1 November 2020
Penulis —  andx

Mama pujaan hatiku

Mendapati kenyataan bahwa mama telah bersedia menyerahkan kemaluannya untukku sungguh membuatku merasa sangat gembira. Aku merasa seperti orang yang paling beruntung di muka bumi ini. Ya meski aku juga tahu perbuatan kami ini merupakan hal yang tabu, terlarang dan dosa besar. Tapi apalah daya kami juga hanya manusia biasa yang tak luput dari sifat manusiawi.

Aku adalah laki-laki dan mama adalah perempuan, kiranya wajar dan manusiawi kalau kemudian terjadi saling ketertarikan di antara kami berdua, meskipun kami adalah ibu dan anak. Situasi dan kondisi telah menuntun kami untuk melakukan hubungan terlarang ini. Namun yang jelas apa yang kami lakukan juga didasari akan rasa suka sama suka dan tanpa ada paksaan.

Dan lagi, apa yang kami lakukan ini juga tidak merugikan orang lain. Ya mungkin cuma ayah pihak yang kami rugikan, karena boleh dibilang secara diam-diam aku merebut mama dari papa. Tapi pada kenyataannya papa sudah banyak menyakiti mama dan menyia-nyiakan nya. Aku bilang betapa bodohnya papa sudah menyia-nyiakan istri secantik mama.

Aku dan mama kemudian mencari waktu yang tepat untuk bersetubuh karena ini juga adalah momen spesial bagi kami berdua. Sebenarnya aku sangat ingin dapat bersetubuh dengan mama di ranjang kamar utama yang ditempati mama dan papa. Karena aku sungguh ingin menggantikan kedudukan papa sebagai pasangan mama di ranjang yang pernah menjadi ranjang pengantin mereka berdua itu.

“Sabar aja ri,” kata mama. “Ya mama paham dengan keinginanmu itu, kamu ingin mengklaim hak mu sebagai kepala keluarga di rumah ini. Tapi kamu jangan khawatir, cepat atau lambat kita nanti pasti bisa tidur bersama di kamar utama itu. Nanti baju-baju papa di lemari juga akan mama keluarin semua, jadi nanti kamu bisa masukin baju-baju mu disitu bercampur dengan baju-baju mama.

Aku tersenyum dan menggenggam tangan mama. “Oh mama emang benar-benar memahami kemauanku.”

“Dan mengenai rencana persetubuhan kita sebenarnya mama ada sedikit usul ri,” kata mama.

“Oya, apa itu ma?” Tanyaku. “Katakan saja ma.”

“Begini ri mama sebenarnya udah lama punya keinginan untuk berlibur dan jalan-jalan,” kata mama. “Ya sekedar pengen refreshing dan melepas penat. Makanya kalau bisa mama pengen kamu ajak mama pergi jalan-jalan kemana gitu, ke tempat wisata yang bagus. Ya nggak perlu jauh-jauh juga sih yang penting suasananya enak aja.

“Wah, iya ma itu ide yang bagus sekali,” ujarku. “Aku juga sebenarnya sudah lama ingin ngajakin mama buat jalan-jalan.”

“Nanti mama juga bakal mempercantik diri, luluran dan sebagainya,” kata mama. “Mama ingin bisa sebaik mungkin memuaskan kamu ri. Pokoknya nanti mama bakal buktiin kalau mama enggak kalah dengan wanita-wanita muda yang mungkin pernah menarik hatimu.”

Aku merangkul mama. “Iya aku tahu ma. Mama tu wanita spesial. Makanya aku jatuh cinta dan naksir berat sama mama.”

“Ya kamu memang pintar milih wanita ri, tahu mana wanita yang berkualitas, mana yang enggak,” kata mama. “Mungkin mama emang sudah tua dan berumur tapi mama selalu rajin merawat diri biar supaya fisik juga terjaga. Dan Alhamdulillah mama juga dikaruniai susu yang lumayan montok dan bodi yang sintal.

Dengan menyadari potensi dan nilai jual yang masih mama miliki itu tentu kemudian membuat mama juga menghargai diri mama dengan tidak murah. Andaikata mama cerai dengan papa, mama yakin pasti bakal dengan mudah bisa dapat laki-laki yang mama inginkan. Tapi ternyata kamulah laki-laki yang beruntung bisa mendapatkan mama ri.

“Iya betul sekali ma,” ujarku. “Aku sungguh merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wanita secantik dan semontok mama. Pasti aku akan menjaga mama dengan sebaik-baiknya.”

“Kamu emang pantas mendapatkan mama ri,” kata mama. “Karena kamu telah membuktikan pada mama bahwa kamu bisa jadi laki-laki sejati yang bisa mengayomi mama.”

Setelah merencanakan segala sesuatunya maka aku memutuskan untuk mengajak mama pergi berlibur ke suatu daerah yang memiliki wisata pantai. Kurang lebih berjarak sekitar 90 kilometer dari kota tempat tinggal kami. Kepada papa, mama bilang mau pergi ke tempat saudara kami di desa untuk sekedar silaturahmi karena sudah lama tidak berkunjung kesana.

“Susu mama kerasa di punggung kamu enggak ri?” Tanya mama di belakangku.

“Kurang begitu terasa sih ma,” jawabku. “Ya mama mepet terus aja ke aku, biar susunya makin nempel.”

“Kalo bisa berhenti sebentar dulu aja di pom bensin sekalian isi bensin ri,” kata mama. “Biar mama lepas aja BH mama, biar puting mama juga enak nempel di punggung kamu.”

“Ya udah ma, itu ada pom bensin, kita berhenti sekarang,” ujarku.

Sampai di pom bensin mama lalu segera bergegas ke toilet wanita untuk melepas BH nya, sementara aku mengisi bensin di motor. Tak berapa lama mama keluar dari toilet dan menghampiriku yang sudah menunggunya di samping area pom. Kulihat saat berjalan susu mama bergoyang-goyang menggiurkan, baju kausnya kaya udah nggak sanggup nampung gunung kembarnya yang montok berisi.

“Sudah ma?” Tanyaku sambil melirik susu mama.

“Iya sudah,” jawab mama. “Eh itu kenapa mata kamu jelalatan ri hehe, mau nyaplok susu mama ya. Malu tau kalau nanti diliatin banyak orang.”

Aku merasa gemas sama mamaku yang jadi sok centil lalu kucubit aja pinggangnya. “Ya udah ayo naik ma, kita lanjutin perjalanan lagi,” kataku. “Duduknya yang mepet ya ma hehe.”

“Itu jaket kamu, sebaiknya pakainya kamu balik aja ri, biar enak nanti kalo gesekan,” pinta mama.

Iya benar juga kata mama. Maka akupun lalu memakai jaket hanya sekedar menutupi area depan badanku saja sehingga bagian punggungku tidak lagi terhalang jaket. Mama lalu menempel erat-erat kepadaku hingga susunya dapat kurasakan menggesek-gesek punggungku. Oh rasanya sungguh terasa nikmat. Aku pun mulai melajukan motorku dan meneruskan perjalanan sambil merasakan susu mama menggesek-gesek punggungku.

“Owhh.. puting mama jadi mengeras ri,” ujar mama yang mendekapku dengan erat. “Geli dan enak banget.”

“Kontol ku juga tegang nih ma,” balasku. Kami pun saling terbahak melihat kami berdua tampak begitu mesranya berboncengan di atas sepeda motor yang kukemudikan.

“Ri kalau kita lagi diluar kayak gini nggak apa-apa kok kalau kamu mau panggil nama mama langsung, Nursita, atau panggil sayang, atau dinda hehe,” ujar mama. “Ya biar lebih asyik.”

“Baiklah nursita ku sayang,” jawabku. “Nursita sayang juga panggil aku papa dong.”

“Iya deh papah ari,” kata mama dengan nada manja.

Dalam hati aku lalu berkata. “Maafkan aku pa, tubuh mama yang seharusnya merupakan milik papa seorang akan aku jamah dan aku nikmati sepuas hatiku.”

Mama juga sesaat termenung dan berkata dalam hati, “Maaf mas joko suamiku. Kemaluan istrimu yang sangat berharga dan selalu aku jaga kesuciannya ini tak lama lagi akan dinikmati laki-laki lain yang bukan lain adalah ari darah daging kita sendiri. Ijinkanlah aku berbahagia dengan ari yang sudah berhasil menggantikan peranmu sebagai kepala keluarga.

Kebetulan rute yang kami lewati melintasi desa asal mama, dimana disana terdapat areal pemakaman yang juga merupakan tempat peristirahatan almarhum kakek dan nenekku atau orang tua dari mama. Mama yang sudah lama tidak nyekar dan berkunjung ke makam orang tuanya kemudian mengajakku untuk sejenak mengunjungi makam mereka.

“Assalamualaikum pak bu, ini saya nursita datang berkunjung bersama ari,” kata mama. “Maaf bila saya baru bisa sowan ke makam bapak dan ibu hari ini. Kabar saya Alhamdulillah baik-baik saja dan sehat tak kurang suatu apapun.”

Mama terdiam sejenak. “Walau begitu rumah tangga saya dengan mas joko tidaklah harmonis lagi. Namun sekarang sudah ada ari yang selalu menjaga dan membahagiakan saya. Hanya saja diam-diam saya dan ari menjalin hubungan yang seharusnya terlarang. Untuk itulah kami berdua kemari untuk meminta restu bapak dan ibu.

“Kakek dan nenek, saya sungguh mencintai mama,” tambahku. “Dan aku ingin sekali mempersunting mama sebagai istriku. Untuk itulah saya sungguh berharap agar kakek dan nenek sudi kiranya berkenan merestui keinginanku tersebut.”

“Jikalau bapak dan ibu merestui hubungan kami yang sebenarnya terlarang ini, maka saya percaya dan optimis kami akan dapat melewati semua ini tanpa aral rintangan yang mengganggu,” kata mama. “Untuk saat ini saya sungguh berharap agar bisa secepatnya bercerai dengan mas joko supaya ari bisa segera mengawini saya.

Tiba-tiba saja ada angin berhembus yang menerpa pepohonan di pemakaman. Mama dan aku saling berpandangan lalu saling tersenyum.

“Sepertinya kakek dan nenek merestui hubungan kita ma,” ujarku.

“Iya ri, mama rasa juga begitu,” kata mama. “Berarti memang mama juga tidak salah menjatuhkan pilihan mama kepadamu.”

“Percayalah padaku nursita sayang, pintu kebahagiaan sudah terbuka tepat dihadapan kita,” kataku. “Mari kita lewati hari-hari indah ini bersama-sama dengan penuh kemesraan.”

“Oh ari begitu pula aku juga merasa sangat yakin dengan hubungan kita ini,” kata mama. “Aku siap menjalani hari-hari yang indah itu bersamamu, sayang.”

Aku dan mama kemudian berciuman dengan mesranya di depan pusara orang tua mama. Tapi ketika lagi asyik berciuman tanpa disadari ada petugas kebersihan makam yang berjalan melintas. Aku dan mama pun lekas menghentikan ciuman kami. Ternyata mama kenal dengan laki-laki tukang sapu makam yang berusia sekitar 60an tahun tersebut.

“Pak slamet ya?” sapa mama. Kami berdua berjalan menghampirinya.

“Iya betul,” jawab si tukang sapu dengan ramah. “Maaf ibu ini siapa ya?”

“Lah masa lupa sih dengan saya pak, pasti karena saya udah gendut ya,” ujar mama. “Saya Nursita pak anaknya almarhum pak wardiman.”

“Owalah mbak nursita to.. ya ya saya ingat,” kata pak slamet. “Maaf saya tadi pangling lha wong mbak nursita keliat beda sekarang. Ditemani sama siapa ini mbak?” Pak slamet menoleh padaku.

“Oh perkenalkan ini ari putra saya pak,” jawab mama.

“Oh putranya,” ujar pak slamet. “Keliatannya mesra sekali ya mbak nur sama putranya, udah kayak suami istri aja.” Ia sedikit-sedikit mencuri pandang pada susu mama yang emang terlihat menggelantung elok. Mama yang menyadari mata nakal orang tua itu lalu mencoba menutupi dadanya dengan kain kerudung yang dikenakannya.

“Udah nggak perlu malu, bapak tadi lihat kalian berdua ciuman. Pasti ada sesuatu di antara kalian berdua,” ujar pak slamet.

“Iya pak kami berdua memang diam-diam menjalin hubungan cinta layaknya kekasih,” kata mama.

Aku cukup terkejut mendengar mama membeberkan rahasia hubungan tabu kami berdua kepada orang lain.

“Udah ri kamu tenang aja pak slamet ini mama tahu betul bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Bukan begitu pak?” Mama meyakinkan.

“Iya nak ari tenang saja,” ujar pak slamet. “Urusan begini bagi saya bukan sesuatu yang mengejutkan. Cuma memang tidak banyak yang mau membicarakannya secara terang-terangan karena bisa menimbulkan aib. Tapi pada kenyataannya banyak yang melakukan hal seperti ini di masyarakat.”

“Ya sangat wajar bila nak ari punya ketertarikan pada ibunya sendiri, karena mbak nursita juga masih cantik dan menarik,” tambah pak slamet. “Jelas sayang betul jikalau punya ibu secantik ini hanya kamu diamkan saja. Kalau bisa dinikahin dijadiin istri terus dibuntingin.”

Kami pun sama-sama tertawa. Setelah cukup puas berbual-bual aku dan mama kemudian pamit untuk melanjutkan perjalanan. Namun sebelum pergi mama memberikan sedikit uang pada pak slamet.

“Ini ada uang ala kadarnya pak,” kata mama. “Saya minta tolong agar sekiranya bapak mau merawatkan makam kedua orang tua saya.”

“Oh iya terima kasih mbak nur,” ucap pak slamet. “Itu memang sudah menjadi tugas saya. Semoga mbak nursita berbahagia dengan putranya.”

“Amiiinn, terimakasih buat doanya pak,” ucap mama.

Saat kami berlalu mata pak slamet seperti tak lepas memandangi lekuk-lekuk tubuh mama. Sejak ngobrol-ngobrol tadi memang kontolnya udah langsung mengeras ketika ia melihat susu mama yang montok kimplah-kimplah kalau orang jawa bilang. Apalagi mata pak slamet makin terbelalak ketika ia melihat bagaimana cara mama duduk membonceng dibelakangku dengan menempelkan susunya di punggungku.

“Sialan aku jadi ngaceng berat,” gumam pak Slamet. “Mimpi apa semalam bisa ketemu lagi dengan bidadari desa yang dulu ku puja-puja. Oh nursita makin berumur makin cantik dan montok aja kamu nduk, kalau nggak ada anakmu pasti udah aku perkosa kamu tadi nur. Ari ari sungguh beruntung kamu le bisa dapetin ibumu yang cantik, mantan bunga desa yang digilai laki-laki tua dan muda di kampung.

Saat aku dan mama kembali melanjutkan perjalanan aku berkata pada mama. “Orang tua bangkotan itu tadi kayaknya nafsu berat lihat mama,” ujarku.

“Iya pak slamet itu bujang lapuk ri,” kata mama. “Orangnya nafsuan kalau lihat wanita. Dulu ia juga termasuk orang yang suka berat sama mama. Waktu mama masih SD klas 6, dan dia umur 30an tahun dia suka godain mama dan pernah coba merayu-rayu mama. Mama ketika umur 12 tahun emang udah punya susu yang cukup menonjol.

“Dasar, penjahat kelamin,” ujarku. “Makanya tadi ari lihat dia lirik-lirik susu mama terus. Udah kayak ngiler pengen mimik susu, kasihan banget hehe.”

“Ya susu mama tuh ibaratnya impian dia yang enggak kesampaian,” kata mama. “Tapi tadi mama risih juga dia liatin mama kayak gitu. Nggak kebayang kalau nggak ada kamu pasti mama bakal di apa-apa in sama tuh orang ri.”

“Berani gangguin nursita ku sayang berarti dia udah siap dikirim pakai ambulans ke rumah sakit,” sahutku.

Mama tertawa kecil. “Iya laki-laki sejati itu emang harus bisa melindungi wanitanya. Ya udah pah ayo gas dong biar kita cepat sampai.”

“Baiklah sayang,” kataku. “Pegangan yang erat ya nur.”

“Iya pah..” Mama mengeratkan dekapannya kepadaku sekaligus makin merapatkan susunya di punggungku. “Kalau susu mama kurang nempel bilang aja ya pah..”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu