentiknya dari kontolku. Lalu mama menyuruhku untuk segera berdiri di kursi meja makan. Setelah aku berdiri, mama yang terlihat dari bawah menatapku dengan senyuman manisnya yang selalu meneduhkan jiwa nakalku.

“Kalau di sini aja gimana sayang? Kebetulan mama masih laper. Mau yah sayang?”

Aku yang melihat mama menadahkan Roti dan membungkuskan kontolku di sana, dibuatnya semakin belingsatan! Melihat mamaku dari bawah, tampil begitu anggun dan menggoda dengan seragam dan dandanannya, menatap mataku dengan tatapan iba penuh kasih sayang, seakan memahami kegelisahan nafsuku yang memuncak karena melihat keanggunan dan kecantikannya mama memainkan kontol anaknya yang ingin sekali dimanja olehnya.

“Enggak apa-apa kan sayang kalau mau mejuin mama nitip di sini dulu? Mama lagi pingin ngerasain selai peju buatan kamu. Mau yah sayang?”

“Ooohhh… iya mah… di mana aja asalkan pejuku untuk mamah, ssshh aku ikhlas mah… ooohhh”

Lalu sambil tersenyum, mama berkata “Pinter anak mamah… hihihihi”

Aku pun langsung ejakulasi saat mama mengatakan itu. Terlihat kontolku mulai berkedut-kedut di bungkusan Roti yang mama buat.

Setelah selesai memberi selai peju spesial untuk mamaku, aku pun duduk kembali sembari mengatur nafasku. Terlihat mama mulai memakan roti isi selai pejuku itu. Sambil meilirikku, mama tersenyum genit sambil memakan roti itu dengan hati-hati supaya warna lipstiknya tetap terjaga. Aaahhh mamaku memang seksi dan menggemaskan!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan