1 November 2020
Penulis —  herpsawan

SIDE STORY

Part I

Ummi Latifah

2 minggu Sebelum kejadian pemerkosaan yang dialami menantunya Rizka atau ummu Afra. Sang mertua yang bernama Ummi Latifah terlebih dahulu dinodai oleh seorang pemuda. Semua berawal dari perjalanan pulang dirinya dari rumah anak perempuannya yang bernama Assyifah.

Ummu latifah mertua Ummu Afra adalah wanita dengan usia 47 tahun. Namun di usia yang sudah memasuki setengah abad itu masih tampak wajah serta kulitnya tak menemui kekeriputan. Bahkan tubuh dan kulitnya seperti wanita berusia 30 tahunan. Banyak sebenarnya laki-laki baik itu tua maupun muda yang terpesona oleh kemolekan tubuh ummu latifah.

Jam menunjukkan pukul 7 malam disebuah terminal. Tampak seorang wanita cantik yang diusianya yang tak bisa dibilang muda itu. Tidak tampak raut ketuaan dari wajahnya. Seolah ia diciptakan muda tanpa pernah mengenal tua.

Wanita itu sibuk membuka hp nya dan sejurus kemudian tampak ia sedang menelpon.

“Halo.” Suara Ummi Latifah.

“Ia ummi.” Jawab anak ummu latifah.

“Nanti ummi mungkin pulangnya agak telat. Soalnya bisnya belum tiba.” Bilang Ummi Latifah.

“Oh ia ummi. Mahmud tunggu kok.” Jawab sang anak.

“Ia nanti ummi kabarin kalo bisnya sudah jalan.”

“Ia ummi.”

Ia menutup telponnya. Suasana diterminal tersebut sangat ramai. Banyak calon penumpang yang menunggu bis yang telat.

Sudah hampir 1 jam akhirnya bis yang ditunggu Ummi Latifah tiba.

Ummi Latifah kemudian naik dan mencari tempat duduk. Saat lagi mencari tempat duduk ia mendapat bangku paling belakang.

Ummi Latifah pun duduk untuk mengisi bangku tersebut. Ia sengaja duduk disamping kaca agar tidurnya nanti tidak terganggu. Syukur-syukur tak ada penumpang lagi atau penumpang disebelahnya seorang wanita.

Selama ini ia bepergian pulang pergi kerumah anak nya itu selalu mendapatkan bangku disebelahnya kosong ataupun wanita. Tapi dimalam itu seorang laki-laki muda berusia 25 tahun tampak melirik bangku yang kosong disamping dirinya.

“Maaf bu. Ada yang duduk disini gak?” tanya seorang pemuda.

“Oh gak ada.” Jawab Ummi Latifah sopan.

“Boleh saya duduk disini. Nanti kalau udah sepi saya pindah bu.” Kembali sang pemuda menanyakan kesediaan Ummi Latifah.

“Oh ia silahkan.” Jawab Ummi Latifah sambil menundukkan kepalanya tanda mempersilahkan sang pemuda untuk duduk.

Akhirnya sang pemuda itu duduk disamping ummu latifah. saat itu ia mengenakan switer tebal dan celana jeans warna hitam. Sedangkan Ummi Latifah memakai gamis panjang dan rok panjang bewarna biru tua dan jilbab yang panjang bewarna biru muda beserta sebingkai kacamata. Tampak cantik dan anggun.

Pemuda itu sedikit takjub melihat seorang wanita disampingnya tersebut.

Akhirnya ia duduk disamping Ummi Latifah. bis pun mulai berjalan pelan meninggalkan terminal. Jarak yang ditempuh untuk ke kota tujuan Ummi Latifah sekitar 5 jam.

Ummi udah berangkat.

Sms Ummi Latifah kepada putranya.

Sang putra pun membalas sms sang ibu.

Ia nanti Mahmud jemput ummi.

Perkiraan Mahmud ummi nya tiba di terminal adalah jam 1 pagi. Ia sekarang sedang menonton tv sedang sang istri masih didalam kamarnya sedang menyusui sang anak.

Bis melaju pelan ditengah keramaian jalan raya yang dilewatinya.

Saat sudah sekitar setengah jam perjalanan. Sang pemuda memulai percakapan dengan Ummi Latifah yang melihat keadaan jalan diluar.

Untuk percakapan dicerita ini ane buat sebagai berikut:

Ummi Latifah: L

Pemuda: P

P: Ibu. Mau kemana?

L: Eh ia. Kenapa.

P: Ibu mau kemana.

L: Oh. Saya mau ke kota A.

P: Sama dong bu kalau gitu.

L: Kamu tinggal disana juga.

P: Bukan bu tapi saya kuliah disana dan saya tinggal dikota yang ibu kunjungi tadi. ibu darimana tadi.

L: Saya itu dari rumah anak saya. Soalnya tiap sebulan sekali saya biasanya pulang kesana.

P: Di kota A tinggal sama siapa bu?

L: Tinggal sama anak saya juga.

P: Suami ibu?

L: Suami saya sudah meninggal.

P: Maaf bu saya gak bermaksud.

L: Ia gak apa. Kan kamu gak tau.

P: Ia maaf bu. Oh ia bu. Nama ibu siapa. Sambil tangannya berusaha untuk bersalaman.

L: Nama saya latifah. kalau kamu?

Namun Ummi Latifah hanya menangkupkan kedua tangannya didepan dadanya. Sang pemuda hanya terseyum sambil menarik kembali tangannya.

P: Saya Marwan bu. Boleh saya nanya bu.

L: Mau nanya apa.

P: Tapi ibu jangan tersinggung ya.

L: Ia apa yang mau kamu tanya.

P: Kalau boleh tahu Umur ibu berapa?

L: Kenapa

P: Ia Cuma pengen tau aja bu. Kalau ibu gak mau jawab juga gak apa.

Sambil tersenyum dan melihat Marwan. Ummi Latifah menjawab.

L: umur saya 47 tahun.

P: masa sih bu.

L: Ia, kenapa kamu gak percaya

P: Ia masa umur 47 tapi masih cantik gini.

L: Itu ada rahasianya.

P: Oh gitu.

L: Kamu sendiri umurnya berapa?

P: Saya 25 tahun bu.

L: Jangan panggil ibu. Panggil aja Ummi Latifah. soalnya saya gak terbiasa dipanggil ibu.

P: Ia bu. Eh ummi. Sambil terseyum.

Disaat yang sama Ummi Latifah juga tersenyum. Dari banyak perjalanan yang sudah dia lalui entah kenapa saat ini perjalanannya tak monoton. Dia yang biasanya dalam perjalanan hanya membaca buku kini ditemani oleh seorang pemuda yang walaupun tidak terlalu ganteng dan sedikit urakan dengan rambut yang lumayan panjang dan ikal itu.

Namun dengan sikapnya yang sopan itu membuat ummi latiah tak menaruh kesan bahwa Marwan seorang laki-laki yang kurang ajar. Tapi sebagai laki-laki yang tahu sopan santun terlebih kepada wanita tua seperti dirinya.

Mereka pun mengobrol tentang kegiatan sehari-hari dan hal-hal apa saja yang bisa dibicarakan. Ummi Latifah memang dikenal gamapang diajak mengobrol. Terlebih dulu ia juga seorang guru di kampungnya sebelum pindah ke rumah kedua anaknya.

Hal ini dilakukannya karena dikampung ia hanya akan teringat oleh suaminya tercinta yang sudah meninggal. Ia kini hanya sibuk mengurus kedua cuu dari kedua anaknya dimana kegiatan menantu dan anak-anaknya juga sibuk.

Terlebih mereka juga masih muda dan dengan menjaga kedua cucunya ia bisa melepaskan rasa kangen kepada anak-anaknya.

Saat sedang asyik mengobrol selama kurang lebih 1 setengah jam. Bis yang mereka tumpangi mengalami bocor ban.

Sontak Ummi Latifah dan Marwan kaget saat bis mengerem mendadak. Dan membuat tubuh Ummi Latifah saat itu jatuh kearah kiri badan Marwan. Saat tubuhnya terjatuh itu tanpa sengaja payudara Ummi Latifah menyenggol paha dari Marwan.

Hal itu membuat Marwan menjadi salah tingkah. Dengan cepat ia menarik tubuh Ummi Latifah. tangannya mengambil bagian lengan Ummi Latifah. ummi yang kaget lalu dengan cepat mengangkat tubuhnya.

“Maaf ya ummi.” Sambil melepas tangannya dari bahu Ummi Latifah.

“Ia. Gak apa Marwan.” Balas Ummi Latifah. bagaimanapun ia tahu kalau Marwan bermaksud baik.

Kini badan Ummi Latifah kembali bersandar di bangku. Sementara itu bis akhirnya berhenti.

“Mohon maaf kepada bapak-bapak dan ibu-ibu. Bis kita bocor ban nya.” Kata kondektur bis.

“Jadi gimana dong.” Tanya bapakbapak penumpang bis.

“Mohon tunggu sabar ya.” Kembali kondektur bis berbicara berusaha menenangkan penumpang bis tersebut.

Beruntung bagi para penumpang tersebut karena bis mereka mengalami bocor ban yang tidak jauh dari tempat peristrahatan bis.

Akhrinya banyak penumpang yang disuruh untuk beristirahat dulu di tempat peristirahatan tersebut. Mereka pun beramai-ramai turun dari bis dan menuju tempat peristirahatan tersebut.

“Ummi ayo turun.” Ajak Marwan kepada Ummi Latifah. kini ia berdiri dan menuju jalan keluar bis.

“Ia.” Ummi Latifah sedikit mengangkat pantatnya pertanda ia juga turun dari bis itu.

Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat peristrahatan itu. Sekilas dilihat mereka seperti anak dan ibu. Marwan yang bertubuh tinggi 175 cm berbanding dengan tinggi Ummi Latifah 155 cm. Marwan sedikit mencuri kesempatan memandangi Ummi Latifah yang berjalan disampingnya itu.

Kejadian yang tak terduga saat ban bis bocor itu membuat Marwan sedikit bernafsu. Memang awalnya ia tak berniat apa-apa dengan Ummi Latifah. namun kejadian tadi membuat ia bernafsu. Walaupun hanya sebentar payudara Ummi Latifah bersandar di paha nya.

Sekilas tentang Marwan. Ia seorang mahasiswa seni yang sudah hampir 7 tahun belum menamatkan kuliahnya. Ia anak dari seorang pengusaha kelas kakap. Walau begitu orang tuanya tak menanyakan kenapa ia kuliah seni dan kenapa ia belum tamat. Ya orang tua Marwan termasuk orang tua yang memanjakan Marwan dan marwa juga bukan anak yang minta dimanjain.

Akhirnya sampailah mereka berdua dan penumpang lainnya di tempat singgah itu. Marwan lalu mengajak Ummi Latifah untuk duduk disudut.

“Ummi mau minum apa?” tawar Marwan.

“Air putih aja.” Jawab Ummi Latifah.

Marwan lalu membeli 2 botol air mineral.

“Ini ummi. Airnya.” Marwan memberi air botol mineral kepada Ummi Latifah dengan tangan kanannya.

“Ia terima kasih ya. Berapa?” tanya Ummi Latifah.

“Udah gak apa ummi.”

“Maaf ya udah ngerepotin.”

“Gak apa lah ummi. Nyantai aja.”

Lalu Ummi Latifah pun membuka botol dan mulai meminumnya. Marwan hanya mmandangi Ummi Latifah dengan takjub. Perasaannya untuk bisa mendekati Ummi Latifah semakin kenccang di dada.

Waktu menunujukkan pukul 10 malam dan tanda-tanda bis belum selesai di perbaiki.

Ummi Latifah tampak gelisah. Lalu ia berdiri dan mengambil hp nya.

“Halo. Mahmud.”

“Ia ummi.”

“Bis ummi ban nya bocor dan masih dalam perbaikan. Mungkin subuh ummi sampai di terminal. Kamu tidur aja dulu. Nanti ummi kabarin lagi ya.”

“Ia sudah ummi. Hati-hati ya.” Sambil menutup telponnya.

Saat itu Mahmud sedang bersama ummu afra diatas tempat tidur. Keduanya baru hendak berisitirahat.

“Ummi pulang jam berpa mas?” tanya ummu afra.

“Subuh. Soalnya ban bis nya bocor.“jawab Mahmud.

“Oh. Ya udah mas tidur dulu nanti Rizka bangunin.” Tawar ummu afra.

“Ia dek.” Lalu Mahmud mencium ummu ara dan dibalas dengan mesra olehnya.

Saat berdiri dan menelpon sang putranya tanpa Ummi Latifah sadari mata Marwan sedang berusaha menelanjangi dirinya. Tubuh Ummi Latifah yang tertutup gamis lebar itu tak mampu membuat lekuk tubuhnya tertutup sempurna. Entah karena pikiran Marwan yang sedang berkecamuk dengan nafsunya yang membuat ia tak bisa berpikir jernih lagi.

Ummi Latifah lalu kembali ke tempat duduk mereka.

“Marwan. Ummi ke toilet dulu ya. Ummi boleh titip tas ummi.” Ummi Latifah meminta kepada Marwan.

“Ia ummi. Marwan jagain. Tenang aja” sambil tersenyum.

Tak lama Ummi Latifah pun membelakangi Marwan. Tampak oleh Marwan goyangan pantat Ummi Latifah yang sebenarnya tertutup itu. Tapi nafsu dikepalanya sudah meninggi.

Sadar dari lamunan akan kemungkinan untuk bersetubuh dengan Ummi Latifah.

“Gila. Apa gue entot aja ya. Tapi gimana mulainya. Gak mungkin lah Ummi Latifah ini gampangan. Dari ceritanya dan perilakunya nampak ia ini alim.” Pikiran Marwan berbicara.

Saat sedang berpikir seperti itu ia menyenggol tas nya dan ia melihat ada sebuah botol kaca kecil.

“Eh ini kan obat perangsang si Roby.” Bathinnya.

Ia melihat botol air minum Ummi Latifah diatas meja didepannya. Diperhatikannya sekeliling dirinya. Beruntung semua orang pada sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang tertidur, makan dan bermain HP.

Ia lalu mengambil botol kecil obat perangsang itu lalu menetaskan nya didalam air mineral Ummi Latifah. obat perangsang yang jernih itu membuat tak terlihat setelah dimasukkan kedalam air mineral tersebut.

Ia mulai menggoncangkan pelan-pelan agar air tersebut tidak berbuih. Ia takut Ummi Latifah curiga.

10 menit kemudian Ummi Latifah kembali ke tempat duduk mereka.

“Kok lama ummi?” tanya Marwan

“Ia ngantri tadi.” jawab Ummi Latifah

“Ya udah saya ke toilet dulu ya ummi. Gantian.” Pinta Marwan.

“Ia.” Jawab Ummi Latifah dengan tersenyum.

Saat Marwan berjalan ke toilet nampak olehnya Ummi Latifah meneguk air minum tersebut.

“Yes.” Bathin Marwan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu