1 November 2020
Penulis —  Saintprince88

PESTA NIKMAT

PESTA NIKMAT 4

Aku yang sudah bosan ingin tidur dan jam di ruang tamu menunjukan pukul 10 malam akhirnya kumatikan televisi dan beranjak ke kamar. Saat aku hendak menuju kamarku dan melintasi kamar ibu tiriku, mataku disuguhi pemandangan yang luar biasa. Aku melihat ibu tiriku sedang bertelanjang, kain yang menempel di tubuhnya hanya celana dalam berwarna krem.

“Ndri… Coba lihat pakaian yang mamah beli tadi siang… Gimana menurut pendapatmu?” Tanya ibu tiriku tanpa risih dengan keadaannya.

“Coba aku lihat!” Kataku sambil memeluk tubuh ibu tiriku dari belakang dan kulingkarkan tanganku di perutnya.

“Ini… Bagus-bagus kan?” Katanya sambil memperlihatkan tiga buah baju T-Shirt yang baru saja dibelinya.

“Hhhmmm… Ya Mah… Bagus-bagus …” Sahutku yang kemudian kucium lehernya.

“Ini buat dipakai liburan mamah …” Kata ibuku seraya berusaha melepaskan tanganku di tubuhnya.

“Eh… Mamah mau liburan? Aku ikut dong?” Sedikit terkejut aku mendengar penuturan ibu tiriku yang hendak berliburan. Kemudian aku duduk di tepi tempat tidur sambil meneliti payudaranya yang bergelayutan di dadanya. Walaupun sudah terlihat agak kendur namun payudara ibu tiriku ini masih menampakkan bentuk bulatnya yang sempurna.

“Memang mamah mau ngajak kamu kok …” Kata ibu tiriku sambil tersenyum padaku.

“Asik… Kapan mah?” Tanyaku sambil menarik tangan ibu tiriku hingga tubuhnya jatuh di pangkuanku.

“Kita pergi hari minggu ke Bali… Dua hari ke depan…” Kata ibu tiriku sambil mendekatkan bibirnya ke bibirku.

Dan dalam hitungan detik, bibir kami saling menempel, tangan kiriku yang awalnya memegang tangannya, kini berpindah ke tengkuknya agar bibir kami tetap bersatu. Lidah kami saling berkaitan terkadang saling sedot dan menari di dinding atas mulut kami. Tidak lama tanganku pun mulai menggerayangi tubuh ibu tiriku.

Beberapa saat kemudian, pakaianku dilucutinya hingga aku benar-benar telanjang. Aku rebahkan badanku terlentang di atas tempat tidur. Ibu tiriku naik ke atas ranjang dan akhirnya kami pun memposisikan diri dengan gaya 69. Dengan gaya 69 ini kami saling memanjakan kemaluan kami dengan bibir kami dengan penuh nafsu.

Aku merangkai kenikmatan untuk ibu tiriku dengan cara menjilati semua sudut memeknya dan itilnya. Kumasukkan lidahku ke dalam memeknya kemudian kuputar-putar dengan tekanan yang kuat ke sekeliling memeknya. Sesekali aku menggigit itilnya diselingi dengan sedotan. Nafasnya terdengar semakin tidak beraturan.

Sementara itu, dengan buasnya ibu tiriku mengulum kontolku walalupun tidak sepenuhnya dapat masuk ke dalam mulutnya, dan ketika kontolku sudah berdiri tegak dan keras kini dia mengocok dengan gerakan naik turun dan sembari tetap melumat kepala kontolku. Aku dibuat mendesah karena permainan lidah dan mulutnya yang begitu lihai membuatku tidak kuat menahan hingga akupun mengerang.

“Auugghhh… oooggghhh… ooggghh… enak… mah…!!!!” Tetapi rasanya ibu tiriku tidak menghiraukanku bahkan menambah sedotannya semakin liar dan ganas.

Setelah puas dengan foreplay yang kami lakukan, maka berikutnya adalah melakukan permainan yang sesungguhnya. Aku kemudian naik ke atas tubuh ibu tiriku dengan siku menumpu di sisi bahunya dan wajahku berhadapan persis dengan wajahnya. Aku mencium bibirnya sambil menempatkan kontolku tepat di lubang memek yang sudah siap menerimaku.

“Ssslleesseepp… Blleesss…!” Sedikit demi sedikit kontolku masuk di lubang memeknya. Rasanya hangat dan basah. Aku mendesis menahan nikmat terlebih saat ibu tiriku mulai menggoyang pelan pantatnya. Milikku serasa diremas-remas dalam kehangatan lubang memeknya.

Maka mulailah aku menggoyang dan memain-mainkan kontolku di lubang nikmat ibu tiriku. Hempasan tubuhku yang mulai naik-turun di atas tubuhnya menimbulkan bunyi seperti decakan karena kemaluan kami yang beradu. Dan sambil melakukan itu, tidak puas-puasnya aku meremasi sepasang susunya yang besar. Putingnya kujilati dan kusedot-sedot penuh nikmat.

“Aauuhh… aauuhh… oohh… oohh… enak sekali kontol kamu… aahh… ookkhh…” Rintihnya sambil menahan nikmat yang dirasakan. Ia terus merintih dan mendesah setiap kali batang kontolku kusentakkan di lubang memeknya.

Serangan balik ibu tiriku tidak kalah garang. Mengikuti irama turun-naik kontolku di lubang memeknya, pantatnya kembali digoyang. Bahkan dinding-dinding vaginanya seperti ikut bekerja. Menjepit dan meremas mengikuti irama goyangannya. Akibatnya kami sama-sama terbuai dengan kenikmatan yang tengah kami ciptakan.

Makin lama semakin kupercepat gerakanku, membuat gerakan ibu tiriku semakin liar. Akhirnya kurasakan dia mulai mengejang, kedua kakinya tambah kencang menjepit pinggangku, tangannya memelukku erat-erat, bahkan aku merasa kukunya mulai menggores punggungku.

“Yang… sedikit lagi… aaakkkhhhh… aku dapet yaanngggg… kencengan lagi… Oooooohhhhh… yaannggg…!!!” Akhirnya cairan hangat kurasakan membasahi batang kontolku disertai teriakkan panjang ibu tiriku.

Tubuh ibu tiriku kejang-kejang seperti orang kesetanan, matanya tertutup rapat dan mulutnya terlihat setengah terbuka hanya mengeluarkan desisan panjang. Terasa olehku lelehan bahkan pancaran lendir yang keluar dari liang memeknya menerobos melewati celah-celah sempit di antara dekapan dinding dan bibir kemaluannya yang menjepit kontolku, terus menetes dan mengalir sampai jauh.

“Ampuunn Ndriii… udaahh dulu… oohh… istirahat dulu…!!!” Pinta ibu tiriku mendesah. Mendengar permintaan itu, aku pun memperlambat genjotanku bahkan sangat pelan. Kukecup bibirnya dengan lembut. Tubuhku kutahan dengan kedua tangan dan kakiku agar tidak membebani tubuhnya. Sambil bibirku terus menciumi bibir, pipi, leher, dada, hingga puting susunya untuk merangsangnya agar gairahnya segera bangkit kembali.

Setelah beberapa menit, kuubah posisi tubuhku hingga aku terduduk dengan posisi kedua kaki terlipat di bawah kedua paha ibu tiriku yang terangkat mengapit pinggangku. Payudaranya yang indah dan basah oleh keringat begitu menggodaku. Dan kedua tanganku terjulur untuk meremas-remas payudara yang montok dan indah.

“Oooohhh… ooohhhh…!!” Ibu tiriku mendesah dan kembali tubuhnya menggeliat merasakan gairah yang kembali menghampirinya.

Sambil kedua tanganku mempermainkan payudaranya yang montok, pantatku kembali berayun agar kontolku kembali mengaduk-ngaduk liang memeknya yang tak henti-hentinya memberikan sensasi nikmat yang sukar untuk dikatakan. Hentakan pantatku semakin lama semakin keras membuat payudaranya terguncang-guncang indah.

Pinggul ibu tiriku mulai membalas setiap hentakan pantatku, bahkan semakin lama semakin lincah disertai dengan lenguhan dan jeritan nikmat yang khas. Kedua tanganku memegangi kedua lututnya hingga pahanya semakin terbuka lebar membuat gerakan pinggulku semakin bebas dalam mengaduk dan mengocok memeknya.

“Oooohhh… ooohhh… aaahhh… aaahhh…!” Erangan nikmat semakin meningkatkan gairahku, penisku semakin bengkak.

Dan ternyata dengan keadaan kontolku yang membengkak seperti membuat jepitan memek semakin kuat dan membuatku semakin nikmat. Dan tanpa dapat kukendalikan gerakanku semakin liar tak terkendali seiring dengan rasa nikmat yang semakin menguasai diriku. Ibu tiriku pun mengalami hal yang sama, penisku yang semakin membengkak dengan gerakan-gerakan liar yang tak terkendali membuat orgasme kembali dengan cepat menghampirinya dan dia pun kembali menjerit-jerit nikmat menjemput orgasme yang segera tiba.

“Aaaahhh… aaaccchh… aaaaccchhhh…!!!!” Jeritan nikmat keluar dari mulut ibu tiriku. Lalu tubuhnya bergetar cepat dan kejang-kejang seperti tersengat listrik. Dari memeknya mengucur deras cairan cinta yang semakin melancarkan gerakan keluar masuk kontolku.

Akupun merasa bahwa klimaks akan menghampiriku. Tanpa dapat kukendalikan gerakan sudah berubah menjadi hentakan-hentakan yang keras dan kaku. Hingga akhirnya klimaks itu datang dan aku pun menjerit bagaikan orang yang tercekik.

“Aaaaahhhkkkkkk…!!!!” Pinggul kami saling menekan dengan keras dan kaku sehingga seluruh batang kontolku amblas sedalam-dalamnya dan beberapa saat kemudian.

“Creetttt… creeettttt… cretttt… creettt…!” Sperma kental terpancar dari kontolku menyirami liang vagina ibu tiriku yang juga berdenyut dan meremas dengan hebatnya.

Akhirnya tubuhku ambruk ke samping tubuh ibu tiriku yang juga terkulai lemas. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu ibu tiriku mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami pun akhirnya saling meremas, memagut dan mencium.

“Makasih ya Ndri …” Kata ibu tiriku sambil mengusap wajahku.

“Sama-sama Mah… Oh ya, liburan nanti hanya kita berdua kan?” Jawabku sambil merangkul tubuh ibu tiriku.

“Gak, Ndri… Kita pergi dengan temen-temen mamah… Tante Fina dan Tante Nanda …” Jawab ibu tiriku dengan senyuman genitnya.

“Wow… Hebatlah !!!” Pekikku gembira.

“Hebat? Hebat apanya?” Tanya ibu tiriku heran.

“Aku punya tiga lobang nikmat, mah …” Kataku sedikit berbisik.

“Eit… Gak bisa gitu dong… Maksud mamah ngajak kamu juga supaya kamu ngajak dua temen kamu supaya kita berpasangan… Gitu …!” Kata ibu tiriku sambil mencubit hidungku.

“Ohhh… Gitu ya… Berarti yang pasti kuajak adalah si Roni… Tapi seorang lagi siapa ya?” Aku bingung juga siapa yang akan aku ajak.

“Atur-atur aja… yang penting ganteng dan kuat… hi hi hi …!” Pinta ibu tiriku.

“Hhhhmmm… Siap deh …” Kataku.

Malam itu kami pun tidur di kamar masing-masing. Dalam keredupan mataku sebelum terpejam, aku memikirkan siapa yang akan kuajak berwisata dengan ketiga perempuan cantik ini. Sudah sekian lama aku merenung belum terpikirkan juga seseorang yang pantas ikut sampai pada akhirnya mataku menjadi gelap dan aku pun masuk ke dalam alam bawah sadarku.

Dua Hari Kemudian …

Setelah melakukan perjalanan selama hampir dua jam, akhirnya aku dan ibu tiriku sampai ke_airport_dan telah menunggu kedua teman ibuku yang lebih dahulu tiba di_airport_Aku kenal dengan Tante Fina karena aku pernah merasakan kehangatan tubuhnya. Tetapi satu teman ibu tiriku yang bernama Tante Nanda baru kali ini aku melihatnya. Tante Nanda memiliki perawakan yang agak gemuk namun wajahnya terbilang lebih cantik daripada kedua wanita lainnya. Pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang sedikit gempal dengan payudaranya menggelembung indah serta pantat yang bundar.

Sambil menunggu kedua temanku datang, aku lebih mendekatkan diri dengan Tante Nanda yang kutaksir usianya sekitar 40 tahunan. Kami mengobrol layaknya dua orang teman yang sudah lama tidak bertemu. Ternyata Tante Nanda seorang yang

humble, enak diajak bicara sehingga aku tidak lagi ragu dan sungkan mencandainya. Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira tatkala kuperhatikan ukuran payudaranya yang terlihat ‘jumbo’.

Kira-kira 20 menit berselang datanglah kedua orang temanku, Roni dan Devan. Kedua pria tampan ini langsung menghampiri kami dan bergabung dalam obrolan. Roni adalah teman seperjuangan ‘lendir’ denganku tetapi Devan aku baru mengenalnya karena Devan adalah teman Roni. Akhirnya, kami pun terlibat obrolan yang sangat hangat dan mengalir.

Suara panggilan penerbangan ke Bali dengan pesawat Boeing 747 pun berkumandang. Segera kami bergegas ke pintu keberangkatan. Dan tak lama kemudian kami sudah duduk di tempat duduk dalam pesawat itu. Singkat cerita, kami pun telah sampai di bandara Ngurah-rai Bali setelah menempuh tiga jam penerbangan.

Aku memesan tiga kamar hotel kelas_deluxe_yang cukup luas dengan_rate_yang tidak terlalu mahal yaitu sekitar satu jutaan per harinya. Aku menyewa kamar hotel untuk dua hari. Kamar hotel yang aku pesan berdampingan di lantai yang sama. Setelah beres menyelesaikan segala keperluan administrasi, kami pun menuju kamar hotel. Tetapi setelah sampai, kami pun saling pandang dan saling tersenyum.

“Aku dengan Tante Nanda …” Aku mencoba memecah kebuntuan dan Tante Nanda setuju sambil melingkarkan tangannya pada tangan kiriku. Untuk beberapa saat, yang lain masih tetap terdiam. Dengan terpaksa aku menjadi wasit untuk mereka.

“Ron… Kamu dengan Tante Fina ya… Dan Devan dengan Tante Ratna …” Kataku yang disambut dengan anggukan mereka serta senyuman tanda setuju.

Kami pun memasuki kamar masing-masing dengan pasangan masing-masing. Begitu aku dan Tante Nanda memasuki kamar hotel, yang pertama dilakukan Tante Nanda adalah menyediakan minuman yang dia ambil dalam kulkas kecil dan memberikannya padaku. Beberapa menit kemudian, datang pelayan hotel membawakan makanan yang telah kupesan tadi.

“Mmmm.. Lumayan enak, ya…” Kata Tante Nanda sambil terus mengunyah makanannya.

“Ya tante… Aku juga seneng makan di tempat ini sambil liat-liat yang renang di bawah sana …” Kataku sambil menengok ke arah jendela di mana di bagian bawah lantai kamarku terdapat kolam renang.

“Yee.. Nakal juga ya mata kamu liatin paha perempuan…” Kata Tante Nanda sambil tersenyum.

“Ha ha ha …! Ya lumayanlah… Iseng-iseng berhadiah …” Kataku sambil tertawa lebar.

“Hi… hi… hi …!” Kini Tante Nanda yang tertawa lebar.

“Memangnya kamu lihat wanita yang berenang, suka lihat apanya?” tanya Tante Nanda menggoda.

“…” Aku hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan Tante Nanda.

“Jawab dong…!” Kata Tante Nanda sambil kakinya menendang pelan kakiku.

“Ya… lihat yang serba terbuka dong, tante…” Kataku cuek.

“Dasar nakal!” Kata Tante Nanda sambil kembali menendang pelan kakiku.

“…” Aku pun tersenyum.

“Wanita dengan body seperti apa yang kamu suka, Ndri?” Tanya Tante Nanda lagi.

“Hhhhhmmm…” Aku tidak menjawab, hanya menatap mata Tante Nanda sambil tetap mengunyah makananku.

“Gak usah malu dengan tante deh… Bicara bebas saja dengan tante…” Katanya.

“Aku suka wanita dengan tubuh bagus seperti wanita itu tuh…” Kataku sambil menunjuk seorang wanita muda yang sedang berenang. Tubuhnya memang bagus dan mulus.

“Bagus amat selera kamu…” Ucap Tante Nanda sambil tersenyum.

“He he he …” Responku dengan tawa kecil.

“Kalau dengan wanita yang sudah berumur, bagaimana?” Kata Tante Nanda sambil menatapku lembut.

“Aku lebih suka dengan wanita berumur daripada ABG…” Jujurku.

“Hi hi hi… Kok aneh ya… Kalau menurut kamu, tubuh tante masih menarik tidak?” Katanya setengah serius.

“Aku tidak bisa menilai kalau berpakaian …” Jawabku sedikit mendesah.

“Maksud kamu… Tante harus buka baju dulu …?” Tanyanya yang terdengar erotis di telingaku.

“Iya …” Jawabku pelan.

“Kalau kamu sudah lihat tubuh tante, kamu mau kan memberikan penilaian kamu dengan jujur?” Tanya Tante Nanda dengan nada menantang.

“Ya, pasti …!” Aku menerima tantangannya dan memang itu yang aku mau.

Tante Nanda tanpa ragu memang langsung melepaskan pakaiannya sendiri setelah mendapat jawaban dariku. Aku melihat Tante Nanda melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah blouse putih yang dikenakannya, lalu rok panjang berwarna senada dengan blousenya dilepaskan juga. Sekarang Tante tinggal mengenakan bra putih dan celana dalam saja.

Di balik bra putihnya yang cukup tipis itu, aku sudah bisa melihat gundukan daging kenyal yang besar serta dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Tante Nanda sudah membuka branya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Tante Nanda membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku.

“Bagaimana?” Tanta Tante Nanda sambil melenggak lenggokan tubuhnya.

“Satu lagi tante …!” Sahutku sambil memberikan isyarat untuk membuka celana dalamnya.

Lalu Tante Nanda melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Tante Nanda berupa garis lurus. Di bagian bibir memeknya seperti ada genjer ayam berwarna hitam yang keluar dari sisi-sisi dalam bibir memek. Di sekitar daerah itu ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Melihat pemandangan erotis semacam ini, kontolku mulai bergerak menegang dan mengeras di balik celanaku.

“Bagaimana?” Tanyanya lagi sambil kembali melenggak lenggokan tubuhnya.

Aku akui kalau tubuh Tante Nanda agak kelebihan lemak terutama pada bagian perut dan pahanya tetapi tidak berlebihan. Namun semua itu bukan masalah bagiku. Paras yang sangat cantik membuat kekurangannya tertutupi. Aku tetap bernafsu untuk ‘menggarapnya’.

“Hhhhhmmm… Aku suka… Tante sangat menggiurkan …” Jujurku lagi.

“Masa sih… Tante gak percaya …” Ucap Tante Nanda sedikit mengerucutkan bibirnya.

“Serius tante… Aku jujur loh …!” Kataku menyemangatinya.

“Tante perlu bukti …!” Kilah Tante Nanda.

“Oh… Mau bukti …” Aku mengerti sekali apa yang ada di otak wanita tengah baya ini. Lalu aku berdiri dari dudukku dan langsung membuka celana yang kukenakan sehingga kontolku yang sudah tegang sejak tadi keluar dari sarangnya.

“Aiiihhhh… Besar banget punyamu, Ndri …!” Pekik genit Tante Nanda sambil terus memandangi senjata kebanggaanku.

Aku pun tersenyum dan mulai berbugil ria. Setelah pakaianku terlepas semua, aku hampiri tante Nanda dan mengajaknya ke tempat tidur. Dengan semangat Tante Nanda pun mengikuti tarikanku. Sesampainya di tempat tidur, aku menyuruh Tante Nanda untuk berbaring terlentang. Setelah dalam posisi terlentang, kemudian aku mulai melakukan aksiku.

Kami berciuman dengan penuh nafsu dan tanganku mulai merabai payudara besarnya yang sangat terasa kenyal. Aku remas payudara Tante Nanda dan aku pilin-pilin ujung dari payudaranya itu hingga terasa sekali mengeras. Sementara itu, paha Tante Nanda sudah mengangkang lebar membuat kontolku dengan bebas menyentuh-nyentuh memeknya.

Tante Nanda mendesah pelan saat aku gesekkan kontolku di memeknya. Sambil terus berciuman dan meremas-remas payudaranya, aku terus menggesek-gesekkan kontolku di sela-sela bibir memeknya sambil merasakan keluarnya lendir cinta dari memek Tante Nanda. Hingga akhirnya, aku merasakan seluruh batang kontolku basah oleh lendir kewanitaannya.

Setelah merasa cukup, lalu aku atur posisi kepala kontolku tepat ke lobang memek Tante Nanda. Tidak susah aku meluruskan senjataku untuk siap menerobos lobang nikmat wanita ini. Kutekan secara perlahan dan kepala kontolku mulai menyeruak masuk menembus lembabnya lobang kenikmatan Tante Nanda.

“Oooohhh …” Desah nikmat keluat dari mulut Tante Nanda saat kontolku memasuki dirinya.

“Sllleeeeepppp… Bleeesssss…!” Kudorong kontolku semakin dalam hingga kontolku terbenam sempurna ke dalam memek Tante Nanda. Kontolku pun membelah bibir vaginanya terbenam padat di selorong liang hangat membasah nan menjepit penuh nikmat. Begitu hangat dan nyaman. Memeknya berkedut kencang seakan memijat-mijat kontolku yang membuatku terasa melayang.

“Aaahh… Ndri… aaahh… enakk… bangett… aahhh…” Rintih nikmat Tante Nanda mengiringi gerusan batang penisku di liang vaginanya.

“Erghh… Aku juga tante…” Eranganku tak kalah nikmatnya menerima segala rasa nikmat yang membekap di sekujur kulit batang kontolku di lepitan hangat membasah memeknya itu.

Setelah beberapa saat berdiam diri beradaptasi, Tante Nanda lalu bergoyang dengan lembut memutarkan pinggulnya seakan menyuruhku untuk berekasi lebih. Akhirnya pantatku naik-turun dan kontolku menghujam-hujam memeknya dan kontolku menstimulasi dinding memeknya secara menyeluruh. Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit kuucapkan.

“Oh… oh… oh… oh… Kamu pinter banget, Ndri…!” Ujarnya terus mendesah. Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Tante Nanda terasa semakin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya, “

cepok… cepok… cepok… cepok…” setiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.

Lama aku menyetubuhi wanita setengah baya ini dengan posisi missionary seperti ini. Bosan ngentotin Tante Nanda dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada memeknya. “

Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat memeknya yang tengah kusogok-sogok.” Pikirku membathin. Aku bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Tante Nanda kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi tempat tidur. Tindakanku itu membuat Tante Nanda agak kaget. Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan selanjutnya.

“Sshhh… aahh… sshhh… aaakkhhh… memek tante enak banget…” Ujarku mendesah sambil terus memompanya.

“Aaahh… Kontol kamu juga enak, Ndri… ooohhh…” Sahut Tante Nanda yang terlihat sangat menikmati permainanku.

Setelah kurang lebih dua puluh menit berselang, tiba-tiba saja Tante Nanda bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Tante Nanda membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya.

Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah. Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding-dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.

“Ooohh… aahh… aahhh… ssshhh… aakkhh enak banget. Ohhh… enakkkhhh bangeet… Kayaknya aku… mau keluar…” Desahku sambil terus memompakan pantatku dengan cepat.

“I… iiya Ndri… Tante juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya… Aaahhh… ssshhh… sshhhh… aahhh… ssshh… aaaoookkkh…!!!” Respon Tante Nanda dengan nada desahannya yang sangat erotis.

Goyangan pantat dan pinggul Tante Nanda semakin kencang. Dan puncaknya, ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Saat itu, di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras. Maka muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya berbarengan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam memek wanita setengah baya ini.

“Aaaaaaccchhhhhh…!!!!” Kami menjerit bersamaan melepaskan segala kenikmatan. Kepalaku langsung terkulai lemas dengan nafas yang terputus-putus. Sesekali tubuhku tersentak, dan sekujur tubuhku gemetar dalam kenikmatan, dan tulang-tulangku seperti terlepas dari semua sambungannya. Benar-benar lemas sekali, bahkan untuk bergerak pun rasanya aku sudah tak punya tenaga.

“Kamu hebat sekali, Ndri… Bisa membuat tante orgasme …” Kata Tante Nanda sambil mengecup bibirku.

“Biasa saja tante… Malah aku merasa kalah …” Sahutku sambil membelai wajah cantiknya.

“Merasa kalah bagaimana?” Tanya Tante Nanda terheran dengan ucapanku.

“Biasanya aku bisa membuat wanita minimal dua kali orgasme… Tetapi dengan tante aku hanya bisa sekali …” Jawabku sambil tersenyum.

“Nggak, Ndri… Kamu memang pejantan tangguh… Sejujurnya, tante baru kali ini bisa orgasme senikmat ini… Tante memang orangnya sulit mendapatkan orgasme kalau sedang berhubungan badan …” Kata Tante Nanda.

“Begitukah?” Aku sedikit tidak percaya.

“Ya… Tante emang begitu …” Sahutnya lagi.

Setelah ngobrol tentang pengalaman seks masing-masing, barulah kami membersihkan diri di kamar mandi. Dan kami melakukan hubungan seks sekali lagi di kamar mandi. Entah kenapa, aku merasa Tante Nanda sangat piawai dalam membangkitkan gairahku dan sepertinya dia tidak pernah puas dengan permainan yang hanya sekali saja.

Bagaimana kelanjutannya?

Kita nantikan saja…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu