1 November 2020
Penulis — pujasejagat
Lanjutannya gan…
Si ibu karena terangsang dan mungkin juga sudah percaya penuh ke padaku sehingga dia bersedia tanpa celana dalam di depanku. Aku menarik celana dalamnya kebawah Dia membantu dengan mengangkat bagian tubuhnya. Kini bagian belakangnya polos. Aku makin leluasa memijat dan juga melakukan rangsangan melalui pijatan.
Badannya makin gelisah dengan gerakan-gerakan rangsangan yang ditahan. Dari gerakan nafasnya dia terlihat makin cepat bernafas. Aku yakin sekali bahwa si Ibu sudah terangsang berat.
Setelah selesai bagian belakang aku minta dia berbalik ke posisi telentang. Aku sudah menyiapkan handuk untuk menutupi kemaluannya begitu dia berbalik.
Aku kembali mengurut dari arah kaki, ke paha sampai dekat sekali ke kemaluannya. “Aduh pak, rasanya bingung gak karuan,” katanya tiba-tiba.
“Apa pijatan saya kurang enak, bu,” tanyaku merendah.
“Bukan pak, pijatannya sih enak tapi, badan saya jadi merinding semua,” katanya.
“Mungkin acnya terlalu dingin bu, apa perlu saya matikan biar tidak terlalu dingin,” tanyaku.
“Bukan masalah ac pak, tapi gak tau ini badan saya kok jadi gak karuan rasanya,” katanya.
Aku pindah memijat tangannya, lalu dadanya bagian atas. Di bagian dekat dengan payudaranya aku minta izin untuk melakukan pijatan di sekitarnya.
“Udah pak silahkan aja, buka aja kalau perlu BHnya gak usah ditutup-tutup lagi lah,” katanya.
Aku memijat di sisi-sisi payudaranya. Teteknya cukup besar dengan puting yang besar juga.
“Maaf bu, apa ibu sudah pernah periksa kanker payudara,” tanyaku.
“Belum pak, emang kenapa, apa ada gejala kanker ya,” katanya terkejut.
“Ah tidak saya cuma tanya. Kalau diizinkan saya akan coba merabanya, untuk mengetahui kalau-kalau ada kelainan,” kataku.
“Emang bapak bisa tau kalau ada kelainan,” katanya.
“Tau persis sih tidak, tapi kalau ada benjolan yang tidak wajar bisa terasa, tapi kalau ibu tidak ingin diperiksa ya terserah ibu,” kataku.
“Boleh deh pak, coba diperiksa, mudah-mudahan gak ada ah,” katanya agak khawatir.
Aku mulai menekan-nekan payudaranya mencari benjolan, tetapi tetek ibu ini terlihat normal dan tidak terasa ada benjolan aneh. Aku lalu minta izin menstimulus syaraf di sekitar payudaranya dengan memainkan putingnya. Dia hanya mengangguk saja tanda menyetujui. Mulanya jariku ku oser-oserkan di putingnya, lalu aku pelintir halus.
Aku lalu menyudahi pijat payudara. Aku menanyakan apakah ibu sering tidak bisa menahan kencing. “Iya pak, kenapa itu ya,” tanyanya.
Kujelaskan bahwa kandung kemihnya tertekan, aku tawarkan kalau dia setuju posisi perutnya akan di perbaiki. Dia setuju-setuju saja.
Aku lalu berpindah memijat bagian bawah perutnya. Gerakan hati-hati kulakukan di bagian ini, karena perut wanita sangat peka. Berkali-kali gerakanku disertai dengan gerakan tarikan nafas seperti yang aku minta. Pijatan bagian bawah perut mengakibatkan kebelet pipis.
Si ibu memang kemudian minta izin berhenti sebentar, karena dia memang kebelet pipis. Dia bangun dan melenggang begitu saja tanpa ditutup apapun berjalan ke kamar mandi. Aku mendengar desiran nyaring air seninya di gas sepenuhnya.
Sekembali dari kamar mandi si ibu langsung tidur telentang lagi tanpa ditutupi apa pun. Aku mencoba bersikap profesional dan melanjutkan pijatanku.
Lanjut dibawah gan…