1 November 2020
Penulis —  pujasejagat

Solo, Surakarta Dekat Kartasura

Pintu kamarku diketuk, muncul dua mahluk manis, yang satunya Marni yang sudah cukup akrab karena aku sudah menggumulinya semalam suntuk dan satunya adalah Indri, yang tampil dengan pakaian agak seksi, dengan atasan tanktop wana merah dan bawahan rok blue jean mini.

Mereka berdua kupersilakan masuk. Kutawari mengambil minuman sendiri di lemari es. Indri mengambil kaleng coca cola dan langsung meneguknya. Terus terang aku tidak punya skenario harus bagaimana berhadapan dengan Bude dan keponakannya ini. Indri kelihatan lincah. Dia dengan manja minta duduk di pangkuanku dikursi.

“Aku sayang deh ama oom, abis baik sekali, masak baru kenal udah dibeliin baju sampai sejuta dan HP bagus lagi, katanya sambil menyandarkan kepalanya ke bahuku. Pipinya menempel di pipiku dan dia langsung mengecup pipipku. Marni hanya memonyongkan bibirnya melihat kelakuan keponakannya.

Aku hanya diam tidak bereaksi. Aku tidak tau ada kesepakatan apa antara Marni dan keponakannya Indri.

“Kamu kan udah dapat banyak, sekarang Oomnya dipijetin gih,” kata Marni

“Ya oom sini saya pijetin,” kata Indri.

Aku diam saja.

Marni lalu memerintahkan Indri membuka bajuku satu persatu. Mulanya dia agak ragu, tapi dengan gaya manjanya dia mulai melepas T shirtku. Sementara aku masih duduk di kursi. Marni kemudian mengajari agar celana luarku juga dilepas. Indri tertegun sebentar. Belum sempat dia berpikir lagi Marni sudah menginstruksikan agar Indri, juga membuka kaus singlet ku.

Aku merasa pijatan langsung ke punggung dan bahuku. Melihat cara memijat keponakannya yang ngawur Marni lalu menginstruksikan agar memulainya dari telapak kaki. Indri menuruti dan langsung memulai dari telapak kaki. Marni di sebelah kiri dan Indri di sebelah kanan. ”Maaf ya Oom maklum aku belum pernah mijet sih,” kata Indri.

Aku merasa seperti raja minyak dipijat sekaligus oleh dua wanita.

Tidak lama kemudian keduanya beranjak, aku tidak mengerti apa yang mereka lakukan, tetapi aku mendengar mereka masuk kamar mandi. Ketika keluar keduanya sudah mengenakan kimono.

Mereka melanjutkan pijatan. Berkali-kali Marni memberi tahu cara memijat. Aku tidak terlalu merasakan pijatan mereka kecuali menikmati sentuhan dua wanita yang berbeda usia dan terpaut hubungan persaudaraan. Marni lalu pindah mengajari pijatan di bagian punggungku. Indri diminta mendudukiku di bagian pinggang sambil dia memijat punggungku.

Penisku sudah memuai ditindih Indri. Sementara Marni memijat kedua kakiku. Kurasakan lama-lama Indri mahir juga mengurut punggungku, Cuma tekanannya masih kurang mantap, mungkin dia agak ragu.

“Gimana oom pijatan Indri enak nggak,” tanyanya.

“Masih agak kurang mantap,” kataku.

Marni menimpali, “mungkin si oomnya harus ajari Indri dulu biar dia tau bagian mana yang enak dipijat.”

“Lho oomnya pintar mijat toh,” tanya Indri.

“Oom ajari dong ,” pinta Indri serius.

Indri kusuruh tidur telungkup.

Aku mulai mengurut bagian kaki sambil menjelaskan apa fungsi urutan pada masing-masing bagian. Aku melancarkan tekanan-tekanan refleksi, sehingga di beberapa bagian Indri menjerit kesakitan. Aku jelaskan bagian-bagian organ mana yang kurang berfungsi baik.

Aku memjat pula bagian yang bisa merangsang nafsu sexnya di bagian telapak kaki. Pada mulanya bagian itu terasa agak sakit, karena mungkin gairahnya belum naik. Aku membohongi bahwa bagian itu adalah untuk kelancaran mensturasi.

Sampai bagian simpul saraf rangsangan itu lemas, menandakan dia mulai pasrah. Aku naik ke bagian betis sambil terus menerangkan apa fungsi pijatan di bagian ini. Kuajarkan juga untuk pijatan nyaman serta pijatan untuk menghilangkan pegal lalu pijatan refleksi. Aku sengaja tidak terlalu menekan keras, agar Indri terasa nyaman.

Bagian belakang lutut, aku urut dan tekan-tekan. Disitu juga ada simpul saraf rangsangan. “Aduh oom enak oom pijetannya, om pinter sekali belajar di mana sih,” kata Indri yang sudah mulai terbuai dan gairahnya mulai meningkat. Sementara itu Marni tiduran di sebelahnya memperhatikan aku memijat keponakannya.

Aku mulai menelusuri pahanya. Paha anak ini terasa kencang sekali, ini menandakan dia masih perawan. Dugaanku itu kayaknya nanti perlu dibuktikan. Tanganku perlahan-lahan menelusuri pahanya dibawah kimono. Indri berkali-kali membenahi kimononya yang tertarik ke atas karena gerakan urutanku. Marni dalam bahasa Jawa memberi tahu Indri agar jangan malu, kalau mau belajar urut ya harus berani diurut.

Aku mulai memainkan bagian dalam pahanya. Mulanya dia menggelinjang kegelian. Maklum masih perawan. Namun lama-lama dia mulai menikmati dan pahanya makin dilebarkan. Dia kelihatannya mulai terangsang, karena berkali-kali mendesis dan menggerak-gerakkan bahunya. Indri tidak perduli lagi kimononya terangkat sampai terlihat bagian belakang celana dalamnya.

Aku mulai memainkan jurus-jurus memijat bongkahan pantatnya. Jari-jari tanganku sambil melumuri cream menerobos celana dalamnya bagian belakang. Indri tidak peduli lagi pantatnya dijamah-jamah. Jurus mengurut bongkahan pantat ini membuat cewek menjadi sangat terangsang. Biasanya jika dia sudah terangsang, sudah tidak peduli lagi oleh rasa malu.

Setelah dia sangat terangsang aku pindah mengurut bagian punggung sampai bahunya. Indri sebelumnya kuminta melepas kimononya. Indri agak ragu melakukan perintahku, tetapi Marni langsung menarik dan membantu membuka kimono itu. Indri tidak bisa menolak, kecuali nurut saja.

Urut erotis di punggung adalah untuk menjaga agar gairah yang tadi sudah naik tidak melemah lagi. Urutan ku menelusuri sampai bagian pinggir susunya yang melebar karena tertekan tindihan badannya.

Sambil mengurut aku melepas kancing BHnya. Indri tidak protes, BHnya dilepas. Dia diam saja. Aku merasa dia sudah pasrah dalam buaian gairah yang sangat tinggi.

Kemudian aku memintanya berbalik. Indri agak rikuh karena BH sudah terlepas sementara kimono juga sudah terbuka. Tinggal celana dalam yang masih pada posisi seharusnya dan BH yang hanya menempel di atas susunya. Sambil memegangi BH Indri berganti posisi telentang.

Aku memulai dari ujung kaki, tapi hanya sebentar lalu pindah ke bagian paha. Indri sudah tidak mampu lagi menyembunyikan dirinya bahwa dia sudah terangsang. Jariku masuk kedalam celana dalam bagian depan dan mengurut sampai ke bukit kemaluan dan kedua belah bibir memeknya. Gerakanku seperti gerakan profesional, sehingga tidak memberi kesan vulgar.

Sementara itu Marni sudah tertidur. Sesekali aku menyentuh bagian ujung clitorisnya yang mengakibatkan Indri menggelinjang. Aku memusatkan sentuhan jempol kananku ke bagian clitorisnya. Indri menggelinjang-gelinjang dan berdesis. Aku memainkan clitorisnya tapi tidak sampai dia orgasme. Aku sengaja mengantung, ini yang membuat Indri tersiksa oleh perasaan yang tanggung dan nikmat itu, aku berpindah mengurut bagian dadanya.

Aku kembali turun ke bagian perutnya dan menekan bagian bawah perut. Bagian ini jika ditekan, maka pemiliknya akan merasa seperti kebelet pipis. Aku berkali-kali menekan itu sampai akhirnya Indri merasa benar-benar kebelet pipis. Dia minta izin sebentar untuk kekamar mandi.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan