1 November 2020
Penulis —  andx

Mama pujaan hatiku

Bagian 4

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam lebih aku dan mama akhirnya sampai di tempat tujuan, sebuah tempat wisata pantai yang terletak di ujung utara jawa tengah. Kebetulan kami datang di saat weekend jadi suasana disana cukup ramai. Setelah memarkirkan kendaraan, aku dan mama langsung berjalan-jalan menikmati suasana tempat tersebut yang cukup indah dan menarik.

Saat berjalan berdua aku dan mama selalu bergandengan tangan dan kadang juga berangkulan dengan mesranya. Tak lupa kami juga mengabadikan momen kemesraan kami disana dengan berfoto-foto dan selfie dengan pose-pose yang gokil dan seru. Mama aku lihat tampak begitu ceria, dan bersikap begitu manja kepadaku.

Mama seperti ingin menunjukkan kalau dirinya sekarang sepenuhnya adalah milikku. Rasanya sungguh senang bisa membawa mama ke tempat itu dan kami saling bersikap layaknya sepasang kekasih. Sebagai kenang-kenangan disana aku kemudian mengukirkan nama kami berdua di sebuah pohon dengan tak lupa menambahkan bentuk hati ❤️ Nursita & Ari Forever…

“Semoga kita akan selalu bersama sampai kapanpun nursita.”

“Iya ari, kamu jaga aku baik-baik ya. Aku juga ingin terus selalu bersamamu.”

Di tempat wisata itu ada dermaga tempat berlabuh beberapa perahu motor. Transportasi laut tersebut digunakan para wisatawan untuk menyeberang ke pulau kecil yang letaknya berjarak sekitar 2,5 Km. Aku pun mengajak mama untuk ikut naik perahu dengan membayar karcis jalan sebesar 30 ribu rupiah per orang.

Di atas perahu tampak pula beberapa pasangan muda-mudi maupun pasangan yang sudah berumur yang sedang menikmati waktu liburan mereka. Aku dan mama duduk di deretan bangku paling belakang dengan aku selalu merangkulnya. Mama juga sedikit-sedikit bersandar manja di pundakku. Perahu yang kami naiki terasa cukup terombang-ambing ketika melaju membelah lautan, sehingga mama selalu mendekapku dan berpegang erat kepadaku.

“Hehe takut ya ma,” ledekku sambil memeluknya.

“Iya nih ri,” ujar mama. “Udah kayak mau terbalik aja nih perahu.”

“Ya gawat dong kalau sampai terbalik,” sahutku. “Di bawah kan ada banyak ikan hiu.. hiii ngerii.”

“Iiiihh.. arii.. kamu kok nakut-nakutin mama sih,” ujar mama dengan nada genit mirip ABG. “Nanti enggak mama kasih apem baru tau rasa.” Tambahnya seraya mencubit pinggangku.

Aku balas mencubit mesra hidung mama. “Kamu tuh kalau manyun gitu jadi tambah manis lho sayang,” ujarku.

Mama tersenyum sambil menggigit bibirnya dengan centil. “Siapa dulu dong.. nursita gitu lho.” Mama merapatkan pelukannya kepadaku dan kubalas dengan mencium keningnya.

Perahu yang kami naiki akhirnya sampai di pulau kecil itu. Aku dan mama kemudian berkeliling dengan santai menikmati suasana disana yang tak kalah ramai. Terlihat banyak muda-mudi yang asyik berpacaran di setiap penjuru pulau tersebut. Aku lalu mengajak mama untuk bermain-main di pantai. Mama pun kemudian mengganti bajunya dengan tanktop warna abu-abu dan celana pendek hitam yang minim.

Tampak jelas kini payudara mama yang menyembul dengan indahnya saat ia mengenakan tanktop. Pahanya yang semok putih mulus juga makin terekspose. Maka segera saja aku dan mama mencebur ke pantai menikmati deburan ombak serta asyik berbasah-basahan dan bercanda riang gembira. Dalam kondisi basah kuyup, tanktop mama jadi seperti nampak tembus pandang.

Puting susu mama dan kulit tubuhnya tampak tercetak jelas di tanktopnya. Sesekali mama mengibas ngibaskan rambutnya yang basah agar terurai dan menyibakkan rambutnya dengan tangannya hingga memperlihatkan ketiaknya yang berbulu tipis. Oh aku sungguh seperti melihat sesosok bidadari yang turun dari kahyangan.

“Aduh ari itu kenapa celanamu jadi ada yang nyembul gitu?” Goda mama geli.

“Mama sih, keliat seksi banget kalau basah-basahan kayak gitu. Bikin aku jadi sange,” jawabku.

“Hm, mama ya jelas seksi lah ri, kalau nggak seksi ya bukan nursita namanya,” kata mama dengan narsisnya. “Ya udah ri kalau gitu mama ke toilet dulu ya buat basuh-basuh dan ganti baju.”

Saat menunggu mama yang sedang ganti baju, ada seorang laki-laki usia 50an yang mendekatiku dan kemudian mengajakku ngobrol.

“Maaf dik kalau boleh tahu wanita yang sama kamu tadi siapanya adik?” Tanyanya.

“Oh itu tadi mama saya pak,” jawabku. “Emang kenapa pak?”

“Wah masih mantul ya mamanya. Bodinya chubby bohay dan susunya juga montok berisi hehe,” ujarnya.

“Ya gitu lah mama saya pak.”

“Sebelumnya maaf ya dik, kalau semisal mama kamu saya ajak kencan kira-kira bisa nggak? Tentu nanti saya bayar. Saya tadi benar-benar sange liat mama kamu lari-larian di pantai hingga susunya keliat gondal gandul.”

“Emangnya bapak berani bayar berapa?”

“Satu juta saya siap bayar.”

“Kalau 8 juta gimana?”

“Busyet mahal amat.”

“Ya wajar lah pak, namanya juga barang bagus.”

“Iya sih mamamu emang benar-benar joss top markotop dah. Tapi kalau 8 juta ya terpaksa saya mundur aja dan hanya bisa gigit jari.”

“Saya juga cuma bercanda pak. Lagipula anda ini enggak ada sopan-sopannya sama sekali nganggep istri orang kayak pelacur. Anda pikir mama saya wanita apaan? Sebaiknya sekarang anda pergi dari hadapan saya sebelum hilang kesabaran saya!” Bentakku.

Orang tua itu pun lekas angkat kaki dari situ dan berjalan terbirit-birit. Dasar tua-tua keladi tak tahu diri, gumamku.

Setelah mama selesai berganti baju, kami pun segera balik menuju ke dermaga untuk naik perahu karena hari juga sudah berangsur sore. Ketika berada di atas perahu aku pun menceritakan kepada mama soal laki-laki tadi yang ingin mengajak mama kencan. Mama hanya terbahak mendengarnya.

“Sialan cuma ditawar 1 juta,” gerutu mama. “Vanessa angel aja 80 juta lho sekali kencan.”

“Tapi di mataku tuh vanessa angel nggak ada apa-apa nya dibandingkan dengan nursita ku sayang,” kataku memuji mama seraya membelai pipinya dengan lembut.

Mama tersenyum dan tersipu. “Oh ari kamu tu selalu memuji mama hingga mama merasa tersanjung dan nyaman bersamamu. Mama jadi ingin segera bercerai dengan papa agar kita bisa secepatnya menikah. Karena mama juga tahu kamu pasti sudah tak sabar ingin segera mempersunting mama menjadi istrimu.”

“Iya ma,” kataku. “Nanti kita akan cari cara terbaik agar mama bisa segera bercerai dengan papa.”

“Ari mama minta kamu mau sedikit bersabar ya sayang. Hanya tinggal masalah waktu saja untuk kita bisa hidup berdampingan sebagai suami istri,” hibur mama menenangkan hatiku.

“Yang terpenting sebentar lagi kita akan bersetubuh ma,” bisikku.

Mama tersenyum kepadaku dan menggenggam erat tanganku.

Sesampainya di tempat wisata utama aku dan mama kemudian singgah ke rumah makan untuk mengisi perut dan membicarakan sesuatu yang menjadi tujuan kami datang kesana. Ya, untuk menuntaskan hasrat nafsu kami dan juga aku ingin mengklaim hak ku atas kemaluan mama yang suci.

“Jadi gimana ma, kapan kita bisa bersetubuh?” Tanyaku.

“Sebaiknya nanti mama luluran dulu di tempat spa biar badan mama fresh dan enak untuk kamu nikmati,” kata mama. “Habis itu kita cari penginapan dan mama juga ingin tidur dulu barang satu dua jam biar badan juga enak setelah seharian ini tadi beraktivitas. Kamu juga nanti sebaiknya istirahat aja dulu ri, biar badanmu fit.

“Pokoknya mama ingin persetubuhan kita nanti menjadi momen spesial dan tak terlupakan bagi kita berdua. Dan mama juga sudah menyiapkan kejutan untuk acara khusus kita nanti malam,” tambah mama.

Aku tersenyum dan menggenggam tangan mama. “Baiklah ma. Kalau begitu aku nanti akan mengantarkan mama dulu ke tempat spa. Setelah itu kita cari hotel yang bagus dan nyaman.”

Kebetulan di dekat objek wisata yang kami kunjungi ada tempat spa yang cukup bagus, jadi langsung saja aku mengantarkan mama kesitu untuk luluran. Setelah mama selesai menikmati layanan spa, kami kemudian menuju ke sebuah hotel bintang tiga yang tempatnya lumayan bagus, dan kami pun langsung check in.

Waktu kini sudah menunjukkan pukul 5 sore. Memang benar kata mama, hari ini dengan segala aktivitas yang kami lakukan sejak pagi tadi cukup membuat tubuh terasa lelah. Mama yang sudah mandi di tempat spa tadi langsung berebah di tempat tidur dan terlelap, sementara aku mandi dulu di kamar hotel dan kemudian menyusul mama tidur.

Kami berdua bangun dari tidur ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22:15. Rasanya kami tadi tidur dengan begitu pulasnya hingga badan pun kini terasa menjadi lebih fresh. Aku kemudian memesan makanan dan minuman spesial di hotel untuk menemani kami menghabiskan malam. Mama pun mengikutkan minuman STMJ ke dalam pesanan.

Hatiku bersorak kegirangan. “Iya lah ma sekarang, masa tunggu sampe besok hehe,” ujarku.

“Ya udah kalo gitu kamu tunggu sebentar di luar, mama mau dandan dulu secantik mungkin sekaligus bikin surprise buat kamu,” kata mama.

“Oke deh sayang, kamu dandan dulu yang cantik ya. Aku tunggu di luar,” ujarku seraya mengecup pipi mama. Aku pun kemudian keluar dari kamar, lalu duduk-duduk di serambi hotel. Aku merasakan kontolku udah tegang berat, nggak sabar ingin segera bersarang di dalam kemaluan mama yang pasti rasanya pulen dan legit.

Kira-kira 25 menit kemudian mama SMS aku. “Pah, mama udah siap nih, lekas masuk ke kamar ya..” tulisnya. Aku pun langsung bergegas kembali menuju ke kamar. Begitu aku membuka pintu kamar, mataku langsung sontak terbelalak. Kulihat mama berdiri dengan anggun mengenakan sexy dress deep V berwarna merah yang begitu tipis, ketat dan minim.

“Surprise…” Mama tersenyum manis kepadaku.

“Subhanallah ma, kamu terlihat sangat cantik malam ini,” pujiku seraya membelai dan memeluknya.

“Ari, malam ini mama adalah milikmu seorang,” bisik mama mesra. “Nikmatilah tubuh mama dari ujung kaki sampai ujung rambut. Puaskanlah dan tuntaskanlah hasratmu yang sudah terpendam sejak lama. Mama juga bahagia kita bisa seperti ini karena mama sungguh merindukan belaian seorang laki-laki.”

Aku dan mama saling berpandangan dengan penuh nafsu. Tanpa bisa ditahan lagi aku langsung merengkuh tubuh mama dan melumat bibirnya dengan penuh gairah. Mama pun tak kalah semangatnya membalas ciumanku hingga mulut dan lidah kami saling beradu, saling menjilati. Dapat kurasakan bibir mama yang terasa begitu hangat dan manis.

“Oh nursita, kamu sangat cantik, aku sungguh mencintaimu, sayang,” bisikku.

“Aku juga begitu mencintaimu ari,” balas mama. “Kamu adalah calon suami aku.”

Setelah cukup puas berciuman bibir, aku lalu merebahkan mama di ranjang. Segera saja aku mempelorotkan dress mama setengah badan hingga terpampanglah di hadapanku susu mama yang indah dengan puting berwarna coklat khas wanita jawa. Langsung saja aku menyosor payudaranya seperti orang kesetanan.

“Oohh… susu kamu montok banget sayang, udah gitu susu kamu wangi dan harum banget,” pujiku. “Baru kali ini aku bisa menikmati susu semontok ini.”

“aawwhh… hmm… susu nursita mah jangan disamain ma yang lain ri… ehmmmhh.. oowhh,” lenguh mama ketika aku menjilati susunya dengan rakus.

Asal tahu saja, sebelumnya aku hanya bisa meremasi susu mama dari balik bajunya saja tanpa bisa berbuat lebih. Karena mama waktu itu masih belum mengizinkan aku untuk menjamahnya lebih jauh, jika aku belum sanggup menggantikan kedudukan papa sebagai kepala keluarga. Namun kini aku bisa menikmati susu mama sesukaku tanpa penghalang apa-apa.

“Aawwhh.. mmhh.. enak ri susu aku?” Tanya mama menggoda sementara tangannya mengusap-usap kepalaku.

“Ohh.. nursita, susu kamu emang juara,” ujarku sambil terus mengenyot enyot puting susu mama dan mengulumnya hingga putingnya jadi mengeras.

“Ahhh… aaahhh… mmmhhh… susu siapa dulu dong pah.. nursitaa.” Mama mendesah keenakan menerima cumbuanku sambil memejamkan mata.

Aku lalu meraba-raba kemaluan mama yang masih terbungkus celdam g-string dan kurasakan agak sedikit basah. Kutatap wajah mama yang sedang terlena dalam birahinya dan ia terlihat semakin cantik saja membuatku menjadi semakin bergairah untuk segera menyetubuhinya. Aku kemudian melepaskan dress mama sekaligus celdam g-stringnya hingga kini mama telanjang bulat di atas ranjang.

Hatiku berdegup kencang saat melihat tubuh bohay mama yang putih mulus tersaji dihadapanku, dan kontolku makin mengeras saat aku melebarkan kedua kaki mama untuk memeriksa kemaluannya. Wow kemaluan mama tampak menggembung dan masih terawat dengan baik, merah merona dengan ditumbuhi jembut yang lebat.

“Aaaahhh… mmmhhh… aaaahhh..” Mama langsung kelojotan saat aku mengobok-obok tempiknya yang tembem dan menjilati itilnya dengan gemas, hingga berkali kali cairan birahi mama meleleh keluar dari vaginanya dan langsung kujilati sampai habis.

“Hmm… cairan kamu rasanya nikmat dan seger banget mah,” ujarku.

“Aawwhh… arii.. mama rasanya seperti melayang kamu cumbu seperti itu… ehmmmhh… rasanya enak banget… aaahhh.” Pekik mama. “Ayo sayang buruan masukin kontol kamu. Tempikku rasanya udah panas dan gatel banget nih… aawhh.”

Aku lalu segera melepas celana boxerku membebaskan si otong yang sudah mencuat siap tempur. Penantian panjangmu akan segera berakhir coeg, bisikku pada kontolku. Saatnya sekarang kamu bersarang di dalam kemaluan nursita yang istimewa. Aku pun merangkak ke atas dan memeluki tubuh bugil mama. Kontolku berayun-ayun mencari sasarannya.

“Aaawwhhh… ariii…!!” Mama menjerit merasakan kontolku menerobos masuk dengan keras dan mengaduk rahimnya.

Aku merasakan suatu kenikmatan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata saat kontolku terbenam di dalam kemaluan mama. Rasanya begitu ketat dan licin. Sambil bibir kami saling melumat, aku mengayun dan mama menggoyang membuat kontolku makin dalam menusuk ke dalam vaginanya. Kemaluan kami bertemu dalam kehangatan seksual birahi yang tabu antara ibu dan anak.

“Owhh nursita di balik citramu yang alim ternyata kamu memiliki sifat lonte juga.”

“Sialan kamu ri, ibu sendiri dikatain lonte. Habisnya kamu sih rayu-rayu aku, jadinya kelonteanku keluar deh hihi.”

“Untung aja kamu punya sifat lonte nur, jadi aku bisa ngentotin kamu kayak sekarang hehe.”

“Hm dasar kamu anak cabul ari, ibunya sendiri dikawinin… oowhh… tapi kontolmu emang enak banget sayang… aaawwhhh.”

Aku semakin kuat menggenjot dan menghunjamkan kontolku ke dalam vagina mama. Lubang sempit kemaluan mama seolah-olah mencengkeram kontolku. Kemutan demi kemutan otot kemaluan mama begitu menikmatkan.

“Tempikmu enaak banget sayang,” bisikku di telinga mama. “Serasa masih perawan.”

“Genjot teruss pah… aawwhhh,” pinta mama.

Aku pun langsung mengayuh kontolku dengan cepat dan beringas. Susu mama bergoyang-goyang dengan menggemaskan saat aku menyodok-nyodok vaginanya. Mama menggelinjang dan mulai meracau, tak tahan dengan nikmat di selangkanganya.

“Oowhh… arii… kalau papa tahu mama kamu kentu gini pasti bakal marah besar… oouhh kontolmu mantap sayang… enggak seperti punya papa yang loyo… aahhh!” Jerit mama sengau dan cabul. Aku jadi merasa bangga mama berkata-kata yang merendahkan papa. Dan aku sungguh mengagumi wajah cantik mama yang sedang hanyut dalam lautan birahi, sementara kontolku tanpa henti mengebor vaginanya yang pulen.

Sampai akhirnya tangan mama merangkul tubuhku erat dan kedua kakinya mengait hingga aku tak bisa menggenjot kontolku. Vagina mama terasa hidup, melumat, menjepit dan menyedot kepala kontolku, serta luapan lahar hangat terasa begitu nikmat. Aku tak kuasa bertahan lagi dan tembakan lendirku pun membombardir rahim mama.

“Aaahhh… aku keluarin di dalam ya sayang,” erangku. “Aku ingin menghamilimu.”

“Oouuhhh… iya rii, penuhi rahimku dengan pejuhmu, kamu berhak menghamili aku sayang,” rengek mama merasakan rahimnya tersiram oleh kehangatan benih2 cintaku. Kami berdua terus berpelukan erat untuk memastikan pejuku sampai pada tetes terakhir.

Aku dan mama masih berpelukan dalam nikmat, meresapi sisa-sisa orgasme yang begitu indah dan nikmat. Tubuhku berebah di atas tubuh mama. Kepalaku terkulai di atas buah dada mama. Mama memelukku dan tangannya menarik kepalaku rapat ke buah dadanya. Bibir mama menyunggingkan senyuman lemah ketika aku menatapnya dan aku pun membalas senyuman itu, seraya merangsek ke atas dan mencium lembut bibir mama.

“Tubuhmu benar-benar luar biasa nikmat ma,” bisikku. “Aku sungguh merasa puas menggauli dirimu.”

“Makasih ri. Mama juga merasa sangat senang dan bangga bisa membahagiakanmu dengan tubuh mama yang senantiasa mama rawat dengan sebaik-baiknya ini,” ujar mama. “Kamu juga sebagai laki-laki sangat hebat di ranjang ri, pintar muasin wanita. Kenapa nggak dari dulu sih kamu melakukan ini pada mama?”

“Aku sebenarnya ingin mendekati mama tapi situasi dan kondisi selalu tidak memungkinkan. Apalagi juga ada papa.”

“Oh begitu. Yah, untung saja beberapa waktu lalu mama akhirnya mengetahui kalau kamu ternyata naksir berat sama mama.”

“Iya ma, berita baiknya kita belum terlambat memulai hubungan cinta kasih ini, di saat mama juga masih produktif secara seksual.”

“Kamu betul ri. Sebagai seorang wanita mama masih merasa komplit. Memiliki tubuh sintal yang terawat, susu montok, kemaluan legit bersih terawat. Dan yang paling penting mama juga masih subur, masih bisa hamil. Segala apa yang dipunyai wanita muda, mama juga memilikinya. Pokoknya berani di adu deh.”

“Oh, nursita sayang aku jadi udah nggak sabar ingin cepat-cepat menikahimu agar kita bisa menjadi pasangan suami istri.”

“Begitu juga aku ri, aku juga ingin kamu bisa secepatnya menikahi aku dan kita membina bahtera rumah tangga yang bahagia. Untuk itu kita harus cari cara agar joko mau menceraikan aku.”

Dekapan aku dan mama semakin erat. Kami terlena dalam buaian asmara tabu yang sungguh terasa nikmat. Momen percintaan kami berdua di tempat itu tak akan pernah terlupakan dan akan selalu terkenang. Oh nursita aku begitu mencintaimu sayang. Kamulah wanita yang aku idam-idamkan untuk menjadi istriku, dan menjadi ibu dari anak-anakku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu