3 November 2020
Penulis —  UcihaJhony

Akay dan UMI indah

PART 5 UMI INDAH

“Kay, ini ada W. A dari Kak Aina”, Indah gembira sambil melihat pop up notifikasi Hp di ruang tamu rumah.

“Apa katanya Umi?”.

Akay keluar ke ruang tamu, sambil mengeringkan rambutnya dengan Handuk. Dia hanya memakai celana pendek yang di pakai untuk bermain Futsal tanpa memakai Baju.

Otot lengan dan perutnya terlihat kekar ketika dia sedang mengeringkan kepalanya dengan handuk.

“Baru mau di baca ini,”.

Jawab Indah sambil duduk di sofa membuka W. A yang di terimanya dari Aina. Baju blouse yang longgar di bagian dada memperlihatkan sepasang gunung kembarnya yang terbungkus dengan bra yang berwarna krem.

“Mmmmmm, dia kirim uang ini”.

Indah tersenyum senang saat melihat foto struk transfer di pesan W. A yang diterimanya itu. Aina anak keduanya, yang bekerja sebagai seorang guru tidak pernah lupa mengirimkan uang kepada mereka di kampung.

“Nanti biar Akay saja yang Ke ATM buat ambil uangnya umi ”.

Kata Akay sambil ikut duduk di sofa disebelah Uminya. Wangi harum sabun dari badan Akay tercium ke dalam hidung Indah.

“Kak Aina mau ambil S2… tapi jauh, ke Surabaya ”.

Indah memberitahu Akay sambil matanya terus menatap layar HP yang dibacanya.

Akay memperhatikan HP yang sedang dibaca oleh Uminya. Tubuhnya yang hanya memakai celana pendek dan tidak memakai baju itu, terhimpit ke tubuh Uminya.

Sambil melihat Hp yang dibaca oleh Uminya, mata Akay mencuri-curi pandang buah dada dari celah leher blouse yang dipakai oleh Uminya.

“ini dia titip pesan buatmu, jangan godain Hartini… kamu kurang ganteng!”,

Indah tertawa.

“ada-ada saja, sini Hp nya Umi Akay mau liat”.

Akay ikut tertawa, sambil coba merebut Hp yang sedang dibaca oleh Indah.

“Ntar dulu… Umi belum selesai bacanya ini”.

Indah mengangkat tangannya agar Hp itu tidak direbut oleh Akay.

“Kak Aina gk mungkin bilang itu, umi saja yang bilang!”.

Akay terus mencoba untuk merebut Hp itu dari tangan Uminya, tetapi Uminya terus berusaha mengelak.

di iringi canda dan tawa, kejar-kejaran tangan terus terjadi, yang satu berusaha merebut dan yang satu lagi berusaha terus mengelak.

Akibatnya, Tubuh Indah terdorong berbaring terlentang di atas sofa.

Hingga Akaypun ikut tertarik, telungkup di atas tubuh Uminya.

Akay salah tingkah, terlihat juga Uminya sedikit canggung terlihat dari pupil mata Uminya yang bergerak kekiri dan kanan menghindari pandangannya

Berdegup dada mereka berdua ketika berada dalam posisi seperti itu.

Kedua tangan Uminya terangkat di atas kepala, karena dipegang oleh Akay. Dia menatap wajah Uminya yang cantik dengan tatapan matanya yang sayu, telihat juga sebutir tahi lalat kecil di antara hidung dan pipi kanan.

Uminya tersenyum memandangnya. Bibir Uminya begitu sangat menggoda.

Dengan gemetar dan perlahan, Akay merapatkan bibirnya ke bibir Uminya. Uminya menutup mata perlahan, lalu mulutnya sedikit terbuka ketika bibir Akay menyentuh bibirnya.

Akay tidak menunggu lagi, lidahnya terus menjalar berusaha masuk ke dalam bibir hangat dan lembab milik uminya.

Genggaman jari Indah mengendur membuat Hp yang tadi di pegangnya terlepas dan jatuh ke atas lantai.

Dia terbuai oleh nafsu. Matanya terpejam. Dadanya berdegup kencang. Di sudut celah selangkangannya, terasa lembab dan mulai basah.

Saat Akay menarik lidahnya keluar dari mulut Uminya, lidah indah mulai menjalar lembut masuk ke dalam mulut akay.

Akay menghisap lidah Uminya dan Uminya melenguh tertahan. Ciuman mereka terus berlanjut, dari yang pertama ke ciuman yang kedua dan dari ciuman kedua ke ciuman yang ketiga.

Selagi tangan kanannya memegang kedua tangan Indah di atas kepalanya. Tangan kiri Akay masuk ke bawah baju blouse yang dipakai oleh Uminya dan masuk ke bawah bra, lalu mengelus perlahan daging kenyal itu.

Kali ini Indah sadar, dia tidak lagi sedang berpura-pura tidur, dan dia juga tidak melarang perbuatan anaknya.

Akay mendesah saat merasakan kenikmatan meremas buah dada Uminya. Terasa gemetar jarinya ketika dia memilin-milin puting buah dada Uminya, membuat Uminya semakin melenguh keenakan.

Akay menggenggam buah dada itu penuh,

masuk ke dalam genggaman tangannya.

Bibir mereka berdua serasa mati rasa dan membengkak karena ciuman birahi yang saling berpagut secara terus menerus.

Sesaat kemudian, Indah meronta, melepaskan dirinya dari Akay, sambil terengah -engah dengan nafas yang memburu.

“Kay… sudah berhenti… Kita tak boleh melakukan ini”.

Larangannya tidak di dengar oleh Akay yang telah tenggelam di dalam gejolak dan lautan nafsu.

Akay kembali memegang tangan Uminya dan mengangkat tangan itu ke atas kepala. Akay kembali menekan tubuh Uminya.

Tangannya menyingkap blouse Uminya dan mengankat bra berwarna krem itu ke atas dada.

Terpampanglah sepasang buah dada sedang milik Uminya di hadapan matanya. Sepasang puting kecil yang imut di atas puncak kedua gunung kembar itu terlihat sudah mengeras.

Mata Akay bersinar, terpaku memperhatikan buah dada Uminya. Akay perlahan menunduk bergairah untuk menghisap buah dada Uminya.

“kayy… jangan!”,

Indah kembali meronta.

Buah dada uminya di hisap secara bergantian kiri dan kanan. Tangan Akay juga tak luput ikut bergerak meremas serta memilin-milin, bergantian dengan hisapan yang semakin membuat Indah di seperti di mabuk kepayang.

“Sshhhh aaah Sudah kayy…”

Tanpa sadar Indah melenguh sambil berupaya melarang, tetapi sebenernya dia juga sangat menikmatinya.

Penyesalan mulai muncul dibenak Indah.

indah berpikir, dia tidak boleh menyalahkan Akay sepenuhnya.

Dia lebih dewasa dari pada Akay, seharusnya dia melarang dari awal, tetapi malah dia sendiri juga menikmatinya dan lepas kontrol.

Kini Akay anak remajanya, bagaikan singa lapar yang tidak lagi berfikir secara waras. Akay yang di penuhi gairah nafsu dan rasa ingin tau tentang kenikmatan tubuh wanita.

Rok yang dipakai oleh Indah tersingkap dan tertahan dipinggang, memperlihatkan celana dalam putih yang dipakainya. Hati indah benar-benar cemas dan gelisah, di tambah lagi batang Akay yang terasa keras menekan pahanya.

Dia tidak mau ini terus berlanjut, dia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan Akay.

Larangannya tidak lagi dipedulikan oleh anaknya yang sedang bergairah dan bernafsu itu.

Indah menghentak tangannya sekuat tenaga sehingga terlepas dari pegangan Akay. Tangannya terus turun ke perut Akay dan masuk ke dalam celana anaknya. Lalu Dengan cepat dia menggengam batang Akay.

“Ahhhhhh…”.

Akay mendesah keenakan saat batangnya yang keras itu dipegang oleh Uminya.

Dia menunduk di sisi leher Uminya, merasakan kenikmatan yang tidak dapat digambarkan.

Dadanya yang tidak memakai baju menekan buah dada Uminya membuat dirinya semakin bergairah. Kesempatan itu diambil oleh Indah untuk mendorong dengan kasar tubuh Akay sampai duduk dan terlentang di atas sofa. Indah harus melakukannya dengan segera kalau ingin menghentikan perbuatan yang sudah melewati batas wajar ini.

Celana pendek Akay di tariknya turun ke ata pahha. Batang Akay yang mengeras terlihat di hadapan mata Indah.

Indah melamun sebentar memperhatikan batang Akay yang lumayan besar, berwarana sedikit merah pada kepalanya dengan lendir bening yang sudah mengalir keluar dari lubang batang itu. Indah berpikir sejenak, melakukannya atau tidak?

“Umiiiiiiii…”.

Terdengar oleh Indah suara Akay.

terasa tangan Akay coba menarik bahunya dengan kasar supaya berbaring kembali. Dia harus melakukannya segera sebelum terlambat.

Indah duduk dalam keadaan menyiku di atas perut Akay.

“Ahhhhhh Umi”

Indah mulai memegang batang anaknya.

Terasa hangat batang keras itu dalam genggamannya. Pandangan Indah mulai kabur dengan air mata penyesalan saat dia mulai menggerakkan tangannya dengan gerakan ke atas dan ke bawah.

“Sshhhhhhhh…”

“Terus Umi”

Tubuh Akay gelisah, ngilu keenakan saat terasa ibu jari Uminya bermain-main di kepala kemaluannya yang berlendir bening itu.

“Ssshhhhhhh aahhhhhhhh…”

Dengan perlahan dan lembut Indah mengocok kembali batang Akay sampai terdengar kembali lenguhan kenikmatan dari mulut Akay. Indah memperhatikan semakin banyak lendir birahi bening yang keluar dari mulut batang anaknya.

Di antara celah pahanya, dirasakan celana dalam putihnya semakin basah cenderung becek. Dia benar-benar bingung pergulatan batin antara nikmat dan penyesalan silih berganti di hatinya. Indah tau, tidak sepantasnya dia melakukan ini semua. Indah seakan tidak percaya dirinya dalam keadaan seperti ini, bra nya tersingkap ke atas dada hingga mempelihatkan buah dadanya dan rok yang dipakainya sudah melorot ke bawah pinggang juga memperlihatkan celana dalam putihnya.

Indah terus menekan tubuhnya di atas perut Akay. Dia terus menggenggam dan mengocok-ngocok batang Akay yang keras, licin itu. Indah masih mencoba meyakinkan dirinya sendiri semua ini bukan kenyataan, ini mungkin mimpi atau Khayalan di siang hari. Tidak mungkin dia sedang memegang dan mengocok batang anaknya sendiri, mungkin seorang perempuan yang lain.

“Aaahhhh Umi jangan berhenti”

“Sssshhhhhh aaaa aaahhhh”

“Aaaaaa aaaaaaa aarrgghhhhhhhh”

Tiba-tiba, Akay melenguh, mendesah dengan raungan cukup kencang. Pantat Akay terangkat-angkat. Tubunya Mengejang, matanya merek melek, menikmati puncak birahinnya.

Indah tersentak saat deretan semprotan air mani Akay menyembur keluar dari batang kemaluannya. menyembur ke dadanya terus mengalir turun ke alur buah dadanya. Air mani itu terasa sangat hangat.

Indah terus mengocok batang Akay sampai sisa-sisa semburan air mani Akay terhenti.

Dia dapat menghirup bau tengik air mani anaknya itu. Bau yang begitu sangat di rindukannnya selama ini.

Indah merebahkan dirinya di atas perut Akay, tangannya terus mengocok-ngocok perlahan batang Akay yang mulai lembek dan mengecil Indah menghembuskan nafas panjang, dia sebenarnya bingung dengan Apa yang telah dia perbuat bersama anaknya itu.

Di tau itu salah, Tetapi gejolak nafsu membuatnya lepas kendali…

To be contiCroot…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu