2 November 2020
Penulis —  unuydede

Keluarga kecil Sekar

HARI YANG MELELAHKAN PART 1

Beruntung minggu ini aku bisa libur di akhir pekan, walaupun aku harus mengorbankan hari liburku minggu lalu. Aku jadi bisa menghabiskan waktuku berwisata dengan teman-teman sekampungku. Walaupun libur, aku tetap merasa capek karena perjalanan tadi dan juga beberapa pekerjaan rumah yang wajib dan rutin kulakukan.

Belum mau berganti pakaian, aku duduk di sofa depan TV, lalu ku cari channel yang menampilkan drama korea kesukaanku. Kucerna setiap adegan yang ditampilkan di TV, tapi karena rasa lelahku, aku hanya menanggapinya dengan malas tak seantusias sebelum-sebelumnya. Rumah pun lengang karena seisi rumah punya kesibukan masing-masing.

“Mbak Sekaaaaaaaarrrr, udah pulaaaaaaang?”. Suara pecah khas Risman terdengar dari pintu rumah.

“Ada apa Man?”. Dengan malas kutolehkan wajahku ke arah Risman.

Rambutnya terlihat basah dan bajunya juga terlihat ada beberapa bagian yang terkena percikan air. Ia pasti habis mandi di sungai sekitar sini. Tak disangka Risman langsung melepas celananya dan duduk di sampingku, kontolnya sudah tegang maksimal.

“kamu abis dari mana Man? Pulang-pulang kok langsung buka celana?” tanyaku sok tidak tahu.

“tadi Risman mandi di kali, bareng ama Rudi, Ita, Pram, sama Hendra”. Dari nama-nama yang ia sebut, tentu aku sudah bisa menebak, siapa yang bisa membuat adikku begini.

“terus aku, Rudi, Hendra, sama Pram begini semua tititnya mbak, kok bisa ya?” lanjut Risman sambil menuding ke kontolnya.

Sudah jelas, mereka harusnya sudah bukan anak-anak lagi, reaksi semacam ini sudah pasti terjadi. Kupegang kontol Risman, kuelusi kepala benda nakal itu, pemiliknya hanya bisa meringis menahan geli. Kumainkan juga kedua “telor” kontolnya, kaki Risman pun mulai tak bisa diam. Entah kenapa aku justru penasaran dengan teman-teman Risman.

“sekarang temen-temen kamu mana Man?” tanyaku.

“mmmmmhhhhh aaaaaahhhhh ada di halaaaaaa mmmmhhhh halaman depan mbak”. Risman tak dapat menahan desahannya lagi.

“Ita juga?” kulanjutkan interogasiku, Risman hanya mengangguk dengan ekspresi masih menahan geli.

Aku mengulum kepala kontol Risman, dan tentu dengan jurus andalanku, lidahku menyapu seluruh permukaan benda mirip jamur itu. Sambil kukocok-kocok batangnya, membuat Risman tak tahan, lalu…

CRUTT

CRUTT

CRUTT

CRUTT

Kutelan semua tembakan sperma yang memancar dari kontol Risman, sebagian ada juga yang meleleh dari mulutku. Begitu sperma Risman sudah lancar masuk menuju sistem pencernaanku, aku malah memikirkan sebuah ide gila.

“Man, panggilin Hendra masuk gih” perintahku pada Risman yang sudah memakai celananya kembali.

Risman segera berlari keluar, kulihat teman-teman Risman asyik bermain gundu. Hendra segera berlari menghampiriku.

“ada apa mbak?” Tanya Hendra yang masih belum paham apa yang akan menimpanya.

“burung kamu masih berdiri ngga?” tanyaku to the point.

Aku cukup kaget saat Hendra malah langsung menurunkan celananya dan memperlihatkan kontolnya yang masih kecil tapi sudah dengan sombongnya menantang langit.

“Risma cerita tadi mbak?” Hendra menebak-nebak, aku pun mengangguk dan menariknya duduk di sebelahku.

Segera kukulum kontol yang sombong itu, dan seperti Risman, Hendra cuma meringis menahan geli. Sepertinya dia hendak bertanya tapi dia kulum dalam kenikmatan saja. Kumainkan kedua bola zakar Hendra.

CROTTT

CROTTT

CROTTT

Berbeda dengan Risman, Hendra lebih cepat keluar. Aku pun dengan ikhlas menelan para calon presiden itu. Hendra masih terengah-engah, meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan, kontolnya melemas dengan cepat.

“Udah sana balik main, panggil si Pram ke sini, mbak bantuin lemesin juga” perintahku. Dengan malas Hendra membetulkan posisi celana pendeknya dan pergi memanggil Pram.

Pram berlari sudah tanpa celana (what the f**k?) menuju ke arahku dan langsung duduk di sebelahku sambil cengar-cengir tak jelas. Di antara teman Risman, memang dia yang paling bodoh menurutku, bukan judge, tapi memang seperti itu kelakuannya, aku hanya mengacungi jempol sifat setia kawan nya itu. Aku yang malas membungkukkan badan turun dan duduk di lantai, sementara kepalaku bersandar di dudukan kursi.

Kontol Pram yang belum disunat itu agak sedikit mendekati ukuran milik Risman. Kumulai kocokan pada kontol Pram dan memainkan zakarnya.

“Pram, nanti kamu kangkangin kepala mbak ya, kalo burungnya udah mbak emut, kamu maju mundurin pantat kamu, ngerti?” aku memberi instruksi pada Pram yang hanya mengangguk dan cengengesan.

Pram pun mengangkangi kepalaku dan aku mulai mengulum kepala kontol nya yang masih terbungkus kulup itu. Emang dasar oon, dia malah cengengesan melihatku, kudorong pantat Pram dan kutarik kembali berulang kali hingga Pram pun melakukannya sendiri. Berbeda dengan kedua temannya, Pram seperti tak merasakan apapun karena dia hanya cengengesan sambil mengentoti mulutku.

Aku berhenti mnyedot kontol Pram, seperti sudah mengerti, Pram juga menghentikan pantatnya. Pelan-pelan kubuka kulup pada kontol Pram, benar saja, Pram langsung meringis. Begitu kepala kontolnya terekspose, langsung saja kumasukkan kembali ke dalam mulutku. Pram yang paham langsung melanjutkan memaju-mundurkan alat vitalnya dalam mulutku, bedanya sekarang ekspresi menyebalkannya sudah berubah menjadi rintihan dan menahan rasa geli yang teramat sangat.

Tiba-tiba saja Pram memegang kepalaku dan menggenjot mulutku kasar sekali hingga kontolnya hampir saja masuk tenggorokanku dan…

CROTTT

CROTT

CROTTT

CROTTTT

Empat tembakan sperma dengan mulus melewati kerongkonganku, syukur aku tidak tersedak karena itu. Aku berhasil mengurangi potensi bertambahnya orang idiot di negara berflower ini. Pram langsung berlari menuju teman-temannya yang sedang asyik bermain permainan lain, ia pun kembali mengenakan celananya.

Aku membersihkan sperma Pram yang sebagian meleleh ke sela-sela bibirku, dasar bocah gemblung. Dan yang mengejutkan lagi, Ita berlari menghampiriku lalu mengangkat roknya dan melepas celana dalamnya, terlihatlah memek yang baru ditumbuhi jembut itu.

“Kamu ngapain Ta?”. Nampaknya ada sedikit kesalah-pahaman di sini.

“aku pengen kaya mereka bertiga mbak” kata Ita antusias.

Aku tertawa terbahak-bahak, sampai Ita cemberut dan memaksaku melakukan hal yang sama seperti kepada ketiga pejantan kecil itu. Aku pun menarik Ita duduk di sebelahku dan…

BERSAMBUNG

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu