2 November 2020
Penulis — yzfR25
Tapi Lily masih pasif dah hanya sedikit membalas pagutan bibirku, ku hentikan ciumanku untuk memandang lagi wajahnya dan mengatur nafas.
Lily berkata dengan suara bergetar, “Kita ini sodara mas..”
aku hanya menjawab sinis, “Penting ya?”
Aku tak akan memberinya kesempatan berfikir, ku pagut lagi bibirnya kali ini dengan merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Lily agak terkejut saat penisku menyentuh bagian bawah pusarnya, dia mulai membalas ciumanku meski masih lembut. Dalam hatiku berkata, It’s show time..!
Ku satukan kedua tanganya dia atas kepala merapat ke tembok dan ku tahan dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku mengusap lembut ketiak kirinya. Nafasnya makin memburu, ciuman belum ku lepaskan, dia membalas dengan brutal, berulang kali bibirku di gigitnya.
Ku lepaskan ciumanku, kembali ku tahan kedua tangannya di samping dengan masing-tanganku. Aku mulai menjilat telinganya bergantian, turun ke leher hingga terdengar lenguhannya “u.. uuhh.. shh…”
ku gigit-gigit kecil lehernya, lanjut jilatanku turun melalui belahan dadanya, terus turun ke atas perut, Lily mendesah “ahh.. mass…”
dan ku hentikan jilatanku di atas pusarnya. Ku pindahkan jilatanku ke ketiak kanan, turun ke tepian luar payudara, Lily menggelijang kegelian. Begitu juga dengan bagian kiri.
Sekarang ku fokuskan kulumanku ke kedua payudaranya, awalnya ku jilat lembut dengan gerakan memutar, lalu menyedot, dan menariknya hingga putingya tertarik terbawa mulutku. Ku lirik Lily hanya bisa menggigit bibir bawahnya, matanya memandang sayu ke arahku tanpa bisa bergerak leluasa mengimbangi rangsanganku.
Perlahan aku berlutut dan menciumi perutnya, menjilat habis pusarnya lalu mulai turun lagi menciumi bagian atas vaginanya. Entah Lily sudah meracau apa saja aku tak peduli.
Ku angkat kaki kirinya ke atas lenganku, lalu kembali ku tahan tangan kirinya agar tak banyak bergerak. Ku atur posisiku agar wajahku bisa leluasa mengeksplor vaginanya, ku kecup lembut paha dalamnya, ku jilat labia mayoranya, ku hembuskan nafas hangat dari hidungku ke belahan vaginanya, dan akhirnya ku sapu dari bawah ke atas belahan itu.
Tubuhnya bergetar saat ku kulum kelentitnya yang sudah menyembul keluar, terasa cairan surganya mulai merembes keluar bercampur dengan air guyuran shower. Terus ku cumbu bagian intimnya hingga akhrinya dia memekik “akhh.. Aku sampee.. mashh..” saat mendapatkan orgasmenya yang pertama stelah kurang lebih 20 menit bercumbu.
Aku yang belum mendapat imbalanku tentu tak mau berhenti, ku bopong tubuhnya lalu ku balut handuk. Ku bawa ke atas ranjang lalu ku baringkan, ku posisilan diriku untuk mulai penetrasi.
“Bentar mass, aku masih capek.. Akhh.. itu masuk mashh.. hmmph..”
tak ku pedulikan omongannya, ku hujamkan penisku dalam-dalam, lalu ku pagut bibirnya. Untuk sesaat ku nikmati pijatan dinding vagina yang entah sudah berapa bulan tidak menelan penis. Dalam nafas yang menderu Lily masih bisa tersenyum, ada air mata di sudut matanya. Aku yang tau perasaannya namun tak mau terbawa suasana lalu mengecup keningnya, “Makasih ya kamu udah mau ngijinin aku ngelakuin ini semua..
Perlahan tapi pasti ku kayuh dayung kenikmatanku bersamanya. Lily coba terus mengimbagi gerakanku, kurang lebih 6 menit dia mencapai orgasmenya yang kedua.
“Mas please, berentin dulu bentara aja..”
dia mendorongku, setelah nafasnya agak teratur dia bangkit lalu mengulum penisku, dimainkannya ujung penisku dengan ujung lidahnya. Aku yang tak mau pertahananku jebol memintamya berhenti.
Dia berlutut mengangkangiku lalu mengarahkan penisku ke vaginanya, dia benar-benar menduduki penisku hingga terasa agak ngilu. Lalu dia mulai melakukan gerakan berkuda, aku hampir saja tak tahan saat Lily melakukan gerakan perlahan tapi seolah memeras isi penisku. Saat aku hampir keluaq Lily justru berhenti dan mengejekku, “Santai aja kali mas, tegang amat mukanya.
“Oh ceritanya mau ngeldek? Oke, aku juga bisa” balasku
Ku tahan pinggulnya dengan tanganku, ku atur posisi, lalu ku hujamkan penisku dalam-dalam, “aww, aduh mash.. shh.. gila aku ngilu ini” rintih Lily
Pada posisi ini aku bisa melaku kan gerakan cepat karenta terbantu pantulan spring bed.
Aku duduk dan tanganku bertumpu ke spring bed. Lily mengalungkan tangannya ke leherku sambit terus meracau.
Aku merasa sebentar lagi akan keluar, ku balikan posisi kembali jadi misionaris, ku percepat gerakanku dan ku rasakan dinding vagina Lily meremas penisku. Ternyata dia akan orgasme lagi, aku berbisik padanya “Kkeluarinn.. dimanah?”
“Da.. daleemh.. ajahh.. akhh, aku nyampe mass!”
bersamaan dengan itu, crot.. crot.. crot.. Senjataku menembakkan amunisinya ke vagina legit milik Lily.
**
Awal yang indah, dan kejadian itu masih sering kami ulangi..