2 November 2020
Penulis —  ratna anida

Berbakti pada ayahku

Beberapa bulan kemudian setelah peristiwa yang aku alami sepulang sekolah itu, yang mana runtutan peristiwanya dapat pembaca simak sekalian pada cerita Ayahku yang perkasa (my Real’S StorY) akupun kembali berhubungan suami-istri dengan ayahku yang tercinta.

Peristiwa ini kualami saat aku duduk di bangku kelas 2 SMA, dan usiaku baru 18 th, ketika ibu sedang bertugas di luar kota, ketika ayahku sedang sakit sehingga membutuhkan perawatan juga perhatian dariku ini. Nah peristiwa yang kualami ini akan kuceritakan dalam 3 bab yaitu:

Bab A MERAWAT PAPA KETIKA PAPA SAKIT

Perkenalkan namaku Ratna Andani Hidayati, usiaku sekarang 27 tahun, aku kini telah mempunyai anak buah cintaku dengan ayahku yang sekarang berusia 5 tahun yang kuberi nama Dinda Purnama Puspitasari. Nama papaku Irfan, beliau seorang pensiunan guru salah satu SMA swasta di kota Malang, dan mamaku bernama Lasmi, beliau mengajar di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di kota Malang.

Kehidupan rumah tangga ayah, dan ibuku cukup harmonis, walaupun kadang juga diwarnai pertengkaran kecil, namun itu malah membuat mereka terlihat semakin mesra, yaach memang dalam setiap orang berumah tangga itu selalu diwarnai oleh pertengkaran kecil, yang mana itu malah menjadi penyedap indahnya romantika dalam berumah tangga.

Akupun seringkali tanpa sengaja mendengar suara desahan, dan rintihan ayah juga mamaku setiap kali aku belajar tengah malam untuk mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan di sekolah esok hari. Kadang-kadang aku diam-diam mengendap-endap di depan kamar kedua orang tuaku, sambil mataku mengintip ke dalam kamar orangtuaku melalui celah sempit yang ada di pintu kamar.

Mamapun meneruskan memutar-mutarkan pantatnya hingga kulihat papakupun terasa ngilu, dan akan segera mencapai klimaksnya. Papapun lalu berkata;“Ma, enak banget ma, semakin lama vagina mama ini semakin legit, sekalipun kita sudah 17 tahun menikah, memek mama tetap sempit, dan dinding vagina mama menjepit kuat banget, seperti saat malam pertama dahulu.

Mamapun semakin mempercepat gerakannya dalam memutar-mutarkan pantatnya, sambil mata mama terpejam, lalu mama menjawab; “i… iya… donk pa, vagina mama ini masih tetap sempit nan legit, kan mama rajin merawat vagina mama ini, juga tiap hari naik turun tangga di kampus mama, jadi kan sama saja seperti mama ini berolahraga rutin pa.

Mendengar mama berkata seperti itu, papapun lalu menganggukan kepalanya sebagai tanda papa sependapat dengan mama, sambil papa terus menyodokkan kontol papa semakin dalam, dan tak lama kemudian kulihat kontol papaku ini sudah sepenuhnya ditelan oleh vagina mamaku. Sejurus kemudian papapun lalu berkata; “hmm…

iya ma, oooh ma, kontol papa hangat banget, dan vagina mama semakin berdenyut saja menjepit kontol papa ini, ma… papa gak tahan ma, papa mau keluar nich ma, dan tak lama kemudian… Oooh… auucch… sroot… sroot… sroot… Ma… terima sperma papa ini… kontol papakupun menyemprotkan sperma sebanyak kira-kira 4x ke dalam vagina mamaku ini

Mamapun lalu mengejang badannya pertanda akan segera orgasme dan mama semakin mendesah serta mengerang, kemudian tak lama setelah itu mama berteriak;” aaauucch… hhh… pa… ssshh… ooohh pa… mama juga keluar nich pa… sssuurrr… serrr.. sssuurrr… serr… sssuurr, aaauuuch pa, mama keluar pa, kontol papa enak banget sayang, benar-benar memenuhi dinding vagina mama ini, buat mama ketagihan terus, siraman sperma papa menghangatkan rahim mama ini pa.

Mamakupun lalu mencabut kontol papaku yang perlahan-lahan mengecil, dan kulihat dari liang vagina mamaku ini mengalir sperma papa yang sebagian tertumpah, sebab tak semua sperma papaku dapat tertampung di dalam rahim mama bercampur dengan cairan kewanitaan dari memek mamaku ini. Mamapun lalu mengambil tissue untuk mengelapi vaginanya yang masih basah, sesudah itu mama lalu mengelapi kontol papaku.

Aku yang sedari tadi menyaksikan adegan saat papaku menyetubuhi mamaku, tanpa kusadari kuremas-remas payudaraku ini, dan sambil kuelus-elus celana dalamku tepat di bagian tengahnya serta kubayangkan aku tengah dientoti oleh papaku ini. Saat aku tersadar kurasakan celana dalamku ini telah basah, dan dapat kurasakan pula puting payudaraku ini telah mengeras, begitupun juga dengan bibir vaginaku yang liangnya perlahan mulai merekah, lalu akupun bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dan membilas vaginaku ini, kemudian akupun lalu berganti celana dalam.

Setelah aku selesai membersihkan liang vaginaku yang becek, dan belepotan dengan cairan kewanitaanku ini di kamar mandi, maka akupun kemudian kembali ke kamarku untuk memulai belajar mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan di sekolah keesokan harinya. Akan tetapi aku tak dapat konsentrasi sepenuhnya karena aku selalu saja terbayang adegan saat orangtuaku tadi sedang bercinta.

Aku berharap suatu saat nanti aku dapat mengulang kejadian 2 bulan yang lalu saat aku disetubuhi oleh papaku, yang mana saat itu aku tak mengetahui ternyata papaku ada di kamarku ini ketika aku sedang berganti pakaian, dan terjadilah “kecelakaan” yang kala itu aku dapat merasakan untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh kontol papaku yang besar, dan panjang, yang mana papaku memiliki kontol berukuran panjang 15 cm, dengan diameter sekitar 2 inchi, sehingga saat memasuki vaginaku ini maka vaginaku terasa penuh, dan sesak oleh kontol papaku itu.

Sementara mamaku Lasmi memiliki payudara berukuran 34 B sama sepertiku, dengan tubuh yang lebih langsing serta warna kulit yang lebih kuning langsat dariku, namun dengan tinggi badan yang lebih pendek bila dibandingkan denganku ini, mamaku berukuran tinggi badan 158 cm; dengan berat badan 45 kg, sedangkan aku berukuran tinggi badan 163 cm; dengan barat badan 57 kg.

Kami berdua memiliki bentuk wajah yang mirip, selain itu kami juga sangat akrab, dan dekat, sehingga orangpun sering mengira kami adalah kakak-adik. Walaupun mama berusia hampir terpaut 30 tahun dariku, tetapi mama tetap rajin melakukan perawatan terhadap tubuhnya, sehingga mamapun tampak seperti seorang wanita yang masih berusia 30 tahunan.

Haripun berganti dan waktupun berlalu, tanpa terasa hingga tiba saatnya menjelang aku menghadapi ujian kenaikan kelas pada bulan Nopember 2005 ini. Aku berharap dapat mengerjakan ujian dengan lancar, dan naik ke kelas 3 SMA. Saat ujian kurang 5 hari mamaku mendapatkan tugas dari kampusnya untuk mengikuti seminar di kota hujan Bogor.

Akupun sebenarnya merasa agak sedikit kecewa, sebab bagaimanapun aku membutuhkan perhatian dari kedua orangtuaku manakala konsentrasiku tercurah sepenuhnya untuk ujian. Dengan berat hati akhirnya akupun pada pagi hari pukul 08.30 w. b, tanggal 8- Nopember-2005 aku beserta papaku mengantarkan mamaku ke terminal menumpang taksi dari rumah.

Sepeninggal mamaku ke Bogor, akupun hanya berdua di rumah dengan papaku ini. Awalnya tak ada masalah hingga kira-kira pada pertengahan bulan tepatnya tanggal 21- Nopember-2005, saat itu papaku jatuh sakit dan dirawat di salah satu Rumah Sakit Swasta milik PTPN di kota Malang ini. Aku sebagai anak perempuan satu-satunya ingin memberikan perhatian yang khusus kepada papaku ini karena kulihat papa begitu tertekan dengan penyakit yang dideritanya.

Nah kebetulan juga saat itu mamaku masih ada di Bogor dalam rangka mengikuti seminar nasional. Mamaku bekerja di salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di kota Malang, di wilayah Jawa Timur. Jadi aku yang merawat papaku menggantikan peran mamaku ini selama mamaku mengikuti seminar di kota hujan.

Aku yang mengantarkan ayah ke rumah sakit, dan lalu menungguinya serta menyuapinya makan, juga meminumkannya obat selama ayah dirawat di rumah sakit. Terkadang pula sepulang dari sekolah aku langsung menyempatkan diri menuju rumah sakit tanpa sempat berganti pakaian, akan tetapi aku telah menyiapkan pakaian ganti dari rumah saat aku hendak berangkat sekolah.

Kejadian yang akan kuceritakan ini terjadi saat hari ke 3 papaku di rawat di rumah sakit, yang mana pada 2 hari sebelumnya aku hanya sebentar saja sekitar kurang lebih cuma 2 jam dalam menemani papaku di rumah sakit, sebab aku harus mempersiapkan diri untuk belajar menghadapi ujian yang mana mata pelajaran yang diujikan relatif sulit.

Pada hari ke 3 ini mata pelajaran yang diujikan bukan mata pelajaran yang sulit, sehingga selesai ujian kira-kira pukul 10.00 w. b, akupun lantas berganti pakaian di toilet sekolah, lalu aku segera bergegas menuju rumah sakit dengan menumpang kendaraan angkutan kota. Sekitar 25 menit perjalanan dengan angkot, akupun sampai di rumah sakit tempat papaku ini di rawat.

Akupun lalu berjalan menuju kamar papaku di ruang melati A7. Akupun lalu mengetok pintu kamarnya 3x. Tok… tok… tok… Assalamu’alaikum wr. wb, pa, ratna datang, papa sedang apa di dalam? Namun tak ada jawaban dari dalam kamar papaku. Akupun lalu membuka gagang pintu kamar papaku perlahan, ternyata pintu kamar papa tidak dikunci, dan kulihat papaku tertidur pulas di atas kasur.

“pa, Ratna sedih dech melihat papa sakit dan menderita. Apakah ada yang bisa Nana lakukan agar papa lekas sembuh?” Papaku lalu perlahan terbangun dari tidurnya, kemudian membuka matanya perlahan yang tadi terpejam, dan papa lantas mengelus rambutku ini sambil ditatapnya payudaraku ini, lalu kemudian papa berkata:

“Ya, Sayang, kamu bisa ngasih papa susu kamu itu.. Itu akan menjadi pengobatan yang sempurna untuk mempercepat kesembuhan papa ini”.

Ketika papaku mengatakan itu, tangan papa sambil membuka kancing bajuku ini satu persatu, dan diremas-remasnya payudaraku, hingga payudarakupun menjadi tegang, dan mengeras. Aku mempunyai ukuran payudara dengan cup bra 34 B, dan memiliki puting berwarna coklat agak kehitaman, serta areola (daerah melingkar yang mengelilingi puting payudaraku ini) yang sensitif atau peka terhadap rangsangan, mungkin ini juga yang membuat ayah jadi bernafsu tiap kali kami bercanda, karena kami berdua sangat akrab, bahkan seperti kakak-adik.

“Tentu saja pa… kalau itu memang bisa mempercepat kesembuhan papa!” Aku lalu melepaskan pakaianku ini yang telah terbuka kancingnya itu, lalu kemudian akupun melepaskan pengait Braku, dan payudaraku yang telah menegang serta mengeras pun seakan melompat keluar dari kurungannya. Aku agak membungkuk di tempat tidur papaku, dan mendekatkan payudara kananku hingga berada dekat dengan wajahnya. Tanpa sepatah katapun, papaku lalu memegang payudaraku yang besar juga bundar itu dan mulai membelai serta memijatnya. Saat papa mulai meremas puting susuku, susukupun menjadi semakin keras. Papa pun lalu memasukan putingku ke mulutnya yang terbuka lebar dan mulai menghisapnya sruupp… sruupp… sluruupp… Aku bisa merasakan lidahnya menggelitik puting ku ini. Akupun mulai mendesah… sshh… oooh pa… enak sayang, teruus pa hisap pentil tetek ratna ini… Kebahagian disertai kehangatan seakan menyebar ke seluruh tubuh ku dari pengalaman baruku ini. Sehingga dalam hitungan detikpun akupun kemudian dapat merasakan bahwa vaginaku telah gatal, dan basah. Aku mencoba untuk meraba vaginaku ini, dan ternyata oh.. vaginaku telah benar-benar basah, dan bahkan cenderung becek. Semua ini benar-benar mengejutkan ku karena rasanya sangat berbeda dari yang pernah, dan sering dilakukan oleh pacarku. Hanya dalam hitungan detik aku telah mendapati kenyataan bahwa celana dalam ku benar-benar basah, akibat dari perlakuan ayahku ini.

Aku menggigil dan gemetar karena orgasme yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Papapun beralih kepayudaraku yang satunya dan menghisap kuat sampai energiku terasa benar-benar terkuras. Papa kemudian melepaskan putingku dari mulutnya dan berkata.

“Enak banget nak… - hal yang terbaik yang pernah kamu lakukan untuk papa, dulu papa suka banget ASI mama kamu, saat dia masih menyusuimu dulu, sekarang sudah lama papa ngga merasakan itu.”

Kamipun kemudian berpelukan, dan papa pun mengisap lagi payudaraku ini untuk waktu yang lama. Setelah hampir 1 jam papa menghisap puting payudaraku ini papapun merasa puas, dan lalu papa kembali tertidur pulas. Aku kemudian lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan badanku ini. Aku yang tadi telah telanjang di bagian atas saat papaku melepas baju, dan Bra ku ini sengaja tak kupakai lagi pakaianku ini saat papa selesai menghisap kedua payudaraku ini, namun tetap kulipat rapi baju beserta Bra ku lalu kutaruh di kursi, sehingga akupun hanya memakai rok panjang, dan celana dalam saat aku berjalan ke kamar mandi itu sambil akupun membawa handuk.

Sesampainya di dalam kamar mandi, akupun lantas melepas rok panjang juga celana dalamku, dan kulihat celana dalamku ini masih basah kuyup oleh cairan kewanitaanku yang agak lengket ini. Akupun lalu mulai menyiram tubuhku ini dengan air, dan menyabuni badanku ini, saat tanganku ini sampai pada bagian payudaraku kurasakan kedua payudaraku ini pada bagian areolanya masih sedikit mengeras, sehingga akupun teringat kembali kejadian saat papa menghisap, juga meremas payudaraku tadi.

Akupun lalu melanjutkan menyabuni daerah kewanitaanku ini dengan memakai sabun sirih, saat aku mulai menggosokkan dan memutar-mutarkan tanganku sengaja jariku ini kusentuhkan pada bagian klitoris vaginaku lalu akupun mendesah perlahan… oooh… oooh mas… oohh… mass… ssshhh… ooohhh… mas…

Akupun lalu memakai handukku dan keluar dari kamar mandi untuk memakai pakaianku ini, yang mana kamar mandi itu masih berada satu ruangan dengan kamar tidur papaku, hanya berjarak beberapa meter saja. Setibanya di kamar tidur papaku, akupun kemudian menghanduki tubuhku yang masih dalam keadaan telanjang bugil, sambil akupun menyiapkan pakaian ganti, sebab tadi pakaianku sudah kotor.

Untungnya tadi aku membawa 2 setelan pakaian dari rumah. Aku terus melanjutkan kegiatanku menghanduki tubuh telanjangku ini, tanpa kusadari ternyata papaku ini telah terbangun dan asyik menonton pemandangan indah dimana putrinya sedang telanjang di hadapannya. Selesai aku mengeringkan badanku ini dengan kain handuk, akupun lekas memakai pakaianku yang baru.

Aku memakai bra berwarna coklat muda senada dengan bra yang tadi kupakai, celana dalam berwarna putih dengan bordir motif bunga, kemeja bermotif kotak warna biru muda, dan rok panjang berwarna putih. Setelah itu akupun kemudian menyisir rambutku yang panjang ini lalu kuusapkan bedak di wajahku ini. Sesudah selesai berdandan, akupun lalu menyuapi papaku ini dengan bubur yang telah tersedia di meja, lantas meminumkannya obat agar papaku ini lekas sembuh.

Akupun lantas pulang ke rumah dengan menumpang taksi. Sesampainya di rumah aku bertanya di dalam hatiku, perbuatan apa lagikah yang akan dilakukan oleh papaku ini esok hari kepadaku. Akan tetapi aku tidak mau ambil pusing untuk memikirkannya, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menonton tv.

Kira-kira pukul 20.45 w. b akupun tertidur di depan tv, hingga saat aku terbangun waktu telah menunjukkan pukul 24.00 w. Akupun kemudian berjalan ke kamarku untuk melanjutkan tidur, sebab esok pagi aku akan kembali ke rumah sakit untuk menjenguk papaku, dan lagi ujiankupun telah selesai tadi sore.

Sekitar pukul 04.00 w. b akupun terbangun saat adzan subuh berkumandang. Akupun lantas mempersiapkan pakaianku, dan pakaian milik papaku ini sebab hari ini papa sudah boleh pulang ke rumah. Sengaja aku hanya mencuci mukaku ini, dan berganti pakaian dikarenakan udara di pagi hari yang begitu dingin menusuk kulit, sedangkan aku pikir lebih baik nanti mandi di rumah sakit saja.

Akupun segera menelepon taksi setelah segala perlengkapan yang akan kubawa ke rumah sakit ini siap. Sekitar 15 menit kemudian taksipun datang, dan aku lantas melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Setibanya di rumah sakit waktu menunjukkan pukul 05.00 w. b tepat. Akupun bergegas menuju ke kamar papaku, dan sesampainya di depan kamar aku buka kenop/gagang pintu kamar perlahan, tak lupa kuucapkan salam “Assalamu’alaikum wr.

“pa, bagaimana keadaan papa sekarang? Sudah merasa sehatkah pa?“.Papakupun menjawab pertanyaanku ini;“alhamdulillah nduk, papa sekarang sudah merasa baikan sayang”. Akupun lalu berkata; “oooh syukur dech kalau papa sudah baikan. Ratna senang banget rasanya pa!” Akupun lantas berpamitan kepada papa untuk mandi dulu sebab badanku sudah agak gatal, sambil kuucapkan;

“pa, ratna mau mandi dulu iya sayang”. Papapun lalu menyahutiku; “iya nduk, jangan dikunci iya pintunya, nanti kalau sewaktu-waktu papa butuh kamu, biar mudah manggilnya!”

Aku tidak menjawab seruan papa itu, dan segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi pagi. Saat aku sedang asyik mandi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar mandi, tanpa pikir panjang lalu kubukakanlah pintu kamar mandi, dan ternyata kulihat ayahku sudah berada di depan pintu kamar mandi. Akupun tentu saja kaget setengah mati, dan berusaha menutupi payudara, dan vaginaku ini dengan kedua tanganku.

Tiba-tiba papa mendekapku dari belakang, lalu berbisik di telingaku, “nduk, kamu maukan menolong papa, Na, putriku yang cantik?“.

Lalu akupun menjawab, “menolong apa nich papaku sayang, cintaku?”

Ayah tidak menjawab, hanya saja beliau berkata,“nanti saja ya sayang, papa akan katakan saat kita sudah tiba di rumah, sekarang kamu teruskan dulu mandinya, nduk.”

Terus-terang hatikupun menjadi dag-dig dug tidak menentu menanti apa yang akan terjadi nanti, namun aku tetap meneruskan kegiatan mandiku ini sampai selesai, walaupun pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka, dan papaku masih tetap berdiri di depan pintu sambil pandangan mata papaku tak lepas dan terus memperhatikan tubuh telanjangku ini.

Selesai mandi akupun lalu berdandan yang cantik dengan memakai gaun terusan berwarna merah muda bermotifkan bunga, kemudian kusisir rambutku yang panjang ini. Sementara papaku sendiri kini mandi, dan bersiap untuk pulang ke rumah. Setelah aku selesai berdandan, dan papa juga selesai mandi serta berpakaian kamipun lalu berjalan berdua meninggalkan kamar menuju loket administrasi untuk membayar semua biaya administrasi termasuk juga membayar biaya obat yang dikonsumsi oleh papaku selama 4 hari dirawat di rumah sakit, yang mana total biayanya mencapai Rp 5.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu