1 November 2020
Penulis —  beruklanang

Scandal Salmah Dan Hamidi

Sekitar pukul 09.30, pekerjaan bi Ijah beres. Dia pun bergegas menuju kamar majikanya.

Tok.. Tok.. Tok..

“Mba..“panggil bi Ijah

“Masuk bi..” jawab mba Sal dari dalam kamar

“Bisa mulai sekarang mba..” kata bi Ijah sambil menutup kembali pintu kamar majikannya.

“Iya bi.. Sekarang jg gak papa..” jawab mba Sal

“Mau pakai minyak urut apa kream mba..?” tanya bi Ijah

“minyak zaitun aja bi.. Itu botol bening di pojok meja rias..” jawab mba Sal

Bi Ijah pun segera mengambil botol yg di maksud.

“Maaf mba.. Pakainya apa gak di lepas saja biar nyaman” kata bi Ijah sambil mulai naik ke tempat tidur.

Tanpa berkata mba Sal mulai melepas daster tipisnya, dia pun segera tengkurap hanya memakai bra dan cd.

Bi iIjah pun mulai memijit tubuh gempal majikanya yg seumuran dengannya. Di mulai dari ujung kaki, pijatan bi Ijah menyusuri kaki indah mba Sal inci demi inci. Di sela sela aktifitasnya, bi Ijah mulai membuka obrolan.

“Tubuhnya masih bagus mba.. Padat dan kenceng..” kata bi Ijah

“Sudah tua gini bi.. Sama kan sama bi Ijah..” jawab mba Sal dengan suara pelan

“Ya bedalah mba.. Tubuh terawat sama yg enggak..” bi Ijah berhenti sejenak menuangkan minyak ke telapak tangannya dan mengoleskan ke atas pinggang mba Sal.

“Tubuh mba padat.. Montok.. Kalo bibi kan gembrot.. Gombyor..” lanjut bi Ijah

Mendapat pujian itu, mba Sal cuma menyunggingkan senyuman di antara sela sela bantal.

“Bi Ijah bisa aja merendah.. Tubuh bi Ijah jg masih bagus. Nggak gemuk gemuk amat.. “timpal mba Sal

Antara mereka berdua memang ada perbedaan masalah body. Tapi tidak terlalu jauh juga, tubuh mba Sal tinggi jadi tdak ada kesan gembrot. Sedang bi Ijah agak pendek, kalau di lihat kesannya jd gembrot.

“Kang Parjo sudah ke bengkel bi..” tanya mba Sal

“Sudah dari tadi mba..” jawab bi Ijah

“Talinya bibi lepas ya mba..” lanjut bi Ijah ketika tanganya terganggu tali bra mba Sal.

Belum sempet yg empunya bra menjawab, tangan bi Ijah sudah melepas kaitan bra di punggung mba Sal. Pijatanya mulai naik ke punggung dan pundak mba Sal. Kadang di saat gerakan gerakan tertentu, jari jemari bi Ijah menyentuh pangkal gundukan payudara mba Sal. Wanita paruh baya itu hanya memejamkan mata dengan bibir agak mendesis pelan.

Klunting.. Klunting..

2 pesan WA masuk di hp bi Ijah.. Dia mengambilnya dari kantong dasternya.

“Bu..”

“Kondisinya gimana..“dua pesan yg ternyata dari suaminya

“Mau ngapain..😠😠😠“balas bi Ijah

“Nggak.. Cuma tanya aja..😁😁“balas suaminya

Bi Ijah mengantongi hp nya kembali.

5 menit kemudian

Klunting..

“Kok sepi.. Gak ada suaranya.. “pesan kang Parjo

“Mba Sal tidur..” jawab bi Ijah

”😍😍😍”

“Buka pintunya..”

“Aku mau lihat..” 3 pesan dari kang Parjo

“Mau ngapain.. Awas jangan macem macem..“balas bi Ijah

“Nggak cuma liat aja..“balas kang Parjo

“Nggak.. Paling mau macem macem.. 😈😈”

Ya.. Bi Ijah tau betul siapa suaminya. Dia adalah mantan preman di daerah itu. Bi Ijah sendiri dulunya pandu lagu di cafe cafe pinggiran kota. Jadi mereka sudah saling memahami betul satu sama lainya. Sebagai kilas balik kehidupan mereka, dulu pernah melakukan pesta seks di dalam room. Mereka berdua sebenarnya sudah mulai menjalani kehidupan yg normal, hanya saja masalah urusan seks saja yg masih sedikit ekstrim.

Tak berapa lama pintu kamar mba Sal terbuka, bi Ijah lihat suaminya yg menuju dirinya bergegas mengunci kembali dari luar dan mengantonginya.

“Kok di kunci..“protes kang Parjo

“Aku mau pipis..” jawab mba Sal sambil mengepalkan tangan

Tak lama bi Ijah kembali lagi, di lihat suaminya berdiri di samping pintu kamar majikannya.

“Awas.. Aku mau masuk lg..” hardik bi Ijah

Kang Parjo bukanya minggir, tapi malah memeluk bi Ijah.

“Ihhh.. Apa apa ini ..“bi Ijah berusaha berontak tap tak sepenuhnya.

“Aku pingin bu..“saut kang Parjo dengan mendaratkan mulutnya ke mulut istrinya.

“Jangan sembrono.. Ini di rumah orang.. “protes bi Ijah dengan kata kata yg kurang jelas karena mulutnya sedang di lumat suaminya. Kang Parjo tak menggubris kata kata istrinya. Nafsu nya sudah di ubun ubun semenjak dia melihat mba Sal pakai daster tipis tadi. Lumatan dan rabaan kang Parjo, lama kelamaan membangkitkan birahi bi Ijah.

Suami bi Ijah pun tambah semangat, dia tau kelemahan istrinya. Bila sudah di rasuki nafsu birahi, bi Ijah akan menuruti apa permintaan kang Parjo.

“Kita kedalam aja..” bisik kang Parjo di telinga istrinya

Bi Ijah pun menatap suaminya, sorotan matanya sudah terlihat sendu yg bertanda kalo wanita itu sudah dalam keadaan birahi tinggi.

“Tapi janji.. Abang gak macam macam..” pinta bi Ijah ke suaminya

Kang Parjo hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.

Pelan pelan bi Ijah membuka pintu kamar majikanya, sementara kang Parjo mengikuti bi Ijah masuk kedalam. Betapa sumringahnya kang Parjo melihat tubuh wanita yg berpenampilan alim sehari harinya, kini dalam kondisi tanpa kain penutup. Hanya celana dalam hitam dan bra hitam yg talinya sudah terlepas. Pelan pelan bi Ijah menutup kembali pintu kamar mba Sal, sementara suaminya masih berdiri terpukau di sebelah bi Ijah.

“Bi…“panggil mba Sal setengah terjaga

“I… iiiyyaa.. Mmmbbbaa.. Mmmaaaafff.. Bibi hhhhaabbbiiss.. Ddaaaarriii.. Tttoooo ttoooiiilet..” jawab bi Ijah terputus putus

“Hmmm..“suara mba Sal pelan

Bi Ijah segera naik ke tempat tidur lg, mulai memijit ndoro putrinya. Dia menempelkan jari telunjuk ke mulutnya sambil memandang suaminya. Kang Parjo pun hanya mengacungkan jempol tanda setuju. Perlahan mba Sal kembali memejamkan matanya. Dengan berjingkat, Kang Parjo mendekat ke tempat tidur. Bi Ijah yg melihatnya berusaha melarang suaminya dengan matanya melotot ke arah kang Parjo.

Perlahan tangan bi Ijah sudah memijat di area pungggung mba Sal, entah di sengaja atau tidak.. Jari jarinya lebih sering memijat bahkan ada sedikit remasan di gundukan gunung kembarnya. Sementara kang Parjo membuka resleting celana jeansnya, batang zakar nya pun di keluarkan dari sarangnya. Batang hitam panjang berurat itu memiliki 2 benjolan sebesar kotoran kambing, bi Ijah sempat melirik ke arah suaminya.

Tatapan matanya penuh nafsu melihat batang kontol suaminya. Kang Parjo memberi isyarat ke bi Ijah dengan menganggukan kepala, bi Ijah sepertinya sdah tau apa yg di minta suaminya. Tekanan dan remasan di pangkal payudara mba Sal pun semakin kuat, dengan di baluri minyak zaitun yg membuat pangkal payudara mba Sal terlihat semakin menantang.

“Eeehhhmmm…” desahan tertahan dari mulut mba Sal mulai keluar.

Jari jemari bi Ijah mulai menyusuri punggung.. Pinggul.. Dan berhenti di bongkahan pantat, di daerah itu bi Ijah sengaja menambahkan minyak zaitun hingga meleleh ke selangkangan mba Sal. Sementara kang Parjo terus mengamati tubuh majikanya, tangannya mengambil botol minyak yg ada di samping istrinya dan mengocok batang kontolnya yg semakin mengeras.

Sementara tangan bi Ijah mulai menyusuri selangkangan mba Sal, dengan pelan jari bi Ijah bermain di pinggir gundukan bukit surgawi majikanya. Mengetahui gerakanya tidak ada penolakan dari mba Sal, jari bi Ijah mulai menyusup di balil cd hitam yg sdah basah oleh minyak. Bi Ijah merasakan jarinya hangat yg berasal dari lendir kewanitaan mba Sal, perlahan jari tengah Bi Ijah masuk kedalam vagina mba Sal.

“Eeeennngghhh…” desah mba Sal

Bi Ijah pun makin meningkatkan tempo kobelan di dalam vagina mba Sal. Bahkan dua jarinya kini sudah di dalam lobang surgawi itu. Tubuh mba Sal yang semula diam, kini mulai berinteraksi. Pantatnya di gerakan naik turun mengikuti irama tangan bi Ijah, mukanya di benamkan ke bantal seakan akan mba Sal malu kalo di lihat bi Ijah.

“Bbb.. iiii… Eeeennnggghhhhhh…” desahnya

“Nikmati saja mba..“saut bi Ijah

Mba Sal pun bagai kerbau yg di cucuk hidungnya, dia mengikuti perintah bi Ijah. Desahanya bahkan sudah mulai sering terdengar, gerakan badanya semakin liar. Pemandangan seperti itu tidak di sia siakan kang Parjo. Dengan perlahan dia naik ke atas kasur, memberi kode pada istrinya. Bi Ijah yg sudah tahu akan maksud suaminya, sedikit bergeser.

“Aaaaaaa… rrrrrrgggghhhhhh… Eeeehhhhmmm…” erang mba Sal sepontan sambil tangannya meremas pinggiran kasur. Mba Sal sebenarnya ingin menengok ke arah bi Ijah, tapi perasaan malunya lebih besar dari pada rasa ingin tahunya. Sementara bi Ijah mulai melepas cdnya, pelan pelan mulutnya mengarah ke batang zakar suaminya.

Di kulumnya kontol kang Parjo, sementara memeknya di kobel oleh tangan kang Parjo yg satunya. Ke tiga orang itu sekarang sedang mengarungi lautan kenikmatan, apa lagi kang Parjo. Dia dengan nafsu membara bisa menikmati kuluman istri tercinta, sementara tangannya tanpa di percaya bisa mengobel memek majikanya yg setiap hari berpenampilan alim tersebut.

Kang Parjo dengan susah payah menahan erangannya, kuluman mulut istrinya benar benar terasa lebih ngilu dari biasanya.

Seakan kesetanan, jari tangan kang Parjo lebih cepat dan kuat mencolok memek majikanya.

“Eeeerrrrrggghhhh… Bbbbbiii.. Aaaaaarrrrrrgggghhhh…“mba Sal mencapai puncaknya.

“Uuuuffffff…“demikian dengan kang Parjo.

Air maninya memenuhi mulut bi Ijah.

“Eeeefffgg.. Eeeffffhhh.. “bi Ijah agak kesusahan menelan sperama suaminya, dia berusaha agar tidak ada satu tetes pun yg jatuh ke kasur. Matanya melotot menelan semua cairan dari batang kontol suaminya hingga tetes terakhir. Bi Ijah melepaskan kontol suaminya, memberi kode supaya cepat meninggalkan kamar tersebut.

“Sssstttttt… Huuuuuuffffssss..“dengus nafas mba Sal dari mulutnya

“Gimana mba.. Sudah enakan badannya..” ucap bi Ijah sambil membereskan celana dalamnya.

“Lemas bi..”

“Jangan cerita ke siapa siapa ya bi..” lanjut mba Sal.

“Beres mba.. Kalo begitu bibi permisi ke dapur ya mba..” kata bi Ijah.

“Iya bi..” jawab mba Sal lemah.

Bi Ijah pun bergegas menuju dapur, dia melihat suaminya sudah ada di kamar pembantu tanpa memakai pakaian.

Bi Ijah yg merasa belum merasakan puncak kenikmatan segera masuk dan ikut melepas semua pakaiannya, berharap suaminya masih bisa memuaska dirinya saat itu.

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu