31 Oktober 2020
Penulis —  perjoko

Rumah dosa

Aku menggelengkan kepala “tidak aku sudah kadung memasukkannya, aku kini ingin merasakan bagaimana rasanya bersetubuh” kataku sambil mulai memaju mundurkan pantatku. Kulihat Lena mencoba untuk memberontak, tapi rontaannya lemah dan tidak bertenaga. Setelah nyata tidak berhasil Lena mencoba melawanku dengan cara halus, tubuhnya kaku seperti batang pisang tidak merespon pompaanku, sementara bibirnya digigitnya dengan keras.

Aku semakin tertantang untuk menaklukkan Lena, kukeluarkan semua kemampuan dan pengalamanku untuk membuatnya menyerah, akhirnya setelah lima menit berusaha, kulihat sebuah kepasrahan muncul dari sorot matanya, mata itu pelan menyayu dan akhirnya terpejam, sementara bibirnya terbuka mengeluarkan desah nikmat yang sejak tadi ditahannya “oooookkkkkhhhhh…

Kurang dari dua menit sejak dia merespon, tubuh Lena tiba-tiba mengejang “akhhh… Donniiii… okhh…” erangnya sambil merangkul tubuhku erat-erat, aku tahu Lena sudah mencapai orgasme. Kubiarkan sejenak setelah terasa tubuhnya melemas, segera ku pompa lagi. Luar biasa kurang dari semenit kemudian pantatnya mulai bergoyang lagi, “sssstttt…

“Nikmat sayang?” kataku sambil mencium bibirnya sekilas, matanya yang sejak tadi terpejam kini terbuka, mata kami bertemu pandang dan perlahan matanya mengejap sekali sambil bibirnya menyunggingkan senyum, dan mata itu kembali tertutup dengan mukanya semakin memerah. Aku tahu Lena telah mengiyakan pertanyaanku.

Lena kembali mencapai orgasmenya tidak lama kemudian, kali ini dia menjerit kecil sambil menggigit bahuku saat tubuhnya mengejang. Aku yang ingin membuktikan penguasaanku terhadap Lena berbisik padanya setelah tubuhnya kembali melemas. “Kini kau yang diatas menunggangi aku ya?” kataku sambil membalikan tubuh kami.

Tak lama kemudia Lena kini menunggangiku, dengan posisi ini Lenalah yang banyak bergerak dan memegang kendali persetubuhan. Hanya terkadang aku menaikkan pantatku menyongsong pantatnya yang turun sehingga batang kemaluanku amblas makin dalam dilubang vaginanya, sedangkan kedua tanganku aktif meremas-remas payu daranya.

Lena benar-benar bagaikan orang yang kesetanan memacu tubuhku, keringatnya menganak sungai dan menetes ditubuhku, kadang badannya ditengkurapkan menindih badanku, kadang dia duduk tegak. Dan yang paling menyenangkan adalah saat dia menurunkan pantat nya sambil melakukan gerakan memutar, serasa batang penisku dipilin-pilin oleh dinding lubang vaginanya, kurasakan rasa geli mulai timbul dibatang penisku, “Len aku sebentar lagi mau muncrat nich” kataku pada Lena, “akk…

Pada saat yang bersamaan kulihat Lena menengadahkan wajahnya memandang langit-langit kamar, tubuhnya mengejang “ouhggg… Akkhhh…” erangnya dengan keras. Rupanya kami mencapai puncak kenikmatan bersetubuh secara bersamaan. Sejenak kami terdiam dalam posisi itu lalu tubuh Lena yang melemas ambruk menimpa tubuhku, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru kami raih.

Hampir seperempat jam kami berdiam diri dengan posisi seperti itu, batang penisku yang sudah mengerut akhirnya lepas dari lubang vaginanya. “kau bohongkan dengan penyakitmu?” tuding Lena dengan suara lirih sambil masih tetap menindihku.

Aku tidak menjawab, sementara Lena melanjutkan kata-katanya “tapi aku tidak marah kepadamu, kamu baru saja memberi pengalaman terindah dan ternikmat selama hidupku, abang yang menjadi suamiku belum pernah mampu melakukannya seperti ini, paling skornya hanya 1-1, bahkan kadang aku tidak mendapat orgasme saat besetubuh dengannya, tapi kini skornya 3-1, suatu hal yang tidak pernah kuimpikan tapi kini jadi kenyataan” katanya masih dengan suara lirih sambil menggulingkan badannya hingga kini kami berbaring berdampingan.

Kubalikan badanku hingga kini aku menghadap padanya yang masih tetap berbaring, pelan kucium bibirnya, dan kami berpagutan erat. “Syukurlah kalau kau tidak marah, habis kau sich merangsangku, jadi saja aku melakukannya” kataku sambil mengelus-elus pinggangnya. “Len kamu masih mampu?” tanyaku.

Lena memandangku dengan pandangan bertanya, kupegang tangannya dan kubimbing ke penisku. “aww… kau sudah berdiri lagi?” tanyanya dengan takjub. “Se… sebentar beri aku waktu untuk memulihkan kondisi ku barang seperempat jam, lalu kita lakukan lagi” katanya dengan muka memerah, saat tanganku mulai mengelus-elus belahan vaginanya.

Dan kami kembali bersetubuh lagi, puncak demi puncak kenikmatan kupersembahkan pada Lena, hari itu aku tiga kali memuncratkan airmaniku, sementara Lena tidak kurang dari sembilan kali meraih orgasmenya.

Sejak saat itu sampai Lena kembali kepada suaminya, aku selalu melayani dua orang perempuan dalam sehari. Kenikmatan birahi yang kami reguk seakan akan tidak ada puasnya. Menjelang kepulangannya Lena sempat bertanya padaklu dengan pandangan menyelidik “Doni, sebenarnya Ninda anak mama dengan siapa?, aku telah lama memikirkannya, laki-laki seperti kamu berkumpul berdua dengan mama, rasanya tidak mungkin tidak terjadi sesuatu.

Dan aku hanya bisa nyengir saat pamit Lena merangkul aku dan ibuku, sehingga kami bertiga saling berangkulan erat, dan Linda berkata padaku dengan didengar ibuku, “jaga istrimu baik-baik yah… adikku yang nakal” katanya sambil mencium pipiku, lalu pada ibuku dia berkata “tolong jaga satu-satunya adik laki-lakiku ya iparku yang cantik” katanya sambil mencium pipi ibuku.

Lalu sambil berbalik dia berkata “terima kasih kalian telah memberikan anak kalian padaku, sehingga suamiku menjadi sangat bahagia, aku janji akan merawatnya seperti aku merawat anak kandungku sendiri” katanya sambil mengedipkan sebelah matanya pada kami, aku dan ibuku. Dan tanpa member kesempatan lagi Lena segera melangkah keluar.

“Da… dari… darimana Lena tahu hubungan kita?” Tanya ibuku dengan muka bingung meskipun matanya masih menatap pintu yang barusan digunakan Lena. “Sudah Lin, tak usah kita pikirkan, yang penting Lena tidak marah bahkan dari kata-katanya, tampaknya dia justru merestui hubungan kita, dan yang lebih penting lagi, kini kita tinggal berdua sehingga kita bebas seperti semula melakukan apa saja” kataku sambil membopong tubuh ibuku dan membawanya kekamar tidurnya yang sebenarnya merupakan kamar tidur kami.

“ughh… dasr kamu yang tidak ada puasnya” kata ibuku sambil menggigit pelan telingaku, “cepat kau setubuhi aku dan puaskan aku berkali-kali, anak kurang ajar yang doyan menyetubuhi ibunya sendiri” bisiknya lagi ditelingaku.

Waktu berjalan dengan cepat, Sepuluh tahun sejak ibuku melahirkan anakku, kudengar Lena bercerai dengan suaminya, dan setahun kemudian dia menikah lagi dengan seorang pria yang sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Aku sendiri tidak pernah menikah secara resmi, buat apa, tokh ada ibuku yang sekaligus juga menjadi istriku.

Tapi empat tahun kemudian, atau lima belas tahun sejak melahirkan Ninda, ibuku meninggal dalam kecelakaan jalan raya, saat dia baru keluar dari sebuah mall. Sejak saat itu aku hidup sendiri dan menyepi.

Tapi itu tidak lama, lima bulan setelah ibuku meninggal, aku mendapat telephone dari Lena, dia bertanya maukah aku merawat Ninda, karena suaminya yang sekarang tampaknya menaksir Ninda, sementara sikap Ninda sendiri terlalu gampangan. Karenanya Lena khawatir kalau suaminya menjalin hubungan gelap dengan Ninda.

“Dia membutuhkan figur yang kuat dan bisa mendidiknya, suatu hal yang tidak sanggup kuberikan” katanya padaku, aku segera menyetujuinya untuk menerima Ninda dirumahku, karena sebenarnyalah dia adalah putri ku satu-satunya. Tanpa sadar bahwa aku telah membuka babak baru dalam kehidupan incest seksualku.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu