3 November 2020
Penulis —  UcihaJhony

Akay dan UMI indah

PART 6

Malam begitu dingin. Tak ada bintang yang terlihat di langit yang gelap gulita saat itu. Sesekali cahaya kilat memancar diikuti oleh bunyi gemuruh yang menderu-deru.

“Agak ngebut kayy, keburu hujan?”.

“Siap Umi”.

Akay menarik lebih dalam Tuas gas, mengendarai motornya lebih cepat, agar lebih cepat sampai sebelum hujan turun.

Tubuh Indah yang kedinginan merapat ke punggung Akay. Sesekali buah dada lembutnya menekan punggung Akay.

Teringat Peristiwa sebelumnya. Akay masih kelelahan dalam sisa-sisa kenikmatan di atas sofa.

Sedikit Menoleh, Uminya sedang membenahi pakaiannya yang kusut tak karuan. Akay mendengar suara isak Tangis.

“Umi…”.

Indah masih diam tidak menjawab.

“Umi…”.

Hingga akhirnya Uminya berpaling kearahnya. Terlihat jelas Matanya diselubungi oleh air mata yang jernih.

“KKK Kay…”.

Susah bagi Indah untuk mulai bicara.

“ki ki… kita… ga boleh berbuat ini, ga boleh kay..”.

“Aaa… Aa… Akay tau Umi”.

Jawab Akay.

Rasa sesal, malu dan bersalah mulai meghampiri dirinya. Indah tertunduk, masih duduk di atas sofa. Air matanya mengalir menjalar di atas batang hidungnya lalu menetes jatuh ke atas lantai.

Di dalam hatinya, dia tidak menyalahkan Akay anaknya. Yang Salah adalah dirinya sendiri, karena membiarkan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan itu terjadi.

Indah berdiri. Air matanya masih mengalir. Dia bangkit lalu berjalan menuju ke kamarnya.

“Umi…!”.

Akay coba memanggil Uminya tetapi Indah telah masuk ke dalam Kamarnya, menutup pintu kemudian menguncinya..

Penyesalan meghampiri pikiran Akay.

Dirinya sudah keterlaluan. Kasih sayang, kelembutan dan kebaikan Uminya dibalas olehnya, dengan mengambil kesempatan untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh.

Dia merenung, kecewa terhadap dirinya sendiri. Bingung karena tidak tahu bagaimana harus menghadapi Uminya, agar suasana kembali seperti biasa lagi.

Di dalam Kamar, Indah menenggelamkan Wajahnya di atas bantal.

Dia menangis tersedu. Isak tangisnya perlahan tenggelam di dalam lagu ‘Iwan fals’ yang sedang terdengar di radio dalam kamarnya. Indah benar-benar menyalahkan dirinya Sendiri bukan anaknya. Dialah Yang salah.

Air matanya terus mengalir. Keduanya saling menyalahkan pada diri mereka masing-masing.

Sepanjang siang sampai malam hari, Indah mengurung diri di dalam kamar. Tak ada nafsu untuk Makan, keluar kamar Pun hanya untuk ke kamar mandi, Akay Sendiri lebih memilih keluar rumah, sekedar mencari Angin untuk menjernihkan pikirannya dan pulang ketika malam Tiba, sama seperti Uminya, tak ada nafsu untuk makan, dia hanya ngemil sambil nonton TV, dan kemudian tertidur.

Keesokan harinya keduanya saling menghindar di antara satu sama lain. Kalaupun bertemu masing-masing saling berdiam diri.

Mereka juga makan tidak dalam waktu yang sama dan berbarengan seperti biasanya.

Seminggu ini warung makanan tidak dibuka karena mereka baru saja pulang dari Jakarta.

Setelah lewat siang hari, ketika Akay sedang mencuci sepeda motor 125z nya di halaman rumah. Uminya datang menghampiri setelah mengambil pakaian yang dijemur di tiang jemuran.

“Kay jangan lupa malam ini…

Kita akan ke rumah Bi ningrum”.

“Iya Umi…”.

Akay menjawab sambil coba menghindari tatapan dari mata uminya yang berdiri dan kemudian berlalu dari situ.

Memang dia lupa bahwa nanti malam mereka akan ke rumah saudara Uminya yang tinggal 7km dari kampung mereka, karena Bi Ningrum, adik dari Uminya akan mengadakan hajatan minggu ini.

Karena itu juga mereka pulang lebih awal dari Jakarta.

Banyak orang kampung bergotong-royong membuat persiapan Hajatan di rumah Bibinya pada malam itu.

Indah berada di dapur bersama anggota keluarga wanita lainnya, mengobrol, bergosip, yang di iringi dengan riuh gelak canda dan tawa.

Sedangkan Akay berada di luar rumah, membantu mengatur barisan kursi di bawah bawah tenda.

Dan setelah semuanya selesai, Akay masuk ke dalam rumah, mengobrol, minum kopi dan makan kue kering bergabung bersama anggota keluarga lelakinya lainnya.

Sesekali Uminya muncul membawa hidangan tambahan. Akay melirik, Uminya kelihatan cantik sekali saat itu, dengan Gamis Bemotif bunga, terasa serasi sekali dengan jilbab berwarna abu muda. Sikap Uminya telihat biasa saja seolah tidak terjadi apa - apa.

Indah juga melirik mencuri-curi pandang pada Akay, Dia tahu Akay selalu mengikuti gerak-geriknya di dalam rumah itu. Namun dia juga sadar, Akay yang memang sifatnya pendiam bertambah lebih pendiam ketika berkumpul bersama anggota keluarga mereka.

Malam hampir larut, Rumah Bi ningrum yang tadinya ramai sudah mulai sepi. Hampir semua anggota keluarga dan tetangga yang datang tadi untuk bantu-bantu, sudah pada pulang.

Akay dan Indah sedang memakai Helm untuk bersiap pulang ke rumah mereka yang memang agak jauh dari rumah bibinya itu.

Bi ningrum tergesa-gesa menghampiri mereka.

“teteh mau pulang?

“Iya… Ini teteh mau pulang, sudah larut sekali, sepertinya mau hujan juga !”.

Jawab Indah.

“Teteh tidur disini aja”

Ajak Bi ningrum

“Enggak ahh, teteh pulang aja, enggak bawa baju juga, . Lagian di rumah gak ada siapa -siapa “.

Jawab Indah sambil mengikat tali helm di lehernya.

“Yaudah kalau gitu. Kayy bawa motornya jangan ngebut. Jalannya licin. Dua hari yang lalu Haji Eman sama bu Haji jatuh kecelakaan karena jalanan licin., jangan lupa, besok datang kesini jangan terlalu siang!”.

Akay hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Hujan pun turun dari yang rintik-rintik berubah menjadi butiran-butiran yang kasar. Angin menjadi kencang. Akay mengendarai 125z nya itu di jalan yang sepi dan minim penerangan.

Di kiri-kanan jalan hanyalah pohon-pohon yang berbaris rapi dengan daun yang begoyang tertiup angin.

Indah tidak mempunyai pilihan kecuali makin merapatkan dirinya ke punggung akay yang sedikit menunduk mengendarai 125z nya membelah malam.

Buah dadanya menempel, menekan-nekan punggung Akay yang mulai basah akibat hujan.

“Hujannya makin deras Umi, kita berhenti dulu…

bahaya…!

jalannya licin banyak lubang juga!”.

Kata Akay yang memang tau dengan kondisi jalan itu.

Jalan yang sepi, gelap, banyak lubang, dan minim penerangan, di tambah lagi hujan yang semakin deras. Sangat sulit bagi Akay untuk terus mengendarai 125z nya.

Samar-samar tak terlihat lagi jalan di depan, Butiran-butiran hujan yg deras terasa seperti menusuk pada mukanya.

Akay memperlambat 125znya dan berhenti untuk berteduh di sebuah warung di sisi jalan. Warung sederhana yang hanya menjual makanan pada siang hari, terlihat beberapa meja lusuh dan kursi plastik yang diletakkan di atas meja serta ruang dapur untuk memasak yang tertup oleh triplek sehingga tak terlihatdari depan.

Warung itu hanya beralaskan lantai dari tanah.

Hujan yang semakim lebat membuat Akay dan Indah memtuskan pindah ke ruanng dapur warung.

Cahaya Kilat dan gemuruh petir yang silih berganti membuat indah sedikit takut. Dia merapatkan dirinya ke tubuh Akay yang sedang bersandar di dinding warung.

Terasa tangan Akay memeluk tubuhnya.

Akay memeluk rapat tubuh Uminya.

Darah muda Akay mulai bergejolak saat uminya berada dalam pelukannya.

“ddi… dii.. Dingin Kay”.

Indah menggigil.

Akay yang sejak tadi menahan gejolak gairahya, Mendekap erat tubuh Uminya, menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Uminya.

“Kayyyyyy… Hmmfffff…”.

Indah melenguh dan mencoba menghindar saat diperlakukan begitu.

“Cepat! Halang dia sebelum terlambat!

Indah berkata pada dirinya sendiri

Tetapi dia tidak berusaha untuk melarang, saat lidah anaknya menjalar masuk ke dalam mulutnya. Lalu Indah merasakan tangan anaknya turun ke belakang menyentuh, mengusap dan meremas-remas pantatnya. Akay menarik rapat tubuh Uminya ke dalam pelukannya.

“Akay sayang Umi…”.

Akay setengah berbisik setelah bibir mereka terlepas sesaat. Indah mendesah dan membalas pelukan anaknya, Mulai terangsang. Indah mendongak ke atas dan mengecup bibir anaknya kembali, untuk kecupan kedua bibir mereka berpagut lama. Lidahnya menjalar masuk ke dalam mulut anaknya. Terasa olehnya Akay menghisap-hisap kuat lidah itu.

Indah mendesah-desah bergairah saat bagian selangkangan mereka berdua menempel dan bergesekan. Tangan anaknya masih di pantatnya meremas-remas pantat yang masih bulat dan besar itu.

Sebelah tangan akay kemudian menekan selangkangan Uminya.

“kayyyyyy…”

Indah Lenguh keenakan.

Saat terasa tangan anaknya bergerak masuk melalui bagian pinggang celana leging yg di selimuti baju gamisnya, kemudian terus masuk ke dalam CD. Hati dan pikirannya menolak, tetapi bebeda dengan perlakuan gerakaannya, Indah malah merenggangkan sedikit pahanya, memberi ruang pada tangan Akay.

“Ahhhh… Kayyyyyy”.

Indah mendesah melepaskan deru nafas yang hangat di leher anaknya, saat mulai terasa tangan anaknya menyentuh dan mengusap taman rahasia di antara celah seelangkangannya.

Akay melenguh keenakan saat telapak tangannya terasa hangat menyentuh mahkota seorang perempuan buat pertama kalinya.

Akay juga dapat merasakan betapa rakusnya Uminya mengecup bibirnya saat tangannya sedang bermain-main di dalam CD Uminya itu.

Selangkangan Uminya terasa basah. Jarinya menyentuh lubang yang berlendir.

“kayyyyy… ahhhhhmmmfff,

jaa… jangan Kayyy”.

Indah mendesah, melarang tetapi tidak dapat menahan perlakuan anaknya itu.

“Aggghhhrrr Kay…”

Desahan kembali terlepas dari mulutnya saat terasa jari Akay masuk ke dalam lubang keramatnya, kemudian keluar masuk secara terus menerus secara perlahan di dalam lubang yang terasa hangat dan becek itu.

“Emmmhhh ahhhhhh”

Dia mendengar Uminnya melenguh mendesah lagi.

Indah hilang kontrol, Dia malah menggerakkan pantatnya seirama dengan gerakan jari anaknya. Dirinya sangat menikmati sekali gerakan tangan Akay, dia tau sebentar lagi puncak birahinya akan segera sampai.

“Sshhh aaahh kkay”

“Aaaa… aaaa… terus…”

“Aaaaa… Aaa.. Hyaa…” “Aarggggghhhh”

Akay terkejut saat tiba-tiba Uminyanya mendesah panjang. Memeluknya dengan sangat erat dan sedikit mencengkram lehernya, Uminya mengejang, nafasnya berat dan berburu. Matanya terpejam manahan nikmat.

Kemudian tautan tangan Umi dilehernya mulai melonggar dan Uminya terkulai lemas di dadanya.

Akay bengong, tidak tau bahwa Uminya telah mencapai puncak gairah birahinya.

Mata Indah masih terpejam di sisa-sisa kenikmatan yang sudah lama tidak di rasakannya. Dia kelelahan dan kedinginan. Ketika Tiba-tiba dia tersadar batang Akay masih Tegang, keras dan menekan- nekan celah selangkanganmya.

Dia mulai berpikir, harus mengulang perbuatan yang sama seperti kmarin terhadap Akay, untuk menghindari Akay melakukan sesuatu yang lebih buruk terhadap dirinya.

Indah membuka dan menurunkan celana jeans Akay, menarik sedikit celana dalamnya ke bawah dan memegang batang Akay yang terjulur keluar, Tegang dan keras.

Akay menahan nikmat saat batangnya dikocok-kocok oleh Uminya. Dia mencium-cium kepala Uminynya yang memakai jilbab Abu itu.

Sulit bagi Indah mengocok batang Akay dalam keadaan berdiri. Dia mulai berlutut di hadapan Akay, dan terus mengocok-ngocok batang anaknya itu.

Semakin Cepat Akay mencapai puncak, semakin cepatlah semuanya itu akan selesai.

Akay menunduk melihat Uminya yang berjilbab itu berlutut di depan batangnya. Mengocok-ngocok batangnya dan betul-betul percis di depan muka Uminya.

Birahinya memuncak, dia pernah melihat ‘suatu perbuatan nikmat’ melalui Film yang di lihat di HP temannya, serta mendengar cerita dari teman-temanya.

Dia ingin merasakannya sekarang!

Akay memegang erat kepala Uminya. Kepala itu ditarik ke selangakangan ke depan batangnya.

“Kayyyyyy…!!!!”.

Mata Indah terpejam. Batang keras itu menyentuh pipi, mulut dan hidungnya. Indah menyadari keinginan anaknya.

Indah coba mengelak dengan menutup mulutnya rapat-rapat tetapi tangan Akay tetap menggiring batangnya ke depan mulutnya.

Indah mulai membuka mulut untuk melarang, tetapi celah yang sedikit itu menyebabkan batang anaknya menerobos masuk ke dalam mulutnya.

“Ahhhhh umiii…”

Akay mendesah nikmat.

Lalu dia Memegang kuat kepala Uminya sambil menekan-nekan mulut Uminya dengan batangnya yang keras.

Indah memejamkan mata. Kepalanya sedikit mendongak. Cuma bisa terdiam kaku, dan mengangakan mulut.

Air liur Indah terlihat mengalir keluar dari sisi. bibirnya. Kedua tangannya memegang erat paha Akay dan mulutnya sedang di cekoki oleh batang Anaknya.

Ini adalah pengalaman baru bagi Indah, walaupun dia memang tau perlakuan ini, tetapi dia tidak pernah melakukannya saat bersama suaminya.

“Aaahhh… umi… Terus Umi…

“Aaa… aaa…” “aaaaAaaRRRRRggggghhhhh…”.

Suara AKay mendesah kuat.

Matanya merem melek, tubuhnya mengejang. Tangannya smakin kuat memegang kepala uminya. Semprotan demi semprotan air keramat hangat masuk ke dalam mulut Indah.

“Hmmmfffff …”

“Hmmmmmmfff”

Indah ingin melepaskan mulutnya dari batang Akay, tetapi tangan akay memegang kuat kepalanya.

“Arkkk… Uwoeeekkk”.

Indah merasa mual saat air keramat Akay masuk ke dalam mulutnya.

“hoEkkk… hoekkk… hwoekkk.”.

Indah segera menundukkan kepalanya, meludahkan air keramat dari dalam mulutnya itu ke atas tanah.

Kemudian mulutnya terasa kecut serta mual, Indah memegang perut. Dan muntah di hadapan anaknya.

To be ContiCrooot…

Jangan lupa LIKE ama komennya ya..

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu