2 November 2020
Penulis —  yzfR25

Lily, Adik Sepupu Yang Menjadikanku Pelarian Nafsu

Kubuka semua kancing bajunya, ku lepaskan ciumanku lalu wajahku turun ke arah payudaranya atasnya. Tanganku melingkar ke punggungnya melepaskan pengait BH-nya, sambil ku usap lembut kulit punggungnya, ku kecup dan ku gigit kecil puting coklat mudanya.

Ku hisap kedua payudaranya bergantian, tanganku turun mengusap kedua pahanya. Wajahku agak turun menjilat perutnya, melingkar di bagian pusarnya, ku kecup lembut tepat dibawah pusarnya.

Saat Monic sedang menikmati rangsanganku sambil meracau tak jelas, ku angkat ujung roknya lalu ku selipkan di bagian pinggangnya agar tak menghalangi pemandangan indah yang tersimpan dibalik CD berwana belang merah putih senada dengan BH-nya.

Tanganku kini menahan rok Monic agak ke atas, perlahan tapi pasti ku turunkan CD nya dengan ku gigit bagian elastisnya. Mataku melirik wajah Monic, tampak tegang dengan menggigit bibir bawahnya, sambil kedua tangannya berpegangan ke tepi meja yang berada dibelakangnya.

Setelah CD nya turun sampai lutut, mulutku beralih mengecup vaginanya yang masih merapat mengikuti posisi kakinya. Reflek Monic agak merenggangkan pahanya, namun terhalang CD yang masih tertahan di lututnya. Ku lirik lagi wajah Monic, nampak raut wajah mengharap seolah memintaku segera menuntaskan permainanku.

Ku lepaskan CD Monic, ku angkat kaki kanannya dan menumpangkan pahanya di pundakku. Ku jilat vaginanya yang tampak mengkilat itu, dengan posisi sekarang vagianya bisa bebas ku nikmati dengan lidahku. Seolah tak ingin ada satu bagianpun yang terlewat, ku sapu labia mayoranya dengan lidahku. Lalu menelusup masuk menuju lubang sempit yang nikmat itu, dan diakhiri dengan hisapan berirama pada clitorisnya yang membuat Monic mencapai orgasme pertamanya.

Aku lalu berdiri, ku bopong Monic ke arah tumpukan spring bed yang tersimpan dalam gudang itu, cukup bersih mungkin karyawan biasa menggunakannya untuk tidur, atau malah untuk exe cewek mereka ya? Eh malah bahas kasur, skip! balik ke cerita

Ku rebahkan tubuhnya disana, dengan tergesa ku buka sendiri celanaku. Perlahan ku kangkangkan kakinya, dan sudah pasti ku arahkan penisku ke vaginanya. Namun agak sulit memasukannya, meski vaginanya sudah banjir masih saja terasa sempit. Ku coba gerakan mendorong, “Aduh.. pelan Ky. Masih belum pas..

Kali ini Monic mengambil alih kendali, didorongnya tubuhku ke belakang dengan posisi duduk dan kedua tanganku bertumpu kebelakang. Monic melirik dan tersenyum ke arahku, ini adalah posisi favorit Monic jika bercinta denganku. Saat foreplay dia lebih suka dimanja, tapi saat ‘acara puncak’ dia lebih suka berada diatasku.

Wajahnya mendekat ke arah selakanganku, dikecupnya lembut ujung penisku, dijilatnya cairan precum-ku, lalu dalam sekejap dilahaplah setengan batang penisku oleh mulut mungilnya.

Setelah dirasanya cukup diapun berpindah posisi, mengangkangi selakanganku, mulai jongkok sambil mengarahkan penisku masuk ke lubang surganya. Masih terasa sempit, namun sedikit demi sedikit penisku mulai tertelan oleh vaginanya. Setelah setengahnya masuk, tangannya kini beralih melingkar ke leherku, lalu dengan mendadak kakinya dilemaskan hingga dia terduduk tepat di penisku.

Ku rasakan kedutan vagina sempitnya, kepalanya mendongak keatas, dan matanya setengah terpejam, sambil meacau “Akhhh… udah lama aku kangen posisi ini Ky” bisiknya

Setelah merasa nyaman, dia mulai menggoyangkan tubuhnya, aku tak tinggal diam, ku sedot kedua payudaranya bergantian, ku gigit kecil putingnya, Monic pun bergerak semakin kesetanan. Dia memelukku erat, lalu berbisik “hmmpp.. akuhh udah mau sampe.. shhh”

“Tunggu bentar Mon.. uhhh” kataku sambil kenikmatan

Ku tahan pinggangnya dan menyuruhnya berjongkok agar bisa kuimbangi gerakannya, aku pun mulai melakukan tusukan ke arah vaginanya, Monic melakukan gerakan dengan arah berlawanan. Terdengar pekikan tertahan dari mulutnya, “akhh.. akhh.. terus dikit lagi.. akhh.. Ky.. hampirrr..” desahan erotisnya diiringi bunyi selakangan kami yang beradu, cplak..

3 menit berselang Monic memeluk erat tubuhku, tubuhnya agak bergetar, mulutnya menggigit kecil telingaku. Tampaknya Monic akan segera orgasme, pertahananku pun sebentar lagi pasti jebol.

Benar saja, “Ouhhh.. akuu keluarrr.. akhh” pekik Monic

Vaginanya berkedut seolah menghisap penisku dan mengguyurnya dengan cairan hangat, mendapat rangsangan seperti itu aku pun tak tahan..

Dan, “arrgghhh…” aku menggeram seiring muntahnya spermaku ke vagina Monic.

* *

Nafas kami masih terengah, Monic masih memelukku, ku pegang kedua pundaknya dan memposisikan dirinya tepat dihadapanku. Ku kecup keningnya, lalu berkata “Makasih ya Mon, udah luangin waktumu buat aku..”

Monic tak menjawab, wajahnya tampak kelelahan setelah mungkin 45 menitan kami bergumul, namun dia tetap tersenyum manis ke arahku.

Tiba-tiba, “Astaga.. ini udah jam berapa ya, aduh mati aku” kata Monic

Reflek aku pun mengambil hp-ku untuk melihat jam, “Waduh kacau..” bathinku, di layar hp terlihat 6 missed call dan semuanya dari Lily. Ternyata dia sudah terbangun, aku harus buru-buru supaya dia tidak curiga.

**

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu