2 November 2020
Penulis —  ratna anida

Ibuku yang montok

Tak terasa ibuku bercerita sudah hampir 10 menit mengenai berapa ukuran kedalaman, dan lebar vaginanya, juga peristiwa yang pernah ibu alami di masa kecilnya dulu. Selama itu pula aku sengaja merangsang ibuku, dengan terus menerus kugosokkan, dan sesekali kuputar serta kumaju mundurkan telapak tanganku ini membelai di sepanjang celah memek mama kandungku, dan mamapun semakin terangsang, sebab kurasakan vaginanya bertambah basah, dan becek.

Ibuku semakin tidak tahan, dan lantas menceracau mengeluarkan kata kata yang membuat penisku semakin tegang; “aaauuchh… eemmhhh ssshh… ooohhh… masss yaann… oouuuch… terus anakku sayang gosok gosok tempikku ini nak, oohh enak sekali rasanya sayangku, cintaku, riska jadi semakin tidak tahan mas, memekku semakin gatal minta disodok kontolmu itu nak…

Mendengar ibuku berkata seperti itu aku semakin tidak tahan untuk segera menyodok penisku yang bertambah tegang ini, dan memasukkannya ke dalam memek riska, memek ibu kandungku yang telah melahirkanku ke dunia ini.

Aku benar-benar tidak menyangka sore ini keperjakaanku yang seharusnya hilang di liang vagina seorang gadis yang kelak akan menjadi istriku, namun sebentar lagi perjakaku ini akan kulepaskan di dalam vagina ibuku sendiri.

Ibuku Riska Damayanti yang selama ini membesarkan serta merawatku dengan penuh kasih sayang, bahkan rela mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku melalui vaginanya 22 tahun yang lalu, kini justru ibuku sendiri dengan sukarela akan menyerahkan seluruh tubuhnya, termasuk vaginanya sendiri kepadaku anak kandungnya, yang harusnya hanya dinikmati oleh Antok Suharmanto sebagai suami ibuku yang sah, akan tetapi demi agar dapat terus bersamaku, dan membahagiakanku, ibuku Riska Damayanti sampai menggugat cerai ayahku sendiri.

Impianku yang selama ini kupendam selama 6 tahun terakhir semenjak aku kelas 1 SMA untuk beristrikan ibu kandungku sendiri Riska Damayanti yang montok, dan sexy yang selalu menggodaku setiap saat sesaat lagi akan menjadi nyata.

Aku lalu menarik tubuh ibuku ke atas tempat tidur, dan lalu kuciumi kening ibuku, terus turun ke pipi ibuku, telinga ibukupun tak luput dari ciumanku, sesekali kujilati telinga ibuku, kemudian turun lagi ke leher ibuku yang jenjang yang berwarna kuning langsat.

Kontan saja ibuku mulai mendesis desis, dan melenguh saat ciumanku mulai turun ke lehernya; “mas rian kamu benar-benar pintar mas, kamu tahu kelemahanku ini bila tengkuk leherku dicium seperti ini, dan daun telingaku dijilati, ssshhh… eemmhh… aku cinta kamu nak, ibu tresno karo kowe… oohh terus nak nikmati leher ibu ini, jilat terus daun telingaku, Riska tidak mau berpisah denganmu mas, nikmati tubuhku ini mas Rian suamiku yang juga anakku sendiri.

Sesaat kemudian mata kami beradu, dapat kulihat dari sorot mata ibu yang tajam, dan memandangku lekat-lekat. Terlihat jelas dari sinar matanya bahwa ibuku telah jatuh cinta padaku, yang adalah anaknya sendiri, tak ada keraguan sedikitpun yang terpancar dari pancaran matanya bahwa ibu benar-benar sudah mantap bersuamikan aku.

Akupun balik menatap mata ibuku ini lekat-lekat, dan kukatakan; “Riska sayang, apapun yang terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sudah lama aku ingin memperistrimu, dan memilikimu bukan hanya sebagai ibuku, tetapi juga sebagai satu-satunya wanita di dalam hidupku ini, dan menjadikanmu ibu dari anak-anakku nanti!!!

Ibuku terlihat berkaca-kaca mendengar pernyataanku ini, dan berbisik lirih; “Mas Rian anakku sayang, aku amat sangat terharu mendengar kasih sayang, dan cintamu yang begitu besar padaku ini, bahkan menjadikanku yang adalah ibumu sendiri, menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anak kita kelak, dan sebagai satu-satunya wanitamu di dalam hidupmu.

Oh nak, segera hamili aku mas Rian, dek Riska sudah tidak sabar menantikan saat-saat itu, dan ingin segera hamil anakmu yang juga cucuku ini mas.

Ayo sayang, kita mulai bercinta anakku, sudah dari tadi Riska terangsang mas Rian, memekku sudah basah banget, dan berkedut-kedut seluruh dinding rongga di dalam vaginaku ini, sudah tidak sabar ingin digaruk, dan disodok penismu itu mas, uuhh gatal banget rasanya mas, tolong aku mas, entot aku, puaskan birahi mamamu ini.

Ibuku kini sudah melupakan segalanya sebagai ibu kandungku yang telah melahirkanku ke dunia ini, rupanya Riska Damayanti sudah memiliki persaan yang sama sepertiku ini. Sekalipun aku ini adalah anak kandungnya sendiri, ibuku sudah siap melakukan hubungan incest terlarang denganku putranya sendiri, meskipun hal ini dilarang oleh agama yang kami anut.

Puas menciumi, dan menjilati telinga, juga leher ibuku, serta kucupang lehernya hingga berbekas merah, kini kulanjutkan aksiku dengan mulai mencium bibir ibuku yang mungil yang berwarna merah muda, dan tampak seksi.

Bibirku bertemu dengan bibir ibuku, cup… mmuuaacchh… lalu kujulurkan lidahku ke dalam mulut ibu mencari lidahnya, yang lantas disambut dengan ibuku yang balik menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Rupanya ibuku memang telah berpengalaman dalam melakukan ciuman bibir. Kedua lidah kami saling berbelit, dan telah saling bertautan, sambil air liur ibuku yang telah menetes sengaja ibu bagikan padaku, dan akupun membagikan air liurku di dalam mulut ibuku.

memejamkan matanya, dan desah nafas ibupun menjadi berat, yang menandakan ibu telah dikuasai oleh nafsu birahinya.

Memang sulit sekali rasanya bila diri ini sudah dirasuki, dan dikuasai oleh nafsu birahi. Satu-satunya cara untuk meredakannya adalah dengan bersetubuh dengan orang yang kita cintai, apalagi orang itu adalah ibu kita sendiri.

Nilai-nilai moral yang selama ini kami berdua junjung tinggi, tinggal selangkah lagi nilai-nilai itu akan ambruk karena dahsyatnya gelombang nafsu birahi yang telah menguasai kami berdua aku, dan ibuku.

Batasan sebagai ibu, dan anak yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan sampai kapanpun, sebentar lagi bukan hanya terkaburkan, namun benar-benar akan roboh akibat persetubuhan sedarah antara ibu, dan anak kandungnya yang sesaat lagi akan terjadi demikian hati nuraniku berbisik.

Harga diri kami berdua sebagai seorang ibu, dan anak seakan-akan telah sirna hanya karena kami berdua sudah dirasuki oleh entah setan apa, sehingga kami berdua sudah tidak mampu lagi berpikir jernih. Kami berdua seakan telah melupakan status kami sebagai ibu, dan anak.

Apa yang kami perbuat adalah dosa besar, dan kami pasti masuk neraka atas apa yang kami lakukan ini, namun memang tidak ada seorang anakpun yang dapat bertahan dalam dilemma ini.

Apalagi sebagai seorang ibu, mamaku Riska Damayanti yang seharusnya melarangku, dan menolakku serta menyadarkanku akan kekeliruanku, justru malah menjerumuskanku ke dalam lembah kenistaan, dengan sengaja menggodaku anak laki-lakinya yang masih muda yang memiliki gairah seksual yang sedang tinggi-tingginya.

Begitupun denganku sendiri Rian Andrianto yang memang salah membangkitkan gairah seksual ibuku sendiri yang masih relatif muda dalam usia 43 tahun, usia matang, usia dimana seorang wanita sedang tinggi-tingginya birahinya, apalagi ditambah lagi dengan ayahku yang tidak memenuhi kebutuhan biologis ibu selama setahun terakhir, maka kloplah sudah apa yang kurasakan dengan apa yang ibuku rasakan ini.

Ternyata apa yang dikatakan para pelaku incest itu memang betul, bagi sang anak laki-laki tubuh ibunya, payudara, dan vaginanya adalah sesuatu hal yang harus dimilikinya sepenuhnya untuk dirinya sendiri, tidak untuk dibagikan dengan laki-laki lain, sekalipun itu adalah ayahnya sendiri, vagina ibu kandung adalah vagina yang ternikmat di dunia ini.

Sebaliknya bagi sang ibu yang kesepian seperti ibuku perhatian, dan kasih sayang serta rasa ingin memiliki anak laki-lakinya untuk selamanya, dan tak ingin sang putra meninggalkannya maka jalan satu-satunya adalah merayu, dan menggoda sang putra dengan keindahan, dan kemolekan tubuhnya, yang sang ibu akan merasa sangat puas saat penis sang anak laki-laki bersarang di dalam vaginanya, bahkan sang ibu rela melakukan apapun agar dapat bercinta, dan bersetubuh dengan darah dagingnya sendiri, bila perlu penis anaknya sebisa mungkin dibuat untuk menyemprotkan spermamanya di dalam rahimnya, sehingga sang ibu menjadi hamil.

Dengan demikian mereka berdua ibu, dan anak takkan pernah terpisahkan. Itupula yang dirasakan oleh mamaku Riska Damayanti yang mana penisku ini anak kandungnya sendiri Rian Andrianto adalah miliknya selamanya, dan sebaliknya vaginanya adalah milikku ini.

Tiada satupun penis yang paling nikmat di dunia ini selain penis sang anak. Apalagi bila sampai terjadi pernikahan sedarah, maka hubungan terlarang incest ini tidak ada lagi yang dapat melarangnya, bahkan hukum negara sekalipun, dan hal ini yang paling banyak didambakan oleh para pelaku incest agar sang ibu dapat menikmati disetubuhi oleh sang anak selamanya, begitupun sang anak dapat menikmati menyetubuhi ibu kandungnya selamanya, sehingga penis sang putra yang sering tegang, dan vagina sang ibu yang sering gatal dapat terus bersatu dalam sebuah hubungan seks terlarang untuk selamanya, dan tak pernah terpisahkan lagi.

Setelah puas berciuman bibir kira-kira selama hampir 5 menit, kedua tanganku lalu kutangkupkan pada kedua bukit kembar ibuku, kurasakan kedua tetek ibuku begitu besar, dan kenyal.

Perlahan mulai kubelai kuelus pelan-pelan kedua payudaranya, sesekali terkadang aku meremasnya, yang membuat mamaku melenguh; “oh anakku tercinta, eemmhh mas Rian, eennnakkk sayang, terusss cumbui Riska, ooohh belai teruusss tetekku nak, remas pelan-pelan, mmmhhh nikmati kedua bukit kembar mamamu ini seperti saat kamu masih bayi dulu nak, payudaraku, payudara ibumu sendiri, hanya untukmu selamanya mas Rian…

Akhirnya kejadian setahun yang lalu di kamar kostku terulang lagi kali ini, hanya perbedaannya sekarang adalah dengan kesadaran, dan kerelaan dari ibu.

Tanganku perlahan kugeser ketengah, tepat di tengah belahan daging kenyal payudara mamaku, sebagai tumpuan dari tubuhku, lalu pelan-pelan kudekatkan wajahku ke tetek ibu, dan mulai mencium kedua bukit kembar ibuku bergantian antara tetek kiri dengan tetek kanannya.

Saat aku masih hendak menghisap daging tetek ibuku yang kenyal sebelah kanan, tiba-tiba tangan ibu menahan tanganku untuk bertindak lebih jauh lagi. Mamaku malah menangkat kedua tangannya ke atas, lalu memintaku untuk mendekatkan telingaku ke arah bibirnya, dan mamapun berbisik; “mas Rian kamu mau menetek lagi padaku seperti saat kamu bayi kah?

Kujawab; “iya Riskaku tercinta, aku mau menetek lagi padamu seperti ketika aku masih bayi dulu, bolehkan mamaku, istriku?” tanyaku pada ibuku, lalu dijawab olehnya; “tentu saja boleh dong sayangku, tetekku ini hanya untukmu saja, aku kan satu-satunya wanitamu, dan hanya kamu sajalah satu-satunya laki-laki di dunia ini yang boleh menikmati tubuhku, walaupun kamu adalah anakku mas Rian.

Lepas saja gaun tidur yang kukenakan ini mas yan agar kamu dapat melihat kedua tetekku, tetek ibumu yang besar, dan montok, serta mewujudkan impianmu selama ini, sambil senyumnya mengembang di bibirnya yang menambah keayuan wajahnya.

Mendengar perintah dari ibuku akupun lalu menjawab:” bu, rian tidak mau menjadi anak yang kurang ajar, alangkah baiknya bila ibu saja yang melepaskan gaun tidur ibu ini.” kataku pada Riska ibuku. Akan tetapi ibu menolaknya, dan ibu lalu memintaku untuk sedikit melepaskan pelukanku pada dirinya serta agak mundur ke belakang, sehingga aku kini duduk di sebelah kiri ibu.

Perlahan ibupun lantas bangkit, dan duduk di hadapanku sambil mengangkat kedua tangannya, lalu memintaku untuk mendekat ke sampingnya, dan melepaskan gaun tidur berwarna putih yang dikenakannya sambil ibupun berkata; “nak, ibu ingin kamu yang melepaskan gaun tidurku ini mas Rian suamiku tercinta, ibu ingin kamu menunjukkan baktimu padaku Riska Damayanti, ibu kandungmu yang kini telah menjadi istrimu, dan sudah kewajibanmu sebagai suamiku yang baru untuk melepaskan pakaianku ini saat kita bercinta mas yan, sebagaimana yang dilakukan ayahmu dulu di malam pengantin, lakukanlah nak lepaskanlah gaun tidurku ini, gaun tidur mamamu yang juga istrimu.

Lalu spontan kujawab; “baiklah bu, rian akan melepas gaun tidurmu Riskaku sayang sebagai wujud baktiku sebagai seorang anak, dan kewajibanmu sebagai suamimu yang baru dek Riska ibuku sekaligus istriku tercinta.”

Tanganku agak gemetar saat mulai menyentuh tali gaun tidur ibuku sebelah kanan, ingatanku melayang kembali ke peristiwa di kostku saat ibuku membuka gaun tidurnya di hadapanku, dan bertopless ria (telanjang bagian atas tubuh) di hadapanku.

Saat itu ibu melakukannya dengan terpaksa, namun kali ini ibuku dengan sukarela memintaku melepaskan gaun tidur yang dipakainya itu, sedangkan kini mamaku sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik gaun tidurnya yang berwarna putih ini, yang berarti sebentar lagi untuk kali pertama dalam hidupku aku akan melihat Riska Damayanti, ibuku sendiri dalam keadaan telanjang bugil di hadapanku dengan jarak yang teramat sangat dekat, bahkan bukan hanya sekadar melihat tubuh indahnya saja yang selama ini hanya kubayangkan, dan baru pernah kulihat saat kuintip ibuku ketika sedang mandi di kamar kostku setahun yang lalu, dan akupun juga baru sekali menyentuhnya, akan tetapi kali ini aku benar-benar menjadi anak laki-laki yang paling beruntung di dunia ini, sebentar lagi aku dapat menikmati tubuh indah ibu kandungku sendiri, serta mencumbunya setiap saat sepuasku bisikku dalam hati.

Jantungku berdegup kencang menunggu momen terlepasnya gaun tidur ibuku ini. Sesuatu yang memang selama ini sangat kuharapkan, akan tetapi aku tidak menyangka secepat ini akan terjadi.

Pelan tapi pasti kutarik tali gaun tidur ibuku sebelah kanan dengan tangan kiriku, dan sekejap kemudian kutarik tali gaun tidur ibuku sebelah kiri, sehingga gaun tidurnya kini merosot ke bawah hingga ke perut ibuku, dan di hadapan mataku kini nampak kedua bukit kembar ibuku yang besar, nan montok itu dan sebesar jeruk bali, yang berukuran 36 D dengan puting berwarna coklat kemerahan yang sebesar ukuran biji kacang atom yang menghiasi kedua teteknya, serta tampak sudah menegak, dan mengeras menungguku untuk menghisapnya.

Sesudah gaun tidurnya merosot ke bawah, ibuku lalu berkata lirih; “nak, ayo kesini, mendekat ke arahku, ke arah Riskamu ini, ibumu yang telah menjadi istrimu mas Rian, hisap, dan kenyot tetekku yang sudah mengeras ini mas, aku rindu saat-saat seperti itu, saat dirimu menetek padaku seperti ketika kamu masih kecil dulu.

Tanpa banyak kata, perlahan kudekati ibuku, dan lalu kedua tanganku mulai membelai payudara sebelah kanan ibuku, dan kutangkupkan tanganku ini erat-erat pada daging kenyal tetek ibuku, lalu perlahan mulai kuhisap puting payudara ibuku sebelah kanan yang telah membengkak itu; “srruuuppp… sruuuuppp…

Sambil menetek, sesekali kupandangi wajah ibuku yang sayu, dan matanya terus menatap wajahku.

Terpancar kelembutan, beserta kasih sayang dari mata ibuku yang begitu besar padaku, saat aku tengah menghisap tetek ibuku, kudengarkan ibu hanya bergugam; “oohh… eemmmhhh… nak, dulu saat kamu masih bayi kamu juga menetek padaku mas Rian sayang, mmhh… Riska dulu menyusuimu selama 2 tahun, dan kamu makan nutrisi makananmu dari air susuku ini nak selama itu, kini saat yang lama kunantikan untuk kembali menetekimu terulang lagi mas…

Akupun hanya menganggukan kepala, sambil terus kukenyot pentil tetek ibuku sebelah kanan yang berwarna coklat kemerahan, kadang kusedot pelan, kadang kuhisap dengan kencang. Melihatku yang sedikit kelelahan saat menghisap payudara ibuku dengan posisi semi duduk, ibuku lalu memintaku untuk berbaring di pangkuannya, dan akupun segera berbaring di pangkuan ibuku sambil terus kuhisap puting payudaranya yang sebelah kanan.

Puas menjilati puting payudara sebelah kanan ibu, aku lalu membelai puting payudara sebelah kiri ibu. Sebelum kulanjutkan kegiatan menetekku, kusempatkan untuk menjawab pertanyaan ibuku tadi; “Riskaku tercinta, tentu saja aku sudah lama sekali mendambakan saat-saat ini, sudah 5 tahun lebih kutunggu saat seperti ini, jujur mas merasa tidak puas saat dek Riska melarangku untuk menetek padamu di kamar kostku setahun yang lalu, padahal saat itu aku ingin menunjukkan baktiku ini padamu, meskipun pada akhirnya bisa kuremas-remas bukit kembarmu ketika itu, akan tetapi aku belum puas, dan masih merasa kecewa karena aku belum bisa menetek padamu ibuku sayang yang juga istriku tercinta.

Kulihat raut wajah penyesalan di wajah ibuku saat aku berkata seperti itu, dan ibupun lalu meminta ma’af padaku; “maafkan dek Riska iyaa mas Rian anakku sayang yang juga suamiku tercinta, saat itu adik belum siap apabila mas menetek padaku, dek Riska takut kebablasan, dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kamar kostmu, adik tahu pasti saat itu mas Rian berusaha untuk merangsang adik agar mas dapat menyetubuhi adik yang masih terikat ikatan pernikahan dengan ayahmu kan mas??

Adik mengerti akan hal itu mas, sebab saat mas gesekkan penis mas Rian ke belahan pantat adik ini, dan berusaha untuk mas gesekkan lebih jauh ke bawah dengan membuka pantat adik ini mencoba menemukan belahan memek adik, sebenarnya adikpun terangsang, akan tetapi dek Riska yang masih berstatus sebagai istri ayahmu harus tetap menjaga kesucian pernikahanmu dengan mas Antok Suharmanto ayahmu, walaupun adik sendiri jujur adik juga ingin merasakan burungmu itu bersarang di liang peranakan adik ini mas.

Itulah sebabnya dek Riska yang juga ibumu sendiri menolak kamu untuk berbuat lebih jauh saat itu.

Nah sekarang adik sudah siap lahir batin untuk menjadi istrimu mas Rian Andrianto, dan kelak menjadi ibu dari anak-anak kita. Kamu tidak usah khawatir mas Rian, sebab seluruh tubuhku ini termasuk rahimku, payudara, dan vaginaku hanya untukmu saja anakku, tidak akan pernah ada lagi laki-laki lain dalam hidupku selain kamu saja mas Rian, aku akan berusaha menjadi istri yang shalihah, dan berbakti padamu seumur hidupku ini mas, sekalipun aku adalah ibumu, ibu kandungmu yang melahirkanmu, namun kini aku adalah istrimu nak.

Maukah kamu mema’afkan istrimu ini apabila diriku saja yang juga ibumu bisa mema’afkan kesalahanmu, masa kamu tidak bisa mema’afkanku lho mas Rian anakku yang juga suamiku?

Tentu saja Riskaku sayang, mas Rianmu ini sudah mema’afkanmu mamaku yang juga istriku. Sekarang akan kulanjutkan lagi menetek padamu ibuku tercinta, dan memberikanmu kepuasan dek Riska sayang.

Setelah itu aku berpindah posisi, dan kini kurebahkan kepalaku pada paha ibuku sebelah kiri, dan kuteruskan kembali menetek pada ibuku.

Tanganku mulai membelai tetek sebelah kiri ibuku, lalu sedikit kupelintir puting teteknya dengan ujung jempol, dan jari telunjuk tangan kananku ini, sehingga membuat tubuh ibuku menggelinjang, juga bergetar seluruh tubuhnya. Ibuku agak melenguh saat kupelintir teteknya itu, sehingga nafas ibupun menjadi tidak teratur, dan ibupun menceracau; “eeemmhhh…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu