1 November 2020
Penulis —  Saintprince88

PESTA NIKMAT

PESTA NIKMAT 5

AUTHOR POV

Tante Ratna dan Devan

Setelah ditentukan pasangan mereka masing-masing oleh Andri maka Tante Ratna segera menarik tangan Devan untuk memasuki kamar hotel. Sambil berjalan bersisian, kedua insan berlainan jenis itu saling memberikan senyuman tatkala telah memasuki kamar hotel. Keduanya akhirnya duduk di sofa kecil yang ada di kamar itu berdampingan dengan tubuh mereka yang merapat dan tangan Devan yang melingkar di pinggang Tante Ratna.

“Tadi Andri udah memesan makanan… Tante gak sempat sarapan tadi… Rasanya tante lapar sekali …” Ucap Tante Ratna sambil meletakan punggungnya di dada pemuda tampan itu.

“Kalau aku lain tante …” Ucap Devan yang kedua tangannya kini sudah melingkar pada tubuh Tante Ratna.

“Lain apanya?” Tanya Tante Ratna keheranan.

“Hhhhmmm… Sekarang ini, aku sangat ingin memakan tante…” Bisik Devan di telinga wanita paruh baya itu.

“Hi hi hi… Dasar anak muda… Selalu gak sabaran …” Desah Tante Ratna sambil menoleh ke arah Devan sehingga wajah mereka hanya berjarak beberapa inci saja.

Bibir mereka saling mendekat bahkan nafas hangat terasa di hidung masing-masing. Tangan Devan semakin menarik tengkuk Tante Ratna memutuskan jarak di antaranya. Bibir Devan menciumnya, melumatnya dengan rakus dan dibalas oleh Tante Ratna. Untuk beberapa menit, bibir mereka saling melumat, tangan mereka saling meraba bagian-bagian sensitif, sehingga membuat mereka terbakar nafsu birahi.

Saat mereka sedang asik seperti itu, pelayan hotel mengetuk pintu kamar untuk mengantar makanan. Akhirnya mereka pun menyudahi permainannya dan Devan langsung bangkit dan berjalan menuju pintu kamar hotel. Setelah makanan siap dihidangkan, keduanya menyantap makanan dengan lahap. Kegembiraan ada pada mereka saat itu, sesekali tertawa, sesekali suap-suapan.

“Devan… Itu di bajumu ada noda kecap …” Kata Tante Ratna sambil mengusap-usap noda kecap di baju Devan.

“Eh… Aku jorok sekali …!” Devan menggerutu pada dirinya sendiri.

“Hi hi hi… Berarti kamu memang laper juga …” Canda Tante Ratna.

“Aku harus ganti baju dong …!” Kata Devan yang nadanya masih terdengar kesal.

Devan pun kemudian membuka kancing-kancing kemeja putihnya dan meloloskan kemeja itu dari badannya. Mata Tante Ratna seketika berbinar mengagumi tubuh atletis Devan yang sedikit terukir. Wanita itu sedikit menelan ludahnya saat Devan memperlihatkan dadanya yang bidang, lengannya yang berotot dan perutnya yang

six pack.

“Kamu memiliki badan yang sempurna, Van …” Puji Tante Ratna sambil mengusap-usap tangnnya pada dada Devan.

“Hhhhhmmm… Badanku tidak sesempurna tubuh tante.” Devan mencoba menggodanya. Laki-laki tampan itu kini merapatkan badannya pada Tante Ratna dengan memegang kedua belah pinggulnya.

Entah siapa yang memulai, bibir mereka pun telah bertemu. Devan melumat lembut bibir tipis Tante Ratna, begitupun sebaliknya. Bahkan, Tante Ratna menggigit-gigit lembut bibir atas Devan. Pemuda tampan itu menekan tengkuk Tante Ratna menghisap dan melumat bibirnya, Tante Ratna pun sangat menikmati sentuhan bibir yang Devan berikan, dan mengalungkan tangannya di leher Devan.

Sambil berciuman mereka pun dengan perlahan saling melucuti pakaian hingga tak sehelai benang pun yang menempel di tubuh mereka. Sepasang tangan yang mereka miliki saling meraba bagian-bagian sensetif, sehingga membuat mereka terangsang. Pada saat rangsangan mereka mencapai puncaknya, tiba-tiba Devan dengan entengnya mengangkat tubuh bugil Tante Ratna hingga ada dalam gendongan pemuda tampan itu.

Tangan Devan tak henti-hentinya menyentuh setiap inci bagian tubuh Tante Ratna. Devan terus menjilat dan menyesap setiap inci tubuh sexy Tante Ratna yang membuat wanita itu kecanduan. Devan melepaskan ciuman bibirnya dan turun ke leher jenjang dan putih milik Tante Ratna, lalu dilanjutkan menyesapi kulit putih payudara itu.

“Rasanya aku tidak akan pernah bosan menikmati bagian ini.” Ucap Devan sambil mengelus daging vagina Tante Ratna sehingga membuat wanita itu melenguh nikmat dengan tubuh menggeliat resah. Cairan bening yang keluar dari vagina Tante Ratna seakan menandakan bahwa ia menikmati apa yang dilakukan oleh Devan.

Devan menciumi paha dalam Tante Ratna. Lalu pemuda itu menjilati vagina indah di hadapannya dengan penuh khidmat, menyesapnya kuat membuat wanita paruh baya itu mendesah keras. Masih dengan jilatannya, Devan memasuki satu jarinya ke vaginanya dan mengocok vagina kemerahan serta basah itu dengan kencang.

“Aaaaaahhhhhh… lebih… ceee… paaat… saayyy… yaaangggg…!” Desah Tante ratna sehingga Devan pun mempercepat kocokannya di dalam vagina Tante Ratna, tak lama berselang wanita cantik itu mengejang dan mendesah panjang. Devan sibuk menjilati vagina Tante Ratna yang begitu indah. Memasukkan lidahnya dan menghisap cairan Tante Ratna yang keluar.

“Aaaaahhhhhh… saayyy… yaaangggg…!” Tante Ratna menjerit pelan sambil menekan kepala Devan agar lebih dalam menghisap vaginanya. Tubuh Tante Ratna sampai bergetar dengan wajah mendongak ke atas matanya terpejam menikmati sensasi orgasme yang begitu kuat.

“Kenapa sayang?” Devan mencandai partner mainnya.

“Masuki aku sekarang… entot tante…” Kata-kata nakal dan jorok dari Tante Ratna sukses membuat pemuda itu bergerak menaiki tubuh sexy Tante Ratna.

Devan menindihnya dengan lengan yang menjadi tumpuannya. Devan memegang kontolnya dan mengarahkannya ke memek Tante Ratna, menekannya dengan lembut membuat Tante Ratna mendesah nikmat dengan suara yang menurut Devan sangat sexy. Devan mulai menggerakkan kontolnya di dalam Tante Ratna dengan pelan.

“Aaaaahhh… saayyy… yaaangggg…!”

“Ooooohh… tann… teeee…”

Kontol Devan bergerak keluar-masuk, menghentak di tempat yang tepat. Bunyi kulit dan bau sex memenuhi seisi ruangan, membuat keduanya semakin bergairah. Kontol Devan timbul tenggelam dalam lubang merah muda yang memijat erat kejantanannya itu. Devan terus menggerakkan pantatnya naik-turun membuat kontolnya yang membenam di dalam memek Tante Ratna terkocok keluar-masuk.

“Sleeephh… Sleeephh… Sleeephhh… Sleeephhh…” Terdengar jelas suara gesekan kelamin mereka yang sudah sangat basah.

“Aaahh… angghh… oohh… oohhh…” Tante Ratna mendesah gila meremas seprei ranjangnya melampiaskan rasa nikmat yang diberi Devan.

“Oooohhhh… lebih cepat… saayyy… yaaangggg…!” Pinta Tante Ratna dan Devan semakin mempercepat sodokannya dan tepat menumbuk titik terdalam Tanate Ratna sehingga wanita itu mengerang dengan kepala mendongak.

“Ploook… ploook… ploook… ploook…!” Devan semakin mempercepat gerakan juniornya di bawah sana. Kedua insan tersebut saling mendesah dengan bibir saling menempel erat. Devan terus menggerakkan pinggulnya sementara Tante Ratna mengimbanginya dengan menggoyangkan pantatnya, sehingga membuat permainan ranjang mereka menjadi semakin liar dan panas.

“Aaaanggh… saayyy… yaaangggg… aaa-aku mauhh…” Tante Ratna menggigit bibir bawahnya sedangkan Devan semakin mempercepat tempo sodokan sembari menahan pinggul Tante Ratna. Tampak tante Ratna menggerakkan kepalanya tidak nyaman hingga lenguhan dari bibir ranumnya berubah menjadi erangan panjang.

“Aaaaaaacccccchhhhhhh…!!!!” Jerit Tante Ratna dibarengi dengan siraman lendir dari dalam memeknya membasahi kontol Devan yang menandakan orgasme wanita cantik itu terlepas. Wanita cantik itu tersentak-sentak dan bergetar hebat akibat sensasi luar biasa yang berasal dari memeknya.

Devan tidak mengendorkan serangannya. Kontol pemuda itu terus mengaduk-aduk isi memek Tante Ratna. Dan sekitar dua menit kemudian, Devan meledakan lahar panasnya di dalam memek Tante Ratna. Dorongan puncak kenikmatan dari dalam diri pemuda itu menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali.

“Aaaaaaccchhhh…!!!” Devan mengerang keras sambil memeluk tubuh Tante Ratna dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lalu melemas seperti kehabisan tenaga. Devan mendiamkan kontol miliknya di dalam sana. Mata Devan memejam erat setengah mengerang ketika merasakan sensasi pijatan dan sedotan kuat dari vagina Tante Ratna.

Beberapa saat kemudian, Devan menggendong tubuh Tante Ratna dan membawanya ke kamar mandi. Mereka berendam dan saling menyabuni badan dan kemaluan mereka masing-masing dengan penuh kasih sayang dan damai. Setelah selesai mandi, mereka pun berbenah diri dan berdandan seperlunya. Bagaikan sepasang kekasih yang sedang dilanda badai asmara, kedua insan ini keluar dari kamar hotel untuk menikmati suasana pulau Bali.

AUTHOR POV

Tante Fina dan Roni

Tante Fina dan Roni tidak merasa keberatan ketika Andri menjadikan mereka berpasangan. Mereka saling memberikan senyuman manis dan kemudian Roni bergerak mendekati Tante Fina. Tangan Roni melingkar di pinggang wanita paruh baya itu dengan mesra, lalu mereka pun memasuki kamar hotel sambil bergandengan.

“Tante sangat cantik kalau tersenyum.” Kata Roni mulai melancarkan rayuan mautnya.

“Ihk… Kamu ini…!” Sahut Tante Fina sambil mencubit hidung pemuda tampan di hadapannya.

“Saya berkata jujur loh, tante…” Ucap Roni sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang wanita paruh baya itu.

“Apa yang membuatmu suka sama tante?” Tanya Tante Fina sedikit mendesah. Tangan wanita itu kini melingkar di leher Roni.

“Saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus.” Jelas Roni tanpa ragu.

“Ternyata kamu seorang perayu yang ulung… Tante kena rayuan kamu…” Ucap Tante Fina sambil mendekatkan bibirnya pada bibir Roni.

Kedua makhluk berlainan jenis kelamin itu berciuman sangat mesra. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan Roni yang tadinya di pinggang kini berpindah di dada Tante Fina. Roni meremas-remas payudara Tante Fina yang memang sangat montok. Saat ciuman mereka meningkat menjadi panas dan liar, terdengar ketukan pintu di kamar hotel dan seorang pelayan berkata kalau makanan telah sampai.

Setelah menutup pintu dan menguncinya, Roni kemudian kembali ke arah Tante Fina yang sedang berbaring di tempat tidur dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Roni pun menelungkup di atas tubuh wanita itu dan mereka pun meneruskan ciuman mereka yang sempat terhenti. Ciuman mereka begitu dalam sampai merasa tubuh mereka melebur bersama di setiap inci nafas dan darah dalam nadi seakan mereka benar-benar menyatu.

Akhirnya, pakaian mereka pun lolos dari tubuh mereka satu per satu. Keduanya saling merangsang birahi satu sama lain yang pada akhirnya mereka pun ‘terjebak’ dalam posisi 69. Jemari-jemari Roni membantu membelek memek tante Fina yang indah dipandang mata. Perlahan pemuda itu buka bibir vagina Tante Fina yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolnya, terlihat bagian dalam vagina Tante Fina begitu merah dan merangsang.

“Uughh… aaahhhh… aaahhh…!” Tante Fina sampai menghentikan kulumannya di kontol Roni untuk meresapi kenikmatan yang terasa di memeknya. Roni tidak mempedulikan desahan Tante Fina yang keasyikan, lidah pemuda itu semakin liar menjelajahi memek Tante Fina. Itil wanita cantik ini sampai basah mengkilat oleh air liur Roni.

“Sekarang… Sayang…!” Desah Tante Fina penuh nafsu sambil mendekatkan vaginanya ke batang kontol Roni. Dan Roni pun membantunya dengan menuntun kontolnya untuk masuk ke dalam liang kenikmatan itu.

“Sleeppp… Bleeesssss…!” Kontol Roni mulai tenggelam di balik liang kawin Tante Fina.

“Sssshhh… ssshhh… oohh.. Ron…” Tante Fina merintih keenakan seiring dengan tubuhnya yang naik turun. Sementara kedua tangan Rino asyik memainkan kedua puting susunya yang kenyal. Bibir mungil Tante Fina yang terus mendesah akhirnya dibungkam oleh bibir pemuda itu. Lidah Roni bermain menjelajahi rongga mulutnya.

Kedua manusia berlainan jenis kelamin itu terus ‘berlaga’ di atas tempat tidur dengan posisi WOT. Gerakan kedua alat kelamin mereka begitu serasi, begitu harmonis seakan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu, mereka berdua sama-sama terlihat begitu meresapi, menghayati, dan menikmati setiap sensasi yang muncul dari alat kelamin mereka berdua.

“Roni… sayanghh… mmhh… tante nggak tahan lagi… tante udah mau keluar… mmhh… aaaahh… aahh… aaaaccchhh…!!!” Akhirnya seluruh tubuh Tante Fina menegang selama beberapa saat. Wanita paruh baya itu tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhnya. Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah.

Tante Fina tergolek lemas di atas tubuh Roni dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Beberapa saat kemudian, Tante Fina perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah terbuai oleh kenikmatan orgasmenya.

“Roni… enak sekali orgasmenya… mmhh… tante sampe lemes… rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua…” Ungkap Tante Fina dengan jujur dan pemuda tampan itu hanya tersenyum sambil membelai punggung Tante Fina dengan lembut.

“Gimana tante… udah siap lagi…” Tanya Roni menggoda.

“Bentar lagi ya Ron… badan tante masih lemes… dan rasa enaknya masih belum hilang…” Ungkap Tante Fina sambil mengecup bibir Roni sekilas.

“Hhhhhmmm… Tante benar-benar cantik…!” Puji Roni sambil mengusap wajah wanita yang ada di atasnya.

“Makasih, sayang… Jangan terus merayu tante… Nanti tante bener-bener jatuh cinta sama kamu…” Sahut Tante Fina setengah bercanda.

Dengan gemas Roni memeluk tubuh indah itu, dan berguling ke arah yang berlawanan. Sekarang Roni yang menguasai permainan. Tante Fina mulai merentangkan kedua belah kakinya yang putih mulus itu. Tanpa ampun, Roni kembali menghujam-hujamkan batang kontolku yang sudah basah ke dalam memeknya. Tante Fina kembali merintih tak karuan.

Sementara kedua tangan Roni bergerilya menjelajahi paha wanita itu yang mulus. Dengan jemarinya, Roni memberikan sensasi di sekitar paha, pantat dan selangkangan Tante Fina. Tubuh Tante Fina semakin menggelinjang. Wanita itu tak kuasa lagi menahan nikmat yang dirasakannya. Dinding memeknya mulai berdenyut.

Rupanya Tante Fina sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Roni tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, digerakkan pinggulnya turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga kontolnya mengorek liang kenikmatan itu dengan sangat mantap.

Semakin lama gerakan pinggul Roni semakin cepat dan desahan yang keluar dari mulut mereka pun semakin nyaring memenuhi ruang kamar hotel, diseling suara tumbukan paha mereka serta suara kecipak yang timbul karena pergesekan alat kelamin mereka. Mereka terus bergerak semakin cepat seiring dengan semakin dekatnya puncak kenikmatan yang akan segera mereka raih.

“Crooottt… crooottt… crooottt…” Entah berapa kali sperma Roni menyemprot di dalam memek Tante Fina. Sperma yang disemprotkan Roni begitu banyak sehingga memenuhi memek Tante Fina sampai sperma itu keluar dan tumpah di sprei tempat tidur.

Tubuh mereka basah kuyup bersimbah keringat. Nafas mereka tersengal-sengal seiring gerakan dada mereka yang naik turun dengan cepat. Mereka sangat kelelahan, tetapi tentu saja puas dengan kenikmatan seks yang mereka peroleh. Setelah tenaga mereka pulih, keduanya memutuskan untuk mandi bersama-sama. Dan ternyata, mereka kembali melakukan penyatuan badan lagi di kamar mandi seakan tidak puas dengan yang baru saja mereka lakukan di tempat tidur.

ANDRI POV

Seharian aku menemani Tante Nanda berputar-putar di Pantai Kuta, Bali. Pesona utama dari pantai Kuta adalah wilayahnya yang luas serta pasir putihnya yang bersih. Dan tidak terasa hari sudah sore. Aku meminta Tante Nanda untuk kembali ke hotel. Akhirnya, kami pun kembali ke hotel di mana tempat kami menginap.

Sesampainya di hotel, aku membiarkan Tante Nanda untuk masuk ke kamar hotel duluan. Sementara aku ingin mengajak Roni dan Devan untuk membicarakan sesuatu yang ada di otakku. Ternyata, aku menemukan mereka di kamar hotelnya masing-masing. Kami bertiga kemudian bergegas keluar hotel dan memilih tempat yang cukup nyaman untuk sekedar mengobrol.

“Ada apa, Bro… Keliatannya serius amat?” Tanya Roni padaku.

“Serius sih kagak, Ron… Gini… Gwe punya keinginan, kalau malam ini kita buat acara untuk tante-tante kita …” Aku berhenti dulu meneruskan ucapanku karena ingin menyeruput kopi yang ada digenggamanku.

“Acara apa, Ndri?” Tanya Devan yang sedari tadi lebih banyak terdiam.

“Bagaimana kalau kita nge-sex bareng-bareng di satu tempat tidur?” Ucapku lagi.

“Maksud loe?” Tanya Roni dengan nada terkejutnya.

“Kita… nge-swing… Gimana?” Aku beri penjelasan sekaligus menanyakan pendapat mereka.

“Boleh juga… Gwe sih setuju …” Respon Devan sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

“Hhhhhmmm… Dari mana loe punya ide gila seperti itu? Tapi, gwe sangat setuju…” Sahut Roni cukup bersemangat.

“Ok… Berarti acaranya deal… Tapi …” Lagi aku berhenti meneruskan ucapanku.

“Apa lagi sih?” Tanya Roni sedikit sewot.

“Gwe ingin… Eeemmm… Kita harus membuat tante-tante itu kepayahan melayani kita… Gimana kalau kita pakai obat kuat, supaya tahan lama …” Sebenarnya poin yang akan aku sampaikan pada kedua temanku.

“Gwe setuju… Kita buat mereka tidak bisa melupakan malam itu …” Devan terlihat sangat antusias.

“Ha ha ha… Gwe setuju juga… Kita buat mereka pingsan keenakan …” Imbuh Roni yang tidak kalah bersemangatnya dengan Devan.

“Ok… Kalau begitu kita ke apotek sekarang …” Kataku sangat gembira mendengar respon dari kedua temanku itu.

Kami pun dengan langkah mantap mencari apotek di sekitaran hotel. Setelah bertanya pada seorang penduduk, kami pun dapat menemukan apotek yang cukup besar tidak jauh dari hotel. Aku segera masuk ke dalam apotek sementara kedua temanku menunggu di luar.

“Sore, mas… Ada yang bisa saya bantu?” Seorang pria penjaga apotek dengan ramah menyapaku.

“Ini, pak… Apakah di apotek ini menjual obat kuat untuk pria?” Tanyaku tanpa rasa malu.

“Oh… Ada mas… Bahkan ada beberapa jenis… Semuanya ilegal mas …” Jawab penjaga apotek sambil mengulum senyumnya.

“Maksud bapak beberapa jenis itu apa?” Tanyaku polos.

“Maksudnya, dari harga paling murah sampai harga paling mahal.” Sahut penjaga apotek.

“Oh, gitu ya pak… Berarti semakin mahal semakin paten khasiatnya… betul gak, pak?” Kataku sambil membalas senyumannya.

“Seperti itulah, mas… Ditambah lagi, obat yang mahal lebih aman dikonsumsi …” Lanjut sang penjaga apotek.

“Berapa harga obat itu, pak?” Tanyaku dan segera dijawab oleh penjaga apotek itu dengan menyebutkan nominal rupiah yang harus aku keluarkan. Untungnya harga obat tersebut masih terjangkau oleh dompetku dan dompet teman-temanku. Luar biasa memang harga obat kuat ini. Untuk membeli tiga butir saja harus merogoh dompet kami semua.

Sambil berjalan kembali ke hotel, kami terus merencanakan aksi untuk nanti malam. Rasanya aku sendiri sudah tidak sabar untuk melakukannya. Tak lama, kami pun sampai di hotel. Para tante ternyata sudah menunggu kami di lobby hotel. Para tante mengajak untuk makan di luar. Ternyata aku baru sadar kalau hari ini sudah jam enam sore walaupun langit masih terlihat terang.

Cukup lama kami berada di restoran itu sampai akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Singkat cerita, kami sudah berada di kamar hotel dengan pasangan masing-masing. Setelah ngobrol dengan Tante Nanda beberapa menit, aku pun meminta Tante Nanda untuk ikut denganku. Tante Nanda tak menolak permintaanku.

“Wah… Pada ngumpul di sini …” Seru Tante Nanda setelah berada di dalam kamar hotel. Ternyata, Roni dan Tante Fina duluan sampai daripadaku.

“Hi hi hi… Pemuda-pemuda ini mau macem-macem sama kita …” Kata ibu tiriku seakan tahu isi otakku.

“Macam-macam apa sih, Mah …” Sanggahku sambil duduk di samping Tante Nanda di sofa.

“Aku tau kalian merencanakan sesuatu…” Kata ibu tiriku lagi.

“Gak ada rencana apa-apa… Kita para laki-laki cuma ingin malam ini semuanya berkumpul di sini…” Sahutku santai.

“Hi hi hi… Terserah kamu lah… Kami selalu siap kok… Benerkan ibu-ibu …” Kata ibu tiriku.

Kami pun sontak tertawa bersama-sama. Tak ada keraguan lagi kalau kami semua telah mengetahui acara yang akan kami lakukan malam ini. Diam-diam aku berbisik pada kedua temanku untuk segera meminum obat kuatnya sekarang. Secara diam-diam, kami pun (para laki-laki) meminum obat kuat yang kami beli tanpa sepengetahuan para tante.

Setelah sekitar 15 menit kami mengobrol dan bercanda, aku pun mulai beraksi. Tante Nanda yang sedari tadi menempel padaku, tubuhnya aku angkat hingga dia berada di pangkuanku. Tangan kiriku melingkar di pinggulnya sementara tangan kananku berada di belakang kepalanya. Tanpa ragu, kami pun berciuman sangat mesra.

Dari sudut mataku, aku melihat pasangan yang lain pun sudah mulai melakukan ‘pemanasan’. Bahkan, bagian atas tubuh Devan sudah terbuka. Sementara itu, Roni dan Tante Fina sudah saling tindih di atas tempat tidur walaupun masih berpakaian lengkap.

Tangaku yang sudah tidak bisa diam pun mencoba untuk melepaskan blouse putih yang tengah Tante Nanda kenakan. Akhirnya, tubuh bagian atas Tante Nanda terbuka hanya meninggalkan bra yang menyangga payudara besarnya. Seperti tidak mau kalah, tangan Tante Nanda berusaha melepaskan kaos yang kukenakan. Tidak sampai di situ, Tante Nanda beranjak dari pangkuanku dan berusaha membuka celana panjangku.

Aku berdiri dari posisi dudukku dan menyuruh Tante Nanda untuk duduk di sofa. Setelah pada posisinya, aku duduk di hadapan lutut Tatnte Nanda dengan menekuk kedua kakiku ke belakang. Tanganku menarik celana dalam yang Tante Nanda kenakan dan setelah terlepas kukangkangkan pahanya dengan mendorong kedua lututnya berlawanan arah.

Kutelusuri memek Tante Nanda dengan lidahku melalap memeknya dari bawah sampai ke atas sampai menyentuh itilnya. Aku lakukan berulang-ulang hingga terdengar nafas berat keluar dari mulut Tante Nanda yang lama-kelamaan terdengar pula desahan dan erangan kecilnya. Lidahku terjulur mengulas-ulas bibir memek Tante Nanda dan kadang itilnya kujepit oleh bibirku sebelum kuhisap-hisap.

“Aaaahhh… Oooohhhh…!” Tante Nanda pun mulai mengerang keenakan. Lidahku yang bergerak konstan di itilnya sementara tanganku yang terus bermain di lobang nikmat itu menghasilkan cairan yang keluar dari memek Tante Nanda.

“Ahh.. ahh… oughh… ah… ahh… ahh… eghh…” Tante Nanda tak berhenti mendesah. Badannya agak mengejang, tangannya menekan kepalaku ke memeknya hingga hidung dan hampir semua wajahku basah karena cairan dari memeknya. Nafas Tante Nanda tersengal-sengal, dadanya semakin membusung.

Suara desahan, desisan dan lenguhan pelan mulai terdengar oleh telingaku saling bersaut mengisi ruangan kamar hotel ini. Tiba-tiba terdengar pekikan agak keras dari arah tempat tidur yang membuatku penasaran. Langsung saja aku menoleh ke sana dan melihat Tante Fina sedang kelenjotan dengan kepala Roni berada di antara kedua pahanya.

“Giliran tante ya …” Kata Tante Nanda yang kemudian menyuruhku berdiri di hadapannya.

Celana dalamku melorot ke bawah oleh tarikan tangan Tante Nanda. Kini, kontolku yang sudah tegak berdiri berada tepat di wajahnya. Tangannya mulai membelai-belai kontolku dan tak lama kemudian dimasukkannya kontolku ke dalam mulutnya. Tante Nanda mulai menggerakkan kepalanya. Wanita ini menjilati kontolku dibantu dengan hisapan dan kocokannya sehingga membuat aku sangat geli sekali, bahkan beberapa kali rasanya seperti melayang.

“Sudah tante… Kita mulai saja …” Pintaku.

Tanpa berkata, Tante Nanda menyudahi blow job-nya lalu mengangkangkan kedua pahanya memberikan akses buatku untuk memasukinya. Kemudian aku berlutut di depannya dan memposisikan kontolku pada memeknya. Aku tarik badan Tante Nanda agak maju dan baru kemudian aku letakkan kepala kontolku tepat di lobang peranakannya.

“Blesssssss… blessssss… blesssss… blesssss…” Batang penisku mulai memasuki pintu kewanitaannya dan sedikit demi sedikit tenggelam di sana.

“Oooohhhhhhh …!!!” Lenguhan cukup panjang keluar dari mulut Tante Nanda mengiringi masuknya kontolku yang kini benar-benar telah tenggelam sempurna di dalam liang surga kenikmatannya.

Aku mulai mengayunkan batang kemaluanku, merojok-rojok belahan nikmat di selangkangan Tante Nanda. Aku lihat kontolku timbul tenggelam dibekap lubang memeknya yang lembab dan hangat. Dengan lembut aku terus mengorek-ngorek memek Tante Nanda dan saat kontolku tenggelam kurasakan bibir kemaluan tante Nanda ikut tenggelam dengan kulit kontolku.

“Aahh… aahh… aahh… aahh… aahh…” Desahan Tante Nanda semakin keras.

Pada saat ini, di dalam kamar hotel, decap, erangan dan desah saling bersusulan ramai sekali. Hal ini sangat menambah suasana erotis di kamar hotel. Para wanita mendesah, mengerang, merintih keenakan secara bersaut-sautan. Sekilas aku melihat ke arah ibu tiriku yang sedang asik bermain ‘kuda-kudaan’ di atas tubuh Devan.

“Aach… ach… aah… terus sayang… lebih dalam… aah… aah… aah…” Tante nanda mulai meracau tak karuan menikmati permainan ini.

Kupompa kontolku dengan gerakan maju-mundur dengan sangat cepat. Desahan dan erangan yang menggairahkan pun tak henti meluncur dari mulut Tante Nanda yang sudah semakin panas birahinya. Aku terus mengayuh kontolku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok. Mungkin sudah 30 menitan kami bergumul saling memberikan kenikmatan pada alat kelamin kami.

Pada saat itu, terdengar erangan orgasme Tante Fina dari arah tempat tidur. Rupa-rupanya, Tante Fina lah yang terlebih dahulu mendapatkan puncak kenikmatan. Beberapa menit kemudian disusul oleh erangan orgasme dari ibu tiriku dari arah belakang. Tinggal Tante Nanda yang belum mendapatkannya. Oleh karena itu, aku semakin kuat dan kencang mengocok kontolku pada memeknya.

“Aaaaaaaacccchhhhhhh …!!!” Tante Nanda benar-benar menjerit histeris saat melepaskan orgasmenya. Terasa sekali kontolku disemprot oleh cairan hangat yang kental di dalam memeknya. Lalu aku perlambat genjotanku secara teratur hingga aku berhenti.

Sembari mengatur nafas, aku cabut kontolku yang masih kokoh dari dalam memek Tante Nanda. Aku melihat lobang memeknya terbuka cukup lebar. Aku usap memek itu dengan lembut. Kudengar lenguh manja Tante Nanda seakan masih menikmati sisa-sisa orgasmenya. Buah dadanya yang besar itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang masih memburu.

Tak berapa lama, Tante Nanda membuka matanya lalu tersenyum. Aku usap wajahnya yang penuh keringat dan mengecup bibirnya. Aku pun melihat kedua pasangan yang lain masih saling belai tanpa berkata-kata. Kemudian, aku berdiri dan berjalan ke arah kulkas sambil bertelanjang bulat. Aku mengambil minuman mineral dan berjalan kembali ke arah Tante Nanda.

“Tante sekarang dengan Devan ya…” Bisikku di telinganya.

“He eh…” Jawabnya pelan sambil mencubit pahaku.

“Selamat bersenang-senang …” Candaku sembari berdiri dan berjalan menuju tempat tidur.

Sambil berjalan aku memberikan isyarat pada Roni agar beranjak dari situ. Roni pun segera turun dari tempat tidur dan menghampiri ibu tiriku yang sudah ditinggalkan Devan. Aku naik ke tempat tidur dengan disambut dengan senyuman dari Tante Fina. Aku berbaring tepat di samping tubuh bugil Tante Fina yang masih sedikit berkeringat.

“Apakah tante mau menerimaku?” Candaku sambil mengusap bibirnya yang mungil.

“Tentu saja, sayang …” Sahut Tante Fina. Belum apa-apa, tangan wanita ini sudah menjamah kontolku yang masih keras berdiri seraya mengurut-urutnya lembut.

Aku dan Tante Fina ngobrol dengan tema yang sangat ringan sambil merabai bagian tubuh paling sensetif masing-masing. Tangannya terus mengurut kejantananku sementara tanganku ‘mengobel’ memeknya yang memang sudah basah. Aku perhatikan nafas Tante Fina mulai tidak beraturan agak memburu, suatu pertanda nafsu birahinya mulai bangkit.

“Ayo… Kita mulai …” Ajakku pada Tante Fina.

“Tante sudah ingin dari tadi …” Manja sekali terdengar suara Tante Fina.

“Kenapa gak bilang…” Kataku sambil mulai menaiki tubuh Tante Fina.

“Tante kira kamu masih cape…” Jawab Tante Fina sambil mengangkangkan pahanya dan tangannya menangkup buah pantatku.

“Oh… Siap ya…” Kataku sambil memposisikan kontolku di lobang memeknya.

“Silahkan masuk, sayang …” Canda Tante Fina sambil tersenyum.

Ketika terasa kepala kontolku sudah tepat berada di depan liang memek tante Fina yang licin dan basah, aku mendorong pantatku perlahan. Sedikit demi sedikit kontolku memasuki lorong yang hangat milik Tante Fina. Pada saat yang sama terdengar desahnya pelan dengan mata terpejam. Secara perlahan tapi pasti, akhirnya batang kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek Tante Fina.

Beberapa saat kemudian, Tante Fina menggoyangkan pinggulnya. Hal berarti kalau dia sudah menerimaku seutuhnya dan siap menerima sodokanku. Aku angkat pantatku perlahan hingga batang kontolku keluar dari memek basahnya sebatas kepala dan setelah itu aku tekan kembali pantatku sehingga batang kontolku tenggelam lagi di sana.

Kini pandanganku beralih pada bibir tipisnya yang menggoda. Kusatukan kening kami, dapat kurasakan hembusan nafasnya, perlahan bibir kami pun menempel satu sama lain. Sambil terus menggenjotnya, aku pun mulai melahap bibirnya. Rasa nikmat terus menjalar di seluruh tubuhku saat alat kelamin kami saling bertemu dan bergesekan.

“Nikmat sekali, tante…” Lirihku.

“Masukin yang dalem, sayang…” Sahutnya parau dan aku melakukannya.

Setiap mili alat kelamin kami saling menggesek, kami bisa merasakan nikmatnya itu sampai ke ubun-ubun. Sehingga tidak heran kalau persenggamaan ini berlangsung lama, karena Tante Fina semakin keenakan bila alat vitalku keluar-masuk secara perlahan ke dalam liang memeknya. Tante Fina sampai melenguh panjang keenakan ketika kubenamkan secara perlahan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya sampai kandas, begitu pula ketika kutarik batang kontolku itu pelan-pelan keluar dari lubang kemaluannya sampai-sampai ia menggigit pundakku karena gemas.

“Aaahhh… saaayyyaaangghhh… nnggghhh… nikmaatnya sayang… terus sayang… ulangi lagi… aaaahh… uuuuhhhh… yyaaaaahhhh… mmmmhhh…” Tante Fina merintih keenakan.

Dinding memeknya yang lembut tergetar oleh nikmat yang menggelitik karena gesekan otot-otot kontolku. Tante Fina kemudian pelan-pelan mengangkat pinggul, membantu menarik keluar batang kemaluanku. Ia mendesis panjang, menggumam sambil menggigit bibir. Demikian pula ketika mendorong, menelan kontolku yang kembali membenam di liang memeknya.

Birahi yang makin memuncak membuat Tante Fina dan aku terhanyut, tidak memperdulikan apa-apa lagi. Tante Fina yang terlentang di bawahku meraih bantal untuk mengganjal pantat, supaya memudahkan kocokan batang kontol di liang memeknya. Pinggul Tante Fina dengan lincah berputar-putar, sementara aku semakin cepat mengayunkan pantat, menyebabkan gesekan kontol dan memek semakin terasa mengasyikkan.

“Ahh… ahh… ohh… enak sekali, Ndri… Kamu luar biasa…” Kata Tante Fina di sela desahannya. Aku hanya tersenyum dan mengecup keningnya yang berkeringat.

Pada saat aku mengecup kening Tante Fina, terdengar jeritan orgasme dari ibu tiriku. Kini wanita itulah yang duluan mendapatkan orgasmenya. Di sisi yang lain, aku melihat Devan sedang asik menggenjot memek Tante Nanda dengan gaya

doggy. Kemudian aku pun meningkatkan intensitas seranganku pada Tante Fina. Pompaanku yang semakin kuat membuat suara berdecak basah dari memek itu.

“Oooohhhh… aaahhhh… oohh… oohh… oohh…” tante Fina akhirnya tak kuasa menahan erangan keras yang keluar dari mulutnya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat ke arahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh seksi wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan. Payudaranya terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya.

“Aaaaaaaaacccchhhhhh… Keeellluuuuaaaarrrr…” Jerit Tante Fina. Tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyirami batang kontolku dan kurasakan dinding vaginanya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat.

Kemudian aku hentikan gerakanku untuk membiarkan Tante Fina menikmati orgasmenya. Setelah kurang lebih tiga menit, kami memasuki masa tenang dengan posisi ini. Secara pelan-pelan aku mencabut kontolku dari dalam memek Tante Fina dan bangun dari atas tubuhnya. Aku mengambil tissue yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidur dan membersihkan ceceran air cintanya yang mengalir keluar dari bibir kemaluan Tante Fina.

Setelah itu, aku duduk di tepi tempat tidur menyaksikan Devan yang masih menyetubuhi Tante Nanda dari belakang. Tiba-tiba badanku dipeluk oleh Tante Fina dari belakang dan kami pun sama-sama menyaksikan atraksi dari Devan dan Tante Nanda. Mereka berdua terlihat terbakar oleh kobaran api birahi yang membakar selangkangan masing-masing.

Dan pada akhirnya, Devan pun berhasil menjebol pertahanan Tanta Nanda. Wanita cantik itu melolong histeris menyambut orgasmenya. Kepalanya terangkat dengan mata terpejam sementara itu Devan memperlambat genjotannya pada Tante Nanda dan beberapa detik kemudian Devan menghentikan aksinya lalu mencabut kontolnya dari dalam tubuh Tante Nanda.

Devan menghampiriku dan setelah dekat aku menyuruh tante Fina membersihkan Kontol Devan tetapi dengan mulutnya. Tanpa ragu, Tante Fina mengambil kontol Devan dengan kedua tangannya lalu mengurut-urutnya sebelum mengulum penis Devan. Aku tinggalkan mereka dan mendekati ibu tiriku yang masih bersama Roni.

“Entotin mamah sekarang, sayang… Mamah ingin lagi …” Tiba-tiba tangan ibu tiriku meraih kontolku yang tetap kokoh dan keras.

“He he he… Mau berapa ronde?” Candaku sambil tanganku mengusap-usap belahan memek ibu tiriku yang basah.

“Jangan-jangan sebelum mamah… Kamu dulu yang KO…” Sahut ibu tiriku sambil terus mengurut kejantananku.

“Ayo kita buktikan…!!!” Tantangku.

“Ayo… Siapa takut …!” Balas ibu tiriku sambil mempersiapkan posisi mengangkangnya.

“Kita di tempat tidur saja, Mah… Kalau si lantai malah nanti mamah sakit badan …” Kataku sambil berdiri dan mengangkat tubuh ibu tiriku. Kami pun berjalan menuju tempat tidur dan bergabung dengan Devan dan Tante Fina yang sedang asik ‘mempermainkan’ alat kelamin mereka masing-masing.

Aku dan ibu tiriku mengambil bagian sebelah dalam dari tempat tidur karena tidak mau mengganggu keasikan dan kekhusuan Devan dan Tante Fina. Sebelum ibu tiriku naik ke atas tempat tidur, aku menahannya dengan memegang pinggulnya dari belakang kemudian memposisikan tubuhnya menungging di samping tempat tidur.

Untuk beberapa saat aku remas buah pantatnya yang membulat lalu kuusap-usap memeknya. Aku regangkan kedua kakinya sehingga tampaklah belahan memek ibu tiriku dari belakang. Aku arahkan kontolku dari belakang, untuk mengampiri memeknya. Perlahan-lahan kutusukkan kontolku yang besar panjang ke lubang kenikmatan itu.

“Hkkhh…” Nafasku tertahan saat seluruh kontolku dari ujung hingga pangkal telah terbenam seluruhnya di dalam jepitan lubang kemaluan ibu tiriku. Kehangatan yang aku rasakan pada kemaluanku saat masuk ke dalam tubuh ibu tiriku membuatku lupa diri. Perlahan-lahan kutarik pantatku hingga batang kontolku tertarik keluar dan hanya ujungnya saja yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluannya.

“Uuuggghhh…” Tanpa sadar ibu tiriku mendengus saat ujung kepala kontolku seperti menumbuk sesuatu yang empuk dan hangat di dalam sana.

Aku terus menarik dan mendorong pantatku di belakang tubuh ibu tiriku. Perlahan-lahan kurasakan ibu tiriku mulai ikut mengimbangi gerakanku. Secara perlahan, pantatnya bergerak memutar mengikuti irama ayunan pantatku. Batang kontolku serasa diurut dan diremas-remas dalam jepitan lubang kemaluannya. Penetrasi kontolku yang perlahan namun kuat membuat dinding memeknya sering meremas lembut kontolku.

“Aahh… aahh… aahh… aahh…!” Lenguh ibu tiriku seiring dengan genjotanku dari belakang. Aku terus melakukan genjotan demi genjotan dengan intonas tetap membuat ibu tiriku ikut tergoncang-goncang seiring genjotan nakalku.

Sementara itu, tepat di depanku, Devan dan Tante Fina batu memulai pertarungan mereka. Tante Fina menduduki selangkangan Devan dan bergerak naik turun di atas tubuh pemuda tampan itu. Tangan Devan pun dengan lincah bermain di payudara Tante Fina. Terlihat sekali kalau mereka menikmati permainannya. Di sofa, terlihat Tante Nanda masih berbincang-bincang dengan Roni.

Aku terus menggenjot kemaluanku dalam jepitan memek ibu tiriku. Sudah entah berapa puluh bahkan ratusan kali kontolku merojok-rojok liang kenikmatannya. Genjotanku itu tanpa intonasi konstan, kadang cepat kadang lambat sampai-sampai ibu tiriku tak karuan menggelinjang dengan suara erangan, desahan, lenguhan, jeritan, kata-kata vulgar sering keluar dari mulutnya.

“Sayaaaaaang… aaaah… teruus yaaang… enaaaknya aaaah… Mamah suka genjotaaaaaaanmu… oohh kontol… KOOOONNNTOOOOOL…!!! “Seru ibu tiriku dengan berteriak pada kata ucapan akhir itu. Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku.

Aku jadi tersenyum saat mendengarnya, begitu pula yang lain bahkan sampai tertawa. Pada saat itu juga aku merasakan kontolku membentur-bentur lubang buntu itu. Kontolku semacam lancar keluar masuk memeknya sampai menimbulkan bunyi merdu dan merangsang.

“Cleepphh… cleepphh… cleepphh… cleepphh… cleepphh…!” Kunikmati bunyi itu dengan tengadah, kurasakan memek ibu tiriku yang basah itu luar biasa hangat dan berperan menciptakan gelombang nafsu birahiku semakin kuat.

Walaupun sudah ‘dicoblos’ oleh Devan dan Roni, tetapi memek ibu tiriku sangat enak dirasakan oleh kontolku. Lobang memeknya terasa rapat dan kesat. Gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh memek ibu tiriku ini. Aneh sangat luar biasa, memeknya bisa menggigit lembut, menghisap pelan serta lembut, meremas batangku dengan lembut dan kasih sayang.

Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan sebagai resep untuk memuaskan ibu tiriku ini. Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar memeknya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam. Sumur kenikmatan ibu tiriku memang bukan main, walaupun lubang memeknya itu sudah agak melebar tetapi aneh dapat memanjakan senjata meriam milikku, memek yang luar biasa.

Pada saat itu, terdengar jeritan orgasme Tante Fina. Dia telah mendapatkan puncak kenikmatan yang diberikan Devan. Tubuh Tante Fina menelengkup di atas tubuh Devan. Kulihat jelas dari lobang memeknya menetes cairan kental berwarna putih. Namun ternyata Devan tidak menghentikan aksinya. Temanku itu malah membalikan tubuhnya sehingga kini posisi Tante Fina berada di bawahnya.

Ibu tiriku masih terus mengerang-erang karena terjangan kontolku pada memeknya. Aku sudah tidak menghiraukan erangan dan jeritan ibu tiriku. Rasanya, ia sudah ingin mengakhiri ronde pertama ini. Ibu tiriku terlihat menikmati gerakanku yang kian keras dan kian cepat dalam mengakses memeknya. Aku sangat yakin kalau kenikmatan mulai memuncak di itilnya dan mengumpul panas sampai bongkahan pantatnya.

“Saayyyaaanggg… Mam… mah… Kellluuu… aaaarrrr…!!!” Ibu tiriku mengerang keras menyatakan kalau dirinya sudah mencapai puncak. Ibu tiriku menikmati orgasmenya memuncak, pertahanannya bobol dihantam kontolku yang terus menerus menghujam. Tubuhnya menegang menikmati kontraksi otot memeknya berkedutan intens mengantar pada kenimatan puncak.

Selang beberapa saat, aku menghentikan hujaman kontolku pada memeknya. Aku ciumi punggungnya dan akhirnya aku cabut kontolku dari kedalaman sumur surgawinya. Aku angkat tubuh lemasnya ke atas tempat tidur dan membaringkannya terlentang. Lalu, aku buka pahanya lebar-lebar dan kemudian aku tindih dia.

Aku sekuat tenaga berusaha membangkitkan birahi ibu tiriku lagi. Gerakan keluar masuk kontolku pada memeknya dibuat sangat pelan. Ditambah lagi ciuman dan rabaan yang aku lakukan di titik-titik tertentu pada tubuhnya kubuat seintens mungkin. Cukup dua menit aku melakukan semua itu dan akhirnya birahi ibu tiriku bangkit kembali.

Di sisiku, Devan dan Tante Fina pun terus menyatukan tubuh mereka. Gerakan mereka sedikit liar. Ibu tiriku dan Tante Fina saling pandang dan tersenyum sambil mendesah-desah keenakan. Melihat keadaan seperti itu, aku pun menepuk tangan Devan dan memberikan isyarat untuk bertukar pasangan. Devan pun menyetujuinya.

Setelah posisiku berada di atas tubuh Tante Fina, langsung aku benamkan senjataku ke dalam liang peranakan Tante Fina. Aku disambut dengan goyangan darinya sehingga kontolku terasa diremas-remas olehnya. Dengan nafsu yang mengebu-gebu kembali kusetubuhi Tante Fina yang kini sedang terlena oleh kenikmatan yang aku berikan.

Kedua wanita cantik ini akhirnya menyerah dan tidak ingin melanjutkan persetubuhan. Mereka menawarkan untuk melakukan_blow job_pada kami. Akhirnya aku dan Devan setuju. Kontol kami kemudian dilumat, diremas dan diurut-urut oleh mereka berdua bahkan sesekali bergantian pasangan. Semakin lama semakin kasar perlakuan kedua wanita cantik ini pada kontolku dan juga kontol Devan. Dikocoknya kontolku sangat keras dan cepat oleh ibu tiriku dan tanda-tanda klimaksku mulai terasa.

Luar biasa sepongan ibu tiriku, kontolku mulai berkedut-kedut menandakan ada sesuatu yang mau keluar. Kupegang kepala ibu tiriku dan kutekan kontolku di dalam mulutnya dan… “Aahhhggsss… crrooottt… crroottt… crroottt…!” Kutembak mulutnya dengan cairan spermaku. Ibu tiriku pun menerimanya dengan sepenuh hati dan menelan habis spermaku.

Badanku pun mulai melemas sambil terus kuperhatikan tindakan ibu tiriku yang masih menjilati kepala penisku, nampaknya dia sedang membersihkan sisa-sisa spermaku dengan lidahnya. Aku pun tersenyum puas padanya, kutarik tubuh ibu tiriku hingga jatuh di atas tubuhku. Aku peluk tubuh bugil itu dan kucium dia.

“Kamu pake obat kuat ya?” Ucapnya provokatif.

“Gak ahk …” Kilahku.

“Jangan bohong… Kerasa kok …!” Kata ibu tiriku sambil mencubit hidungku.

“Ya jeng… Anak-anak ini pasti pake obat kuat… Tapi aku sih suka… Hi hi hi …” Sambung Tante Fina yang ada dalam pelukan Devan.

“Aku juga senang mbak… Berarti mereka bisa melayani kita sampai pagi …” Kata ibu tiriku.

“Mah… Liat tuh Tante Nanda… Dia kuat sekali …” Kataku sambil menunjuk Tante Nanda dan Roni yang masih terus saling genjot.

Aku lihat Roni gencar melakukan gerakan turun naik di atas tubuh Tante Nanda. Sesekali Roni melihat ke arah kami sambil tersenyum. Tante Nanda mendesah-desah diselingi mengerang keras mendapat sodokan kontol Roni yang masih kokoh.

“Sudah biarkan mereka… Lebih baik kita minum jus, yuk…!” Kata ibu tiriku sambil beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kulkas.

“Tante… Mau gak di gang-bang sama kami bertiga?” Candaku pada Tante Fina sembari beringsut mendekati tubuhnya.

“Ihk… Mau dong!!!” Genit Tante Fina.

“Di semua lobang ya tante …” Candaku lagi sambil menyentuh-nyentuh pentil susunya.

“Awwww… Takut ahk… Kontol kalian gede-gede…” Ucap Tante Fina sambil memukul dadaku pelan.

“Ada apa ini?” Tiba-tiba ibu tiriku sudah berdiri di samping tempat tidur.

“Ini loh jeng… Anakmu ini ingin meng-_gangbang_aku …” Sahut Tante Fina.

“Hi hi hi… Mamah juga mau dong …” Kata ibu tiriku sambil memberikan botol minuman jus pada kami.

“Di semua lobang ya Mah …” Kataku cuek.

“Awwww… Bisa robek lobang dubur mamah dong…” Kata ibu tiriku dengan nada bercandanya yang khas.

“Ha ha ha… Gak lah Mah… Semua lobang kan elastis …” Kataku sambil tertawa.

“Iya jeng… Kontol mereka kan besar-besar… Ngeri… hi hi hi …” Ucap Tante Fina.

Kami berempat duduk melingkar di atas tempat tidur dengan masih bertelanjang bulat. Kami ngobrol tanpa topik yang jelas namun sekitar sex. Sementara itu, Tante Nanda dan Roni masih saling memberikan kenikmatan dan menampakan tanda-tanda untuk berakhir. Benar saja, beberapa menit berselang Tante Nanda mendapatkan orgasmenya disusul kemudian dengan erangan Roni yang mengalami ejakulasi di dalam tubuh Tante Nanda.

Malam ini penuh sensasi yang belum pernah aku rasakan. Sepanjang malam ini kami habiskan bersama-sama untuk saling memberikan kenikmatan sex dan bertukar-tukar pasangan. Kenikmatan demi kenikmatan kami raih dan entah sudah berapa kali kami semua saling menyemburkan cairan kenikmatan. Rintihan dan erangan kepuasan berulang kali terdengar dari mulut kami berenam.

Bagaimana kelanjutannya?

Kita nantikan saja…

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu