1 November 2020
Penulis —  beruklanang

Scandal Salmah Dan Hamidi

Aksi tangan Hamidi semakin nakal, remasan remasan kombinasi pilinan yg kadang lembut dan kadang kuat membuat ibu dua anak itu tidak dapat menahan erangannya. Mba Sal berusaha menutupi dengan telapak tangannya, kepalanya kedepan dan pandanganya mengarah ke gerobak nasi goreng dimana 3 pemuda tadi berada di situ.

Mba Sal membalikan badan, diraihnya kepala Hamidi dan ditarik ke bibir seksinya. Dengan reaksi seperti itu, Hamidi paham kalau wanita istri orang itu ingin melumat bibirnya. Karena pemanasan yg sempat terhenti dan sensasi yg ditimbulkan, lumatan bibir mereka begitu rakus. Suara khas lumatan dan sedotan lidah mereka terasa memenuhi ruang tamu.

“Sseeeerrrllluuuppp… Ssssseerrrlllluuupp..”

Tangan kiri Hamidi memegang kepala yg terbungkus jilbab, menekanya agar lidahnya bisa lebih dalam masuk ke rongga mulut mba Sal. Sementara tangan kanan Hamidi menyingkap gamis mba Sal ke atas, di tahanya sampai pangkal paha. Jarinya mulai meraba gundukan yg terbalut celana dalam, di rasanya kain celana dalam itu terasa basah.

Perlahan jari tengah Hamidi masuk menerobos dinding vagina mba Sal, perlahan pula di tariknya keluar. Gerakan itu Hamidi lakukan berulang ulang, hingga rongga rahim ibu ibu itu semakin becek.

Mba Sal semakin di bakar birahinya, kedua tanganya ikut menekan kepala Hamidi. Tanganya meremas remas rambut Hamidi, matanya semakin sayu beradu dengan tatapan mata singa. Nafas mba Sal semakin memburu, terkadang mulutnya pun ikut membantu hidungnya mencari udara segar. Hamidi semakin buas, tempo kocokan jari tengahnya semakin cepat.

Suara suara aneh tp tidak asing keluar dari memek mba Sal, mengiringi mahluk lain jenis itu mengumbar birahi. Telapak tangan dan jari Hamidi terasa basah kuyup, tetesan lendir keluar dari memek mba Sal. Hamidi menarik keluar jarinya, dia merubah teknik dengan mengelus elus dari luar memek mba Sal. Teknik tersebut tidak mengurangi rasa nikmat yg mendera ibu dua anak itu.

Dan puncaknya… 3 jari tangan Hamidi serentak menerobos masuk liang vagina yg sdah benar benar banjir.

“Uuuuuuooooooooaaahhhhhhkkkkhhh..”

Lumatan bibir mba Sal lepas, kepalanya mendongak kebelakang bersandar teralis jendela.. Mulutnya menganga bebas, akibatnya menimbulkan suara yg lumayan keras. Mba Sal tidak sempat menutup mulutnya, tangannya sibuk dengan rambut Hamidi. Saat saat seperti itu bener benar di nikmati oleh Hamidi. Mungkin lain ceritanya kalo yg seperti itu adalah penjaja seks, suara dan gerakan mereka sudah pasti settingan belaka.

“Huuuuuuoooohhh.. Huuuuuooohhhh.. “mba Sal mengatur nafasnya. Dia segera menengok ke arah pagar, “hhhhuuuuufffsss..” dia lega.

Ketiga pemuda tadi sudah tidak ada, tinggal pedagang nasi goreng yg masih di depan pagar. Hamidi tak tinggal diam, tangan kirinya yg lepas dari kepala mba Sal segera meremas payudara yg membusung. Mulutnya menciumi payudara yg satunya. Tiga jari Hamidi masih diam di dalam memek mba Sal, dia memberi waktu sejenak buat mba Sal menenangkan diri.

Diemutnya puting warna coklat gelap itu, digigit dan di jilat. Tangan kiri Hamidi melingkar ke pinggang mba Sal, tangan kananya mulai beraksi. Pelan.. pelan.. dan pelan memek mba Sal di kobel 3 jari. Wanita paruh baya itu mendesah, kepalanya menengadah seakan akan pasrah apa yg akan terjadi. Tatapan matanya menyapu plafon ruang tamu, mulutnya tak henti hentinya merancau..

“Ssssssstttttt.. aaaaakkkkhhh.. Mi.. Di.. Mbbbb.. Bbbaaa.. Sssuuudaaa.. hh gggaaak.. Tttaa.. hhaann…”

Hamidi melirik ke muka mba Sal.. Kenyotan di payudara dan kobelan di memek dia sudahi. Kepala Hamidi naik dan sejajar dengan wajah mba Sal, di belainya pipi tembem mba Sal.

Wanita itu pun tau, kalo dia harus gantian memberi kenikmatan pada Hamidi.

Mba Sal turun menyusuri tubuh bidang Hamidi, sampai di pinggang di lepasnya ikat pinggang Hamidi. Perlahan kancing dan resleting clana Hamidi di buka, batang kontol Hamidi meloncat keluar. Ya Hamidi memang jarang pakai celana dalam, bahkan tidak pernah pakai. Dengan lembut batang kontol Hamidi di urut, di belai..

Belajar dari kemaren malam, Hamidi meraih tangan mba Sal untuk berdiri. Ya Hamidi tidak ingin separuh air maninya muncrat duluan. Dilepasnya CD mba Sal, di putar badanya menghadap ke luar. Sekarang posisi mba Sal membelakangi Hamidi, sama seperti tadi. Tapi bedanya pantat mba Sal di tarik agak mundur, badannya jadi condong ke depan.

Gamis hitam kombinasi putih Hamidi singkapkan hingga tergantung di pinggul padat mba Sal. Bongkahan pantat mba Sal terpapang jelas di hadapan Hamidi. Pemandangan yg luar biasa indah, tangannya pun mendarat di pinggul mba Sal. Dengan tangan kanan… Hamidi mulai menggesek gesekan kepala kontolnya di bibir vagina yg basah kuyup, setelahnya di tekan pelan pelan.

Pelumas dari memek mba Sal membantu proses masuknya kepala kontol Hamidi. Seperempat kontolnya masuk, di tarik.. Di tekan lagi seperti semula sampai beberapa kali. Mata mba Sal terpejam, bibirnya tertutu rapat menahan sodokan lembut Hamidi. Tekananya lambat laut bertambah dalam, setengah batang kontol Hamidi masuk.

Pergerakan kontol Hamidi masih separo, dia ingin mengejutkan mba Sal. Kedua tangan Hamidi mencengkeram kuat pinggul mba Sal, kontolnya tarik sebatas bekas sunatan.

Dan… BLLLLEEEESSSSS…

Dorongan kuat Hamidi lakukan, batang kontolnya yg panjang sekitar 20cm masuk semua ke dalam memek mba Sal. Wanita itu tersentak, kontol Hamidi terasa mentok sampai rahimnya. Dia reflek mengangkat kepalanya, tangannya menggenggam erat teralis jendela.

“Ooouuuhhhhh…“suara nya bagai lolongan anjing di malam hari.

Genjotan Hamidi berlanjut, ditarik.. Di hentakkan masuk.. Di tarik dan di hentakan lagi berkali kali. Mba Sal semakin tersiksa, dia merasakan nikmat yg luar biasa… sementara dilain sisi dia harus menahan suaranya supaya tidak terdengar sampai luar.

Hamidi tidak ambil pusing dengan apa yg mba Sal rasakan, dia terus membombardir memek mba Sal dengan rudal andalanya. Mba Sal dengan susah payah meredam suaranya dengan menyumpalkan ujung jilbab ke mulutnya. Rupanya, Hamidi ingin suasananya penuh sensasi. Genjotanya dia hentikan, kontolnya di cabut… badannya kedepan… tangannya meraih korden transparan penutup jendela dan menyingkapnya hingga terbuka.

Tapi Hamidi sudah menyerangnya lagi.

“Mid… Aaaoooouuuuuuuhhhhhkkk…”

Seketika eranganya tak tertahan, tangannya tidak sempat meraih jilbab untuk penyumpal mulutnya. Tangan mba Sal lebih reflek berpegangan ke teralis jendela untuk menopang tubuhnya yg terdorong kedepan. Wajahnya menghadap keluar, pandanganya menuju penjual nasi goreng. Secepat kilat, mba Sal menutup mulutnya dengan jilbab.

Hamidi terus memaju mundurkan pinggangnya, tangannya meremas remas pantat mba Sal. Pandangannya tertuju pada tubuh bergamis di depannya. Tubuh itu bergerak maju mundur, mengiringi gerakan Hamidi. Payudaranya yg bebas menggantung, berguncang kesana kemari. Tangan Hamidi meraihnya, meremas dan memilin puting coklat itu.

Mendapat serangan di dua daerah yg paling sensitif, ditambah suasana dan sensasi yg dirasakan mba Sal… membuat libidonya naik. Rasa takut dan malu di hati mba Sal, tidak dapat membendung gejolak birahinya. Mba Sal memaju mundurkan pinggulnya, mengimbangi gerakan Hamidi. Temponya semakin cepat, gerakanya pun berbariasi.

Hamidi tau kalo mba Sal sudah mendekati puncaknya, dia percepat genjotanya. Remasan dan pilinan di puting semakin kuat.

Mba Sal semakin di ujung kenikmatan, dia mencoba menahan desakan yang ingin keluar dari rahimnya. Mba Sal tidak ingin keluar saat ini, karena dia melihat di luar masih ada pembeli. Di benaknya, suaranya bisa dia redam dengan jilbab. Tapi yg di kawatirkan mba Sal adalah suara erangan Hamidi.

“Eeenngggggg… Uuuooooohhhhhfff..“mba Sal melenguh, rupanya dia sdah merasakan tanda tanda klimaksnya.

Akal sehatnya hilang, mba Sal bahkan lebih mempercepat gerakanya.

Dan akhirnya…

“Eeeerrrr.. Aaaaaaggggghhhhhkkkk..”

Mba Sal mencapai puncak lebih dulu.

Dan.. Hamidi pun menyusul..

“Arrrrggggggkkkk.. Mmmmbbbb.. aaaa.. Ooouuuhhhggggg..” erang Hamidi cukup kencang. Mba Sal melihat ke arah pagar, dan benar saja. Dua orang tadi sama dengan tiga pemuda tadi, mereka menoleh ke rumah Hamidi. Secepat kilat mba Sal beringsut melepaskan diri dari kontol Hamidi, dia lalu memeluk Hamidi dan mendorongnya menjauh dari jendela hingga terjatuh bertindihan di pinggiran sofa.

“Huuuufffsssshhh..“mba Sal menarik nafas lega.

“Mudah mudahan mereka sudah tidak melihat kesini.”batin mba Sal.

Hamidi yg berada di bawah mba Sal tersenyum sendiri. Dia memperhatika wajah mba Sal yg penuh rasa khawatir.

“Manis..” batin Hamidi

Mba Sal tidak tahu kalo dirinya sedang di perhatikan Hamidi. Perasaan dia masih campur aduk setelah apa yg baru saja mereka lakukan. Mba Sal baru sadar, ketika dirasa ada sepasang tangan yg memegang kepalanya dan menolehkannya. Tanpa berkata apa apa, Hamidi mendaratkan kecupan di kening mba Sal yg basah karena keringat.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu