2 November 2020
Penulis —  fanfan91

HARUSKAH AKU MEMBENCI IBUKKU

Lanjutan 6.

Tak berselang lama, Kulihat ibu sudah kembali keruang tv dan tentunya bersama si Herman brengsek itu. Kulihat Herman mendekat kearahku, setelah Herman didekatku ia pun kemudian duduk disampingku, Sementara ibu berjalan kearah dapur, mungkin lagi menbuat kopi untuk mas Herman.

“Hei bocah dungu, apa ibumu sudah cerita tentangnya ke kamu” Ucap Mas Herman tiba tiba membuatku sedikit kaget, dan tentunya membuatku marah, ya marah dikatain bocah sama Herman kampret ini. Tapi marahku hanya kupendam saja, Toh aku bisa apa, sekali digampar sama mas Herman kampret ini aku bisa terkapar, ah sial.

“Su sudah mas” Balasku sedikit tergagap. sebenarnya aku bingung mau mengatakan apa, kalo aku bilang belum takutnya nanti ibukku bakal kena marahnya mas Herman, kalo aku bilang sudah, dapat dipastikan mas Herman bakal menghinaku, melecehkanku semau maunya, ah nasib, kapan aku cepat besarnya, agar aku bisa menghajar Herman brengsek ini.

Kulihat mas Herman tampak tersenyum menjengkelkan kala aku balas ucapannya tadi. Aku sedikit curiga, karena mas Herman tak bicara lagi, hanya senyum menjengkelkan selalu terhias dibibirnya membuatku jengah menatapnya. Lalu kualihkan pandanganku kearah tv yang menayangkan film yang bertemakan perempuan perempuan berhijab.

“Sok suci mereka, pake baju tertutup segala, kena kontolku ini pasti berubah mereka, kayak ibumu itu bocah, dulunya ketutup begitu, eh sekarang ngalahin pelacur pakeannya, munafik” Ucap mas Herman membuatku terhenyak mendengarnya. Tapi apa yang dikatakan mas Herman benar adanya, karena dulu ibu selalu tertutup dan sekarang seperti pelacur setelah merasakan kontolnya mas Herman ini, aku jadi berfikir apa iya gara gara kontol bisa merubah penampilan dan perilaku seseorang, ah kayaknya tidak semua, tapi entahlah.

Kulihat ibu sudah keluar dari dapur sambil membawa kopi untuk mas Herman, dan tentunya penampilan ibukku masih tetap sama kayak tadi berupa tanktop tipis dan rok pendeknya itu.

“Ini Tuan kopinya” Ucap ibu dikala sudah tiba dan kulihat ibu menaruh kopi dimeja didepan mas Herman, dan lagi lagi aku dibuat kaget dan saat ini ibu mendengar ibu memanggil Herman dengan sebutan TUAN bukan Bang lagi, kenapa ini, ada apa ini, apakah ini pertanda kalo ibu sudah benar benar jadi budaknya mas Herman, segampang itukah ibu dijadikan budak sama Herman, dan itu semua hanya gara gara kontol saja, kalo begitu ya ya ya aku tau solusinya, dan kalo ini berhasil pasti aku bisa menolong ibuku dan menjadikannya seperti dahulu lagi, tunggu saja Herman, cepat lambat pasti kamu akan menderita akibat perbuatanmu itu.

“Pelacur, bugil lo sekarang, biar anakmu yang dungu ini ngerti dan tau kalo kamu sekarang bukan ibu baik baik, melainkan ibu bejat, hei bocah dungu kamu boleh marah kepadaku, tapi niatku baik ke kamu, karena jarang bahkan tak ada seorang anak lihat ibunya bugil, jadi kamu harusnya terima kasih padaku, karena gara gara aku kamu bisa lihat tubuh telanjang ibumu sendiri, jadi puasin puasin tuh lihat tubuh ibumu sendiri ha ha ha” Ucap mas Herman membuat kupingku terasa panas, perkataan mas herman sudah terlalu menyakitkan buatku, pelecehannya sudah benar benar kelewat batas kewajaran, oh ibu maaf anakmu belum bisa menyelamatkanmu, bersabarlah bu.

Kulihat ibu mengangguk kearah mas Herman, lalu dengan secara perlahan lahan ibu mulai melepas tanktopnya hingga terlepas melalui kepalanya, lalu dibuangnya tanktopnya itu kelantai. Kini ibu sudah bertelanjang dada, membuatku bisa melihat kembali payudara ibu yang penuh warna merah disekitar putingnya itu dan tak ayal membuat penisku perlahan lahan mengeras dibalik celana yang kupakai.

Setelah itu kulihat ibu nampak melepas rok pendeknya, dan tak pake lama kulihat ibu membuang roknya itu kelantai dan dapat dipastikan ibu sudah benar benar bugil dihadapanku, dan tentunya aku kembali bisa melihat tempat dimana aku lahir, ya tempat dimana aku dilahirkan dan sekarang aku bisa melihatnya dengan begitu jelas.

Lalu kualihkan pandanganku kearah wajah ibu, dan ibu menatapku tanpa ada rasa malu dan canggung, sepertinya ibu sudah benar benar sudah putus urat malunya itu. Seharusnya kan, seorang ibu pastinya malu apabila barang terlarangnya itu dilihat sama anaknya sendiri, tapi beda dengan ibuku, seolah olah ibuku senang jika aku anaknya ini bisa melihat secara langsung daerah intimnya itu.

Aku tau ini bukanlah kemauan dari ibuku sendiri, aku tau bathin ibu pasti tak menerimanya, tapi demi keinginan dari Hermanlah membuat ibu merelakan daerah terlarang itu dilihat olehku, oh ibu sudah serendah itukah dirimu sekarang ibu, dan tak ingatkah kau waktu menasehatiku dulu, kalo aku tak boleh pacaran melebihi batas kewajaran, aku tak boleh menjamah dan melihat barang terlarang milik wanita sebelum aku halalkan, tapi tapi tapi kenapa ibu, kenapa malah kau sendiri yang memperlihatkan kepada anakmu ini barang terlarang itu bu, tak ingatkah kau ibu.

Tak terasa air mataku berlinang, menyaksikan ibu memperlihatkan tubuh bugilnya itu tanpa ada rasa malu sedikitpun, ya hatiku menangis hatiku menjerit memikirkan ibuku yang telah jauh berubah, yang dimana telah kehilangan martabatnya sebagai seorang ibu yang aku hormati dan yang aku segani. oh ibu.

“Sok mewek, sok alim jadi anak, hey bocah dungu sudah jangan tangisi, tapi nikmatilah, sekalian ini pelajaran buat kamu, biar kamu ngerti bagian bagian terlarang milik wanita” Ucap mas Herman yang sedang menatapku yang lagi menitikkan air mata.

“Hei bocah dungu, nih liat, ini tempatmu lahir lo, dulunya sih masih sempit lubangnya, eh sekarang dah melongo kayak sumur, tapi meski begitu masih enak dipake, beda ama anus milik ibumu ini, lihat hei bocah dungu, dulu gue ini yang bolongin, karena keseringan eh kayak gini sudah kayak goa saja lubangnya, sudah tak bisa menjepit lagi, ya sekarang sih aku udah makenya, palingan nih lubang anus yang make yang beli ibumu, tapi ya gitu deh kecewa akhirnya” Ucap Mas Herman sambil memperlihatkan lubang tempek ibu dan benar lubang tempek ibu sudah menganga, lalu bang Herman membalikan tubuh ibuku dan disuruhnya ibuku menungging dengan kaki mengangkang lebar lebar, lalu mas Herman memperlihatkan anus ibu padaku, dan kulihat anus ibu nampak berkerut kerut namun terlihat masih sempat beda seperti yang dikatakan sama mas Herman tadi, tapi ketika 3 jari mas Herman menekan masuk kelubang anus ibu baru aku percaya, kalo lubang anus ibu sudah sangat bolong, buktinya 3 jari bang Herman begitu mudah masuk kelubang tai ibu, benar benar gila, lubang anus ibu sudah dibikin bolong seperti itu, seandainya penisku masuk kesitu pasti tanpa hambatan dan masuk secara sangat mudah, ah benar benar biadap mas Herman itu, dan biadapnya lagi ucapan mas Herman terdengar sangat melecehkan ibukku, dan mas Herman seperti sudah tak punya rasa segan lagi keibuku, yang ada ibuku dianggapnya sebagai budak yang tak ada nilainya sedikitpun, seakan akan ibu hanya sebuah mainan dan jika sudah tak diinginkannya dijual semaunya sendiri Dan sebenarnya aku tak sanggup mendengar dan melihat ibu diperlakukan sedemikian rupa oleh Herman, namun aku takut jika aku tak melihat dan mendengarnya ibu bakal di dianiaya sama Herman, jadi aku terpaksa mengikuti apa diinginkan oleh Herman, brengsek.

“Benarkan Yanti, kalo temanku kemarin kecewa sama boolmu ini” Ucap mas Herman sambil mengobok obok lubang anus ibu dengan sangat brutal. gila gila benar benar gila si Herman, anus ibu dibuat mainan mainan seperti itu, tapi anehnya ibu tak melawan sedikitpun, hanya bisa pasrah apapun yang dilakukan Herman kedirinya.

“Iya Tuan, kemarin teman tuan kecewa sama anus Yanti, karena anus Yanti dah sangat jebol tuan, maafkan Yanti ya tuan, Yanti tak bisa muasin teman tuan itu” Ucap ibu yang masih dalam keadaan menungging dan dalam keadaan lubang anus terjejali 3 jari milik mas Herman.

“Maaf katamu, temanku yang satu itu cuma mau bayar setengah saja tau, gara gara anusmu terlalu longgar, jadi lonte saja tak becus, dasar!!! tapi tak apalah, temenku itu masih mau pake kamu lagi, tapi ya itu lubang anusmu bakal dijejali 2 kontol sekaligus, jadi kamu harus siap” Ucap mas Herman membuatku bergidik mendengarnya.

benar benar ucapan mas Herman sangat merendahkan ibuku, dan ibuku sudah tak ada nilainya dimata mas herman, padahal ibu sudah mau menuruti keinginannya, tapi tetap saja perkataan mas Herman begitu menyakitkan. lalu, gimana nasib anus ibu, anus ibu nanti bakal dimasuki 2 kontol, seperti apa ya jadinya nanti, ah benar benar gila ini si Herman, tak ada belas kasih sedikitpun ke ibu, kurang ajar.

“Ya tuan, Yanti siap kok” Ucap ibuku.

“Bagus, jadi lonte emang harus siap, Ya sudah tugasmu sekarang ceritakan bagaimana kamu melayani ke 3 temanku itu, tapi ingat dari awal sampai akhir, jangan ada yang terlewat, biar anakmu tau kelonteanmu kemarin sama ketiga temanku itu, oh ya sambil kamu cerita, kamu layani kontolku ini pake tempekmu ini, okey Yanti” Ucap Mas Herman sambil mencabut 3 jarinya dari lubang anus ibu, lalu mas Herman melepas celananya dan tuing kontol jumbo mas Herman pun meluncat dan terangguk angguk dengan gagahnya.

“Nak, liat nak, liatlah tempek ibu nak, auhhh nak, kontol tuan Herman menyesaki tempek ibu nak, nak ouh nak tempek ibu terasa sesak nak, lihat nak kontol jumbo tuan Herman semakin masuk kedalam nak hingga mentog dirahim ibu nak, uh rasanya luar biasa nak” Ucap ibu sambil menduduki kontol mas Herman, dan dapat kulihat lubang ibu nampak kesusahan menelan kontol jumbo milik Herman, namun perlahan lahan nampaknya tempek ibu bisa mengatasinya dan seiring ibu menurunkan pantatnya, sejalan pula kontol herman perlahan lahan tenggelam dilembah kenikmatan milik ibu, dan ketika kontol mas Herman hampir tenggelam semuanya, tiba tiba pantat ibu berhenti dan sepertinya ibu sudah tak mampu melumat seluruh kontol herman kedalam lubang tempeknya, uh emang panjang tuh kontol, buktinya ibu tak mampu menenggalamkan semuanya, benar benar hebat kontol mas Herman.

“hey Yanti, turunkan pantatmu, kontolku masih sisa ini” protes mas herman ke ibu.

“ouchh oucchhh tak bisa tuan, dah mentog dirahim yanti tuan oucch” balas ibu sambil mendesah desah.

“Ya sudah, nah naik turunkan pinggulmu sambil cerita ya lonte” Ucap mas Herman sambil meremas remas susu ibu ku dengan kasarnya, membuat susu ibuku nampak kemerahan dibalik warna kuningnya itu.

“Iya tuan, Naaak ouchh iiibu aaaakkan ouccchhh”

“Sudah sudah nanti saja ceritanya, sekarang fokus layani kontolku, tapi ingat kalo kamu keluar duluan aku akan hukum kamu, akan kusuruh teman teman anakmu menyetubuhimu didepan anakmu itu, paham lonte” Ucap mas Herman mengancam ibu, dan aku lagi lagi dibuat bergidik saat mendengar ancamannya, dan ancaman itu bagai cambuk bagiku, bagaimana tidak, jika itu terjadi, aku akan ditertawakan, dihina sama teman temanku, dan aku akan menjadi terkenal sebagai anak seorang pelacur, oh tidak oh tidak, aku tak mau teman temanku tau, apa yang harus aku lakukan tuk mencegah ini, dan mustahil bila aku mengharap dari ibu, karena aku yakin ibu pasti kalah.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu