1 November 2020
Penulis — Mariodomo
Aku memang belum berpengalaman dalam soal sex. Tapi aku sudah hafal isi buku tulisan pakar sexuology itu.
Maka kuelus-eluskan ujung lidahku ke clitoris Reni yang hanya sebesar kacang hijau itu.
“Ben… !” Reni seperti kaget. Tapi tidak meronta sedikit pun. Malahan akhirnya ia mengelus-elus rambutku yang berada di bawah perutnya. Mungkin karena Reni mulai menikmati elusan-elusan ujung lidahku ini.
Aku masih ingat benar isi buku itu. Bahwa sebagai pihak cowok, aku boleh menjilati bagian mana pun di kemaluan pihak cewek. Yang harus diingat, jari jangan sekali-kali dimasukkan ke dalam liang kemaluan si cewek. Karena bisa merusak hymen (selaput dara) si cewek yang masih perawan.
Sedangkan aku tak mau merusak keperawanan Reni. Aku hanya mencoba apakah permainan lidahku bisa menyebabkan Reni orgasme atau tidak.
Karena itu aku mulai menjilati bagian mana pun yang tersentuh oleh lidahku. Bukan hanya clitorisnya saja.
Reni hanya menggeliat-geliat, mungkin menahan geli-geli enak yang sedang dirasakannya. Bahkan lama-kelamaan suaranya pun mulai terdengar perlahan, “Beeeen… ooooh Beeeeeen… ooooh… ohhh… Beennnn…”
Tubuh Reni pun kadang menggeliat, kadang mengejang. Seiring dengan jalan nafasnya yang kadang tertahan agak lama, lalu terhembuskan lagi… tertahan lagi… terhembuskan lagi… dan begitu seterusnya.
Sampai pada akhirnya, tubuh Reni menggigil… lalu terdengar nafasnya berdesah, “Aaaaaah…”
Ketika aku mau melanjutkan jilatanku, Reni menolak. “Jangan Ben… entah apa yang kurasakan ini… tadi memang enak sekali, tapi sekarang ngilu-ngilu. Mungkin yang kurasakan tadi itu puncak nikmatnya ya Ben.”
“Iya… itulah yang disebut orgasme. Katanya sih sama enaknya dengan bersetubuh.”
Aku masih ingat benar semuanya itu. Bahwa di hari-hari berikutnya, kami bisa saja mencuri-curi kesempatan untuk melakukan dan melakukannya lagi.
Bahkan Reni pun kuajari tentang bagaimana caranya untuk melakukan felatio (ngemut kontol). Setelah Reni terasa trampil, aku pun sering mengajaknya main 69.
Tapi ada satu hal yang tetap kupegang teguh. Bahwa aku tak mau merusak keperawanannya. Biar bagaimana pun aku harus menjaga satu hal itu. Jangan sampai masa depan Reni kelam gara-gara perbuatanku.
Sang Waktu pun berputar terus. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun…
----ooo000ooo----